Sentimen
16 Okt 2024 : 11.05
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Gunung, Madiun
Hujan Tak Kunjung Datang, Warga Lereng Gunung Wilis Krisis Air Bersih Regional 16 Oktober 2024
16 Okt 2024 : 18.05
Views 1
Kompas.com Jenis Media: Regional
Hujan Tak Kunjung Datang, Warga Lereng Gunung Wilis Krisis Air Bersih
Tim Redaksi
MADIUN, KOMPAS.com
- Warga yang bermukim di lereng
Gunung Wilis
, tepatnya di
Desa Bodag
, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur (Jatim),
krisis air bersih
akibat hujan yang tak kunjung tiba.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, warga desa tersebut terpaksa berjalan kaki sejauh 2 kilometer melalui medan terjal.
Saat ini, satu-satunya sumber air yang digunakan warga adalah
Sungai Ngukir
, yang terletak di perbatasan Desa Bodag, Kecamatan Kare, dan Desa Ngranget, Kecamatan Dagangan.
Sundari (35), salah satu warga Desa Bodag, mengaku keluarganya harus mengambil air dari sungai yang semakin menyusut. Hal ini sudah dilakukannya selama empat bulan terakhir.
Setiap hari, Sundari mengambil air bersih dari Sungai Ngukir dua kali.
Pagi hari untuk memasak. Sementara sore hari untuk mandi dan mencuci.
“Biasanya pagi saya ambil dua galon untuk masak. Sementara sore ambil dua lagi untuk mencuci dan mandi. Kadang kami tidak sempat mandi, hanya cuci tangan dan gosok gigi untuk hemat air,” jelas Sundari.
Sundari menambahkan, kesulitan dalam mengakses air bersih sudah terjadi selama lima tahun terakhir, terutama saat musim kemarau panjang.
Debit sumber air yang menjadi andalan warga juga semakin menyusut.
“Kondisi ini menjadikan kami jarang mandi. Akibatnya, badan anak saya mulai muncul bintik-bintik gatal,” ungkapnya.
Nyamiran (50), warga lainnya, menyatakan bahwa setidaknya 30 keluarga di desa tersebut menggunakan air dari sungai untuk kebutuhan rumah tangga.
Warga mulai mengandalkan air sungai karena pipa yang mengalirkan air ke salah satu RT tidak berfungsi.
“Kami selalu kesulitan air saat musim kemarau berkepanjangan. Untuk memenuhi kebutuhan harian, kami mengandalkan air dari sungai dan terkadang meminta kepada tetangga yang masih memiliki pasokan air,” kata Nyamiran.
Menanggapi masalah ini, Nyamiran berharap pemerintah daerah segera turun tangan agar warga tidak lagi mengalami kesulitan air bersih saat musim kemarau.
Dengan demikian, warga tidak perlu bolak-balik ke Sungai Ngukir untuk mengambil air bersih.
Kepala Desa Bodag, Dangkung, yang dikonfirmasi terpisah, mengatakan bahwa kekurangan air bersih yang dialami warga cukup parah tahun ini.
Musim kemarau yang panjang menjadi penyebab utama.
“Biasanya di wilayah kami, bulan Oktober sudah turun hujan terus. Tetapi tahun ini belum ada hujan sama sekali,” ujar Dangkung.
Dangkung mengakui bahwa kemarau panjang menyebabkan sumber air menyusut, sehingga warga mulai kekurangan air bersih.
Kendati demikian, ia mengaku belum akan melaporkan masalah ini ke pemerintah daerah untuk meminta bantuan air bersih. Pasalnya, warga masih dapat mengambil air dari beberapa penampungan air bersih di titik tertentu.
Selain itu, pemerintah desa berencana memberlakukan sistem buka tutup saluran air dari sumber ke pipa milik secara bergiliran, agar air bersih dapat terdistribusi merata ke seluruh warga.
Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: negatif (94.1%)