Sentimen
Negatif (100%)
7 Okt 2024 : 16.31
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait

Dharma Pongrekun Sebut PCR Cuma Tes Asidosis, Ini Bantahan Epidemiolog

7 Okt 2024 : 16.31 Views 12

Detik.com Detik.com Jenis Media: Kesehatan

Jakarta -

Sejumlah pernyataan kontroversial calon Gubernur DKI Jakarta Dharma Pongrekun ramai disorot. Salah satunya soal pernyataan keraguan atas tes PCR. Dharma menyebut pandemi COVID-19 hanyalah rekayasa global, begitu juga dengan tes PCR yang disebutnya bukan mendeteksi keberadaan virus, melainkan asidosis.

"Banyak dari antara kita yang tidak paham bahwa PCR yang dipakai selama ini, boleh diuji itu bukan untuk mengetes virus. Jadi, itu (tes PCR) hanya untuk mengecek asidosis," klaim Dharma.

Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menyesalkan pernyataan calon pemimpin a tidak mencerminkan pemikiran berbasis sains. Hal ini dikhawatirkan bisa menimbulkan mispersepsi di masyarakat yang malah memicu wabah tak terkendali.

Ia menekankan tes PCR digunakan sebagai 'gold standard' pengukuran keberadaan virus COVID-19 dengan beragam tahap. PCR dalam hal COVID-19, bisa digunakan untuk mendeteksi RNA dari virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19.

"Karena RNA virus spesifik, PCR adalah metode yang sangat akurat dan sensitif, untuk mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 itu, bahkan jika jumlah virus di dalam tubuh masih cukup rendah. Nah bagaimana PCR bekerja dalam tes COVID-19? Yang pertama adalah pengambilan sampel," tegas Dicky kepada detikcom Senin (7/10/2024).

"Sampel diambil dari saluran napas, biasanya melalui swab nasofaring, ada juga ekstraksi RNA SARS-CoV-2, yang diambil dari sampel tersebut, kemudian ketiga amplifikasi, berulang. Artinya, RNA virus diperbanyak menggunakan enzim sehingga bisa diidentifikasi dengan jelas. Keempat deteksi, jadi setelah RNA diperbanyak, PCR ini bisa mendeteksi keberadaan gen virus, sehingga bisa memberikan hasil apakah seseorang terinfeksi atau tidak," demikian penjelasan Dicky.

Dicky mengaku heran bila PCR dikaitkan dengan deteksi asidosis. Sebagai informasi tambahan, asidosis merupakan kadar asam dalam tubuh yang biasanya diukur melalui tes darah. Artinya, mengukur pH darah.

"Bukan melalui tes PCR, nah PCR adalah teknik yang sangat spesifik untuk mendeteksi materi genetik dan tidak ada kaitannya pengukuran kadar asam dalam tubuh, klaim mendeteksi asidosis sangat salah," tukas dia.

"Misinformasi ini bisa mengurangi kepercayaan publik pada alat dan meteode medis yang terbukti efektif menangani pandemi, nanti orang nggak percaya tes PCR, orang ragu melakukan tes COVID-19, nanti menyebabkan virus lebih luas tanpa terdeteksi," wanti-wantinya.


(naf/kna)

Sentimen: negatif (100%)