Cerita WNI yang Langsung Minta Pulang ke Indonesia karena Kondisi Mencekam di Lebanon Megapolitan 8 Oktober 2024
Kompas.com Jenis Media: Metropolitan
8 Okt 2024 : 11.27
Cerita WNI yang Langsung Minta Pulang ke Indonesia karena Kondisi Mencekam di Lebanon
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com
- Warga negara Indonesia asal Bali bernama Ni Luh Suarnadi (44) menceritakan kondisi Lebanon, tepatnya di Berassan, Sultan Ibrahim, Beirut.
Dia yang tinggal di lokasi itu mengatakan, kondisi di sana sudah sangat mencekam. Banyak suara ledakan yang didengarnya sehingga rasa takut pun muncul.
Salah satu hari yang tak akan ia lupakan yakni 27 September 2024. Saat itu, Israel tengah menyerang Markas Besar Hizbullah di Beirut, Lebanon.
Ni Luh yang sedang bekerja mendengar suara ledakan yang membuatnya ketakutan. Ia langsung memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
"Saya mengambil keputusan untuk pulang karena situasi sudah tidak aman," ujar Ni Luh Suarnadi saat ditemui di Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Kota Tangerang, Senin (7/10/2024).
Berkali-kali kata 'pulang' selalu terucap dari mulut Ni Luh selama di Lebanon.
Bahkan dia memberanikan diri untuk meminta izin kepada atasan agar bisa kembali ke Indonesia.
Nasib baik pun memihak kepada Ni Luh. Dia diizinkan untuk pulang ke negara asalnya karena situasi Lebanon yang mulai tidak kondusif.
Bahkan Ni Luh diminta untuk pulang bersama KBRI karena atasannya tidak bisa membantu untuk ke bandara.
"Saya ngomong langsung ke bos bahwa saya itu mau pulang. Bos saya sudah ngasih pulang, '
pulang aja dulu sama KBRI karena saya tidak bisa mengurus di airport'
, karena bos saya tidak ada di Lebanon," kata dia.
Akhirnya, dia melaporkan keinginannya itu ke KBRI di Beirut dan ikut evakuasi dari Lebanon bersama WNI lainnya di gelombang keempat.
Proses evakuasi dianggap tidak mudah. Hal itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Meski kondisi mencekam tidak mengiringinya selama proses evakuasi, namun bagi dia perjalanannya sangat melelahkan.
Pasalnya, dia bersama teman satu gelombangnya harus menempuh jarak yang cukup panjang.
"Pengalaman saya dari Lebanon menuju Syria sangat melelahkan dan panjang," kata dia.
Selama evakuasi, dia dan teman satu gelombangnya dibantu oleh Kemlu dan KBRI untuk melakukan perjalanan darat.
Dimulai dari Beirut, lalu Lebanon menuju Damaskus, Suriah lanjut ke Amman, kemudian Yordania, dan berakhir dengan penerbangan menuju Bandara Soetta.
"Tidak ada kejadian mencekam, cuma panjang perjalanannya. Tiga jam dari perbatasan Syria ke KBRI," imbuh dia.
Dia terbang ke Bandara Soetta dari Yordania dengan menggunakan Emirates, nomor penerbangan EK 356 dari Dubai menuju Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia.
Walaupun perjalanan yang ditempuh sangat jauh dan memakan waktu yang lama, tapi dia bersama rombongannya tiba di Indonesia dengan selamat tanpa ada kendala apapun.
Bahkan mereka juga diminta untuk melakukan cek kesehatan dan dinyatakan sehat sehingga bisa kembali ke tempat tinggalnya masing-masing.
Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (66.3%)