Sentimen
Positif (94%)
13 Okt 2024 : 17.09
Informasi Tambahan

BUMN: BNI

Genjot Konsumsi dan Ekspor, Prabowo Mesti Fokus Tarik Investasi Asing

14 Okt 2024 : 00.09 Views 1

Bisnis.com Bisnis.com Jenis Media: Ekonomi

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mendorong pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto untuk fokus menarik foreign direct investment alias investasi asing ke dalam negeri untuk mendorong komponen utama pertumbuhan ekonomi.

Yusuf menjelaskan bahwa FDI satu-satunya cara mengisi kekosongan permodalan di dalam negeri. Dia mengingatkan, ketersediaan tabungan dalam negeri tidak bisa memodali kebutuhan industrialisasi.

"Sehingga untuk mendanai pembangunan mau tidak mau kita membutuhkan investasi asing dari luar," jelas Yusuf kepada Bisnis, Minggu (13/10/2024).

Dalam konteks tersebut, dia menekankan pentingnya investasi di industri manufaktur karena berpotensi menyerap banyak tenaga kerja. Jika tenaga kerja banyak terserap maka konsumsi rumah tangga akan meningkat.

Yusuf mengingatkan, konsumsi rumah tangga merupakan pemberi kontribusi terbesar ke pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini. Selama kuartal II/2024 misalnya, data Badan Pusat Statistik mengungkapkan kontribusi konsumsi rumah tangga sebesar 54,53% kepada pertumbuhan ekonomi.

"Ini [investasi di sektor manufaktur] seharusnya bisa berdampak positif terhadap konsumsi rumah tangga," ucapnya.

Tidak sampai situ, investasi di sektor industri juga bisa mendorong peningkatan ekspor. Bagaimanapun, lanjutnya, investasi di sektor industri ini seharusnya bisa melahirkan inovasi produk yang punya nilai tambah tinggi.

"Dengan nilai tambah yang tinggi maka seharusnya kompetitif produk ekspor Indonesia akan bisa bersaing dengan produk ekspor dari negara lain," tutupnya.

Upaya Pemerintah Dorong Investasi

Sebelumnya, Menteri Investasi Rosan Roeslani sudah menyatakan investasi dan ekspor akan menjadi tumpuan perekonomian Indonesia ke depan agar bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 8% seperti target presiden terpilih Prabowo Subianto.

Rosan menjelaskan bahwa beberapa tahun belakangan pertumbuhan ekonomi stagnan di kisaran 5%. Padahal, sambungnya, target pertumbuhan ekonomi ke depan mencapai 5,5—8%.

Dia pun mendetailkan, selama ini pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi rumah tangga yang berkontribusi hingga 53%—54%. Oleh sebab itu, ke depan ketergantungan kepada konsumsi rumah tangga harus diubah agar pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

"Jadi kalau kita lihat dua hal yang bisa membuat pertumbuhan kita ke depan untuk terus berkembang di atas 5%—8%, investasi dan ekspor," ungkap Rosan dalam BNI Investor Daily Summit 2024 di JCC, Jakarta Pusat, Rabu (9/102/2024).

Sejalan dengan itu, mantan bos Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) ini mengungkapkan fokus pemerintah ke depan adalah menarik investasi yang berorientasi ekspor, berkesinambungan, dan berkelanjutan.

Pada kesempatan berbeda, Rosan juga mengaku terus mendorong pembangunan kawasan industri yang menggunakan energi bersih. Bahkan, dia mengungkapkan pemerintah telah berencana untuk mempercepat pembangunan kawasan industri berbasis energi bersih.

Bagaimanapun, sambungnya, permintaan global sudah mengarah ke industri berkelanjutan. Jika Indonesia tidak menyesuaikan permintaan tersebut maka akan kalah saing dari negara-negara tetangga seperti Vietnam yang sudah menerima investasi di 13 kawasan industri hijau dari Singapura.

"Kalau kita bicara menarik investasi di sektor EV manufacturing, EV car, EV battery, mereka [negara-negara maju] juga menuntut sumber energi yang digunakan berasal dari energi bersih. Kenapa? Supaya sesuai dengan visi mereka," kata Rosan dalam acara Kompas100 CEO Forum yang dikutip dari rilis media BKPM, Sabtu (12/10/2024).

Sentimen: positif (94.1%)