Sentimen
Negatif (80%)
2 Nov 2022 : 14.20
Informasi Tambahan

Hewan: Sapi

Tokoh Terkait

Menyiapkan Kocek di Tengah Kenaikan Harga Pangan dan Energi

2 Nov 2022 : 21.20 Views 1

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Menyiapkan Kocek di Tengah Kenaikan Harga Pangan dan Energi
Jakarta, CNN Indonesia --

Karut-marut pangan akibat kenaikan harga-harga komoditas, seperti kedelai, tahu dan tempe, minyak goreng, cabai merah, hingga daging sapi, kini bertambah ruwet akibat perang Rusia-Ukraina.

Sudah memasuki pekan kedua perang kedua negara, dampak ekonominya pun sudah mulai terasa di kantong masyarakat Indonesia, seperti harga BBM non subsidi yang naik signifikan.

Hal tersebut belum menghitung potensi kenaikan komoditas lain yang bergantung dari Rusia dan Ukraina, misalnya tepung terigu atau gandum.

-

-

Naik secara berjamaahnya berbagai komoditas ini tentu membuat beban keuangan kian berat, terutama jika kebutuhan tak bisa dikurangi. Lantas, bagaimana menyiasati kenaikan uang belanja di tengah kenaikan harga pangan dan energi?

Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menyebut kenaikan harga konsumsi, seperti BBM dan minyak goreng tak berarti Anda mesti memangkas pos belanja yang lain.

Ia menuturkan bahwa Anda harus memisahkan antara dana yang masuk dalam komponen wajib atau kebutuhan, seperti biaya sekolah anak dengan konsumsi yang bisa ditahan atau dicari alternatifnya.

Menurut dia, idealnya Anda mencari alternatif dulu. Dibandingkan harus mengambil uang dari pos keuangan lainnya untuk menambal bensin yang naik, lebih baik Anda mengurangi konsumsi BBM, misalnya mengurangi bepergian ke mal atau berangkat kerja lebih awal untuk menghindari macet yang menghabiskan bensin.

"Misalnya lagi minyak goreng kan sebenarnya alternatif bisa cari minyak lain atau cari cara masaknya dibedain jadi tidak mengharuskan anggaran lebih," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (7/3).

Namun, dalam hal Anda harus menaikkan anggaran belanja akibat kenaikan harga pangan dan energi, ia mengingatkan untuk menambah anggaran secara wajar. Dalam mengetahui jumlah wajarnya, ia menyebut tambahan anggaran mestinya tak sampai mengganggu pengeluaran wajib lainnya.

Eko juga mengingatkan tambahan anggaran tersebut tak semestinya harus mengorbankan tabungan, apalagi kalau harus sampai ambil utang. Dalam keadaan terdesak, ia menilai dana darurat bisa digunakan dengan catatan Anda harus mengembalikan jumlah dana tersebut kelak.

"Kalau naiknya udah enggak wajar dan sudah menganggu pengeluaran wajib, artinya orang harus berutang untuk kenaikan itu enggak boleh, apalagi kalau konsumtif, jangan sampai itu terjadi," jelasnya.

Secara prinsip, ia menyebut semestinya belanja untuk konsumsi tidak boleh mengambil dari pos lain karena semua anggaran memiliki tujuan jangka panjang masing-masing, misal anggaran investasi tidak boleh diutak-atik karena konsekuensinya bisa panjang.

Dari pada mengambil pos belanja lain, ia menyarankan untuk menyiapkan dana dari penghasilan baru, terlebih mencari pekerjaan sampingan bisa dilakukan lebih mudah selama bekerja dari rumah dan jualannya pun bisa dilakukan secara online sehingga tak mengganggu pekerjaan lain.

"Kalau harus tambah penghasilan kenapa enggak? Karena bisnis bisa dilakukan kapan dan di mana saja," imbuh dia.

Perencana Keuangan OneShildt Consulting Agustina Fitria mengatakan cara mudah untuk menyiasati uang belanja yang membengkak adalah dengan menengok anggaran gaya hidup. Menurut dia, anggaran tersebut bisa dipangkas sebagian tergantung dengan besaran dana tambahan yang dibutuhkan.

Ia memberi contoh dengan menunda kegiatan leisure (liburan) yang tak mendesak, misalnya rekreasi. Contoh lainnya, pangkas keinginan makan di restoran. Sebagai gantinya, coba lah untuk lebih sering masak di rumah.

Kemudian, Agustina mengatakan Anda juga bisa mengurangi atau menunda pembayaran bulanan yang tak terlalu penting, misalnya langganan streaming film bulanan. Lalu, tahan diri untuk tak cepat tergoda promo besar-besaran.

Seperti Eko, ia menyebut pos investasi tidak boleh diganggu gugat untuk konsumsi. Toh, kenaikan harga energi dan pangan hanya sementara waktu dan bisa ditambal dari anggaran kebutuhan tersier.

"Terkecuali mengalami pemotongan income (penghasilan), ada gaji yang dikurangi masih bisa dipertimbangkan, tapi kalau gaji baik-baik saja tapi masalah pengeluaran menurut saya memangkas investasi itu bukan solusi," tandasnya.

[-]

(bir/bir)

Sentimen: negatif (80%)