Sentimen
Positif (66%)
7 Okt 2024 : 09.25
Informasi Tambahan

Event: Pilkada Serentak

Pramono Anung-Rano Karno Dianggap "Kuda Hitam" yang Berpotensi Menangi Pilkada Jakarta Megapolitan 7 Oktober 2024

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

7 Okt 2024 : 09.25
Pramono Anung-Rano Karno Dianggap "Kuda Hitam" yang Berpotensi Menangi Pilkada Jakarta Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan calon gubernur (cagub) dan wakil gubernur (cawagub) nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno , disebut sebagai "kuda hitam" yang berpotensi besar menang pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024. "Kuda hitamnya sebenarnya Pramono Anung dan Doel karena surveinya masih di bawah dan tidak disangka-sangka majunya," ungkap Direktur Eksekutif Lembaga Survei Charta Politika Yunarto Wijaya dalam program Obrolan Newsroom  Kompas.com, dikutip pada Senin   (7/10/2024). Menurut dia, Pilkada Jakarta punya riwayat selalu dimenangi oleh kuda hitam. Kuda hitam yang dimaksud adalah pasangan cagub dan cawagub yang pencalonannya tidak disangka-sangka dan hasil survei elektabilitasnya juga kalah. Yunarto mempertegas bahwa hal ini bukan mitos belaka. Pasalnya, pemilih di Jakarta rentan terhadap segala perkembangan isu. Oleh sebab itu, debat cagub-cawagub yang disiarkan di televisi memiliki pengaruh yang besar untuk masyarakat menentukan pilihannya. "Jadi, debat ini menurut saya akan punya pengaruh besar karena Jakarta adalah pusat informasi walau pun katanya Jakarta sudah tidak lagi menjadi ibu kota," tegas dia. Di sisi lain, Pramono bisa disebut sebagai kuda hitam karena mendatangkan banyak kejutan. Pertama, PDI-P yang tadinya tidak bisa memajukan cagub-cawagub secara mandiri akhirnya bisa karena adanya keputusan dari Mahkamah Konstitusi (MK). Kedua, hal yang mengagetkan lagi adalah PDI-P justru mengusung Pramono-Rano untuk maju di Pilkada Jakarta 2024 yang merupakan kadernya sendiri. Padahal, sebelumnya, PDI-P diisukan akan mengusung Anies Baswedan dan Rano di Pilkada Jakarta. Saat Anies batal maju, masyarakat juga mengira Rano akan dipasangkan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), tetapi ternyata tidak. "Ternyata Pramono Anung walau pun Doelnya tetap di samping Pramono, itu lah yang membuat efek kejutnya lebih terasa walau ada yang meragukan," ujar Yunarto. Pencalonan yang cukup mengejutkan membuat Pramono dan Rano menjadi pusat pembicaraan banyak orang. Oleh sebab itu, Pramono dan Rano memiliki peluang untuk meningkatkan elektabilitasnya. "Pramono Anung masih memiliki ruang gerak untuk menaikan elektabilitas mengingat angka kedikenalannya masih rendah, yang tau Pramono Anung paling orang politik, kalau RK kan semua tahu, Doel tahu" kata Yunarto. Sosoknya yang kurang dikenal masyarakat luas juga dinilai sebagai PR besar untuk Pramono Anung dalam menaikkan elektabilitasnya. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (66.3%)