Sentimen
Negatif (88%)
8 Okt 2024 : 11.54
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Washington

Tokoh Terkait

Fantastis! Bantuan Militer AS ke Israel Capai Rp 280 T Selama Perang Gaza

Detik.com Detik.com Jenis Media: Internasional

8 Okt 2024 : 11.54
Washington DC -

Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dilaporkan telah memberikan bantuan militer ke Israel sebesar US$ 17,9 miliar atau setara Rp 280,2 triliun sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, atau dalam setahun terakhir.

Washington juga dilaporkan menghabiskan sekitar US$ 4,86 miliar (Rp 76 triliun) dalam pertempuran melawan kelompok Houthi dari Yaman.

Seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (8/10/2024), hal tersebut diungkapkan dalam laporan terbaru yang dirilis Brown University, salah satu universitas terkemuka dan tertua di AS, pada Senin (7/10) waktu setempat, saat peringatan setahun serangan Hamas terhadap Israel yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza..

Namun, laporan itu selesai disusun sebelum Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mengumumkan pengerahan pasukan dan aset tambahan di Timur Tengah pada pekan lalu, serta dimulainya operasi darat Israel ke Lebanon. Hal itu diperkirakan memakan biaya ratusan juta, bahkan miliaran dolar bagi AS.

Laporan tersebut juga tidak memasukkan upaya AS, pekan lalu, yang membantu Israel menggagalkan serangan besar-besaran Iran yang melibatkan nyaris 200 rudal. Perkiraan kasar menunjukkan upaya Washington itu menelan biaya sebesar US$ 100 juta (Rp 1,5 triliun), dengan 12 Rudal Standar dikerahkan.

Beberapa senjata yang dikirimkan AS selama setahun terakhir mencakup peluru artileri, bom penghancur bungker seberat 2.000 pon, dan bom berpemandu presisi. Pengisian kembali pertahanan udara Iron Dome dan David's Sling di Israel juga merupakan bagian besar dari bantuan AS.

"Pelaporan pemerintah yang tambal-sulam mengenai bantuan militer AS ke Israel sangat kontras dengan perlakuan untuk bantuan militer ke Ukraina, di mana jumlah dolar, jalur pengiriman, dan sistem tertentu yang diberikan (termasuk berapa banyak) secara rutin dilaporkan dalam lembar fakta pemerintah secara teratur," sebut laporan Brown University tersebut.

Sentimen: negatif (88.6%)