Sentimen
Positif (100%)
13 Okt 2024 : 05.50
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung, Cirebon, Indramayu

Tokoh Terkait

2 Kisah Pilu Carli, Pencipta Lagu Tarling Pantura Indramayu yang Dibayar Seharga Cabai, Tak Kenal Istilah Royalti Bandung

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

13 Okt 2024 : 05.50
Kisah Pilu Carli, Pencipta Lagu Tarling Pantura Indramayu yang Dibayar Seharga Cabai, Tak Kenal Istilah Royalti Tim Redaksi INDRAMAYU, KOMPAS.com - Nama Carli (85), pencipta lagu tarling pantura asal Desa Benda, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mungkin terdengar asing bagi banyak orang. Bukan karena lagu-lagunya yang tidak populer, tetapi karena namanya sering kali "digelapkan". Meski demikian, lagu-lagu ciptaan Carli, yang kuat dan sarat makna, tetap dinyanyikan hingga saat ini. Salah satu lagu terkenalnya adalah "Jam Siji Bengi" yang berarti "Jam Satu Malam". Lagu ini memiliki makna yang mendalam, seperti banyak karya lainnya yang diciptakan oleh Carli. Istrinya, Dasini (67), menjelaskan bahwa Carli telah menciptakan banyak lagu tarling. Sebagian lagunya dijual ke Jakarta, sementara yang lain ditawarkan kepada penyanyi lokal. Sebagian lagu ramai dan meledak di masanya, hingga berulang kali dinyanyikan oleh penyanyi lain dan juga acara tarling dan sandiwara. "Ada banyak lagunya, Bapane Senang , Jam Siji Bengi , Aja Ditangisi , Sulaya Janji , Kelap-kelip Lampu Biru , Krismon alias Krisis Moneter, Kembang Plastik , Pacaran Duwur Kertas , dan lainnya. Pacaran Duwur Kertas itu cintanya jauh, pacarannya di atas kertas karena dulu zaman surat-suratan, sekarang sih ada HP," kata Dasini, saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Rabu (9/10/2024) petang.
Tak sekedar omong, Dasini mengambil dan langsung menunjukan seluruh lagu ciptaan Carli. Kompas.com melihat langsung kertas yang bertuliskan lirik lagu yang sudah berwarna kuning dan lusuh. Dihitung, ada lebih dari 50 kertas dari kurun waktu 1980-1990 hingga sebelum tahun 2000-an. Ia menyebutkan bahwa kemampuan Carli dalam menciptakan lagu dimulai ketika mereka tinggal di Jakarta. Sejak remaja, Carli bekerja sebagai tukang becak dan penjual koran sebelum mengenal dunia musik yang lebih luas. Di perantauan, Carli juga menjadi kuli bangunan. Di saat itu, Carli bertemu dan belajar dengan Rhoma Irama tentang musik. Kemudian, Carli juga sempat kenal dengan Benyamin S. "Pak Carli belajar sama Haji Rhoma Irama dulunya, waktu di jakarta, dari kecil tinggal di Jakarta, sama itu yang sudah meninggal, Benyamin S, kenal juga," tambah Dasini. Meskipun pernah ditawari untuk bermain film di Jakarta, Carli lebih memilih untuk pulang ke Indramayu dan fokus menjadi pencipta lagu tarling. Wanita yang dinikahi Carli pada 1984 ini menyebutkan, Carli meniti karier sebagai pencipta lagu tarling. Dia selalu membuat lagu tengah malam. Tak jarang, Carli suka marah bila anak menangis atau berisik karena dirasa mengganggu konsentrasinya. " Heh, aja nangis bae, bapae ora konsentrasi, kitae ora manjing manjing (inspirasi), gagean , dienteni ning Dian Record," kata Dasini sambil menunjuk surat bukti pengiriman lagu tarling ke Dian Record di tahun 1987 dan juga 1996. Karena keterbatasan biaya dan tidak mengenal istilah royalti, Carli menjual lagu-lagunya dengan cara yang unik. Ia sering bersepeda puluhan kilometer ke Indramayu dan Cirebon untuk menawarkan lagunya kepada penyanyi. Dasini menjelaskan bahwa Carli tidak pernah menetapkan harga tertentu untuk lagu-lagunya. "Dia sendiri yang jual, bawa sepeda ke orangnya (penyanyi) terus dijual. Nih mau ga lagu ini. Kalau penyanyinya mau langsung dibayar. Tapi bapak tuh ga keras, ga selalu menekan (harga), harus segini, sedikasihnya ," kenang Dasini. Dasini bercerita, Carli sempat marah ke salah satu pembeli lagu di Indramayu. Pasalnya lagu ciptaanya dibayar dengan cara cicil seharga cabai. Ada juga orang yang membayar lagu ciptaan Carli dengan beras. " Heh, tuku lagu kaya tuku sabrang (cabai), terasi, dicicil. Saya anaknya banyak, masa bayannya nyicil. Nah orang itu, ga tau sampai berapa nyicilnya, tiba-tiba hilang aja orangnya. Pernah juga lagunya dibayar pakai beras," tambah Dasini. Dasini mengungkap kepribadian Carli yang polos dan jujur, kerap dimanfaatkan orang. Carli kerap ditipu dan dijanjikan bohong oleh banyak orang. Awalnya bilang kerja sama, minta bikin lagu, setelah dikasihkan, uangnya tak kunjung datang. Setelah lagunya tenar, nama Carli sebagai penciptanya dicoret dari lagu itu. Pasangan yang dikaruniai lima orang anak ini, juga tidak mengenal royalti. Keduanya hanya mengetahui lagu ciptaanya telah dijual, dengan bayaran seadanya. Carli yang piawai mencipta lagu dengan bergitar, jatuh sakit sejak beberapa tahun lalu. Usia yang senja membuat fisiknya melemah dan hanya bisa terbaring di kasur. Untuk memenuhi kebutuhan harianya, Dasini yang tinggal bersama dua orang anaknya, menjadi tukang pijit rumahan dan paraji (tukang urut ibu melahirkan) di kampung kampung. Dari pendapatan tak pasti itu, Dasini memenuhi kebutuhan harian Carli dan juga anak-anaknya.  "Saya berharap, hasil karya suami saya dihargai sebagaimana mestinya," tutup Dasini, menyiratkan harapannya di tengah kesulitan yang mereka hadapi. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (100%)