3 Tambang Tembaga Segera Beroperasi, RI Bisa jadi Produsen Katoda No. 2 di Dunia
Bisnis.com Jenis Media: Ekonomi
Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Indonesian Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau mengungkapkan Indonesia bakal memiliki tiga cadangan tembaga baru yang bakal beroperasi 5 tahun mendatang.
Menurutnya, beroperasinya tambang tembaga baru itu dapat menambah kapasitas produksi smelter konsentrat tembaga dalam negeri dan RI berpotensi menjadi salah satu produsen katoda tembaga terbesar di dunia.
Dia mengungkapkan, tiga cadangan baru itu sudah mencapai tahap eksplorasi akhir. Adapun, ketiga tambang itu ada di Tambang Tujuh Bukit Banyuwangi, Tambang Sumbawa Timur Mining Sumbawa, dan Tambang Gorontalo Mineral Sulawesi.
"Kalau ketiga itu beroperasi dalam rentang berapa tahun yang akan datang, ini akan menambah produksi Indonesia," kata Rachmat dalam sebuah forum diskusi di Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Menurutnya, penambahan cadangan tersebut akan menguntungkan Indonesia. Pasalnya, berdasarkan data yang ia kantongi pada tahun-tahun tersebut produksi katoda tembaga negara lain sedang turun.
Rachmat menyebut jika ketiga tambang tadi sudah beroperasi, produksi katoda tembaga RI bisa menembus lebih dari 2 juta ton per tahun.
Saat ini, kapasitas produksi katoda tembaga RI baru mencapai 1,5 juta ton per tahun. Jumlah itu terdiri atas 1 juta ton yang berasal dari smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) dan 500.000 ton dari smelter PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN).
"Jadi ini tantangan kita ke depannya, tapi juga jadi peluang baik buat Indonesia sehingga kita bisa menumbuhkan industri tembaga yang terkait tembaga di Indonesia di mana di masa itu dunia lagi sangat butuh tembaga dan kita sangat surplus," tutur Rachmat.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, Indonesia bisa menjadi produsen katoda tembaga kedua terbesar di dunia jika ketiga cadangan tadi beroperasi.
Ia memaparkan bahwa saat ini produsen katoda tembaga terbesar di dunia adalah China dengan produksi 12 juta ton per tahun. Kedua, Chili dengan 2 juta ton per tahun. Disusul Kongo dengan 1,9 juta ton pertahun dan yang keempat adalah Jepang dengan 1,5 juta ton per tahun.
"Coba bayangkan kalau seandainya Sumbawa Timur Mining beroperasi, Merdeka Copper Gold [Tambang Tujuh Bukit] beroperasi, Gorontalo [Gorontalo Mineral], kita bisa nomor dua terbesar di dunia dengan konsentrat dari dalam negeri," ucap Tony.
Sentimen: positif (94.1%)