Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Surabaya, Banyuwangi
Tokoh Terkait
Bulan Suro Tak Selalu Mencekam, Ini Sudut Pandang Ketua Dukun Asal Banyuwangi
Beritajatim.com Jenis Media: Regional
Surabaya (beritajatim.com) – Malam 1 suro, atau malam pertama (Muharram) dalam penanggalan Jawa, biasa dikenal dengan nuansa mistis berbau klenik.
Tetapi siapa sangka, kalau ternyata bulan sakral itu menyimpan banyak sekali hikmah perjalanan spiritual; dari para nabi nabi terdahulu.
Ketua Persatuan Dukun Nusantara atau (Perdunu) Abdul Fatah Hasan mengungkapkan bahwa bulan suro dikenal menyeramkan ini, karena menyimpan mitologi yang dikisahkan para leluhur zaman dulu. Termasuk diajarkan oleh wali songo.
“Asal muasal dan kenapa bulan Suro ini dikaitkan dengan bulan yang sakral dikarenakan bulan Suro menyimpan sejarah panjang, yang kemudian kita harus menghargai dan hormati,” kata Abdul Fatah ketika dihubungi beritajatim.com, Jumat (5/7/24) hari ini.
Ketua Dukun asal Banyuwangi itu menyampaikan, sejarah apa yang harus kita hargai saat tiba bulan suro. Kata dia, adalah kabar duka mendalam atas tewasnya Sayyidina Husain, cucu Nabi Muhammad SAW., yang tewas terpenggal dalam peristiwa Karbala pada 10 Muharram, bulan Suro.
“Terutama di peristiwa Karbala, terbunuhnya cucu kanjeng Nabi Muhammad (Husein). Yang kemudian, di bulan Suro dikatakan sebagai bulan sakral atau bulan berkabung. Tidak boleh adakan pesta, tidak boleh menggelar hajatan,” terang dia.
Selain itu, melalui kecerdasan Wali Songo atau 9 Wali Allah di tanah Jawa itu mengajarkan hal hal yang sedemikian. Dikaitkan dengan mitologi ‘Nyi Roro Kidul’ dan lain sebagainya untuk mengerem aktivitas pesta masyarakat di Jawa, serta supaya mudah diterima.
Sedangkan, lanjut Abdul Fatah Hasan, mengenai alasan (dasar) kenapa bulan suro kita tidak boleh berpergian kemana – mana, tanpa sebab penting. Itu karena berkaitan dengan anjuran mendekatkan diri kepada Allah, bertolak dari asal kisah pertobatan manusia pertama Nabi Adam di Jabal Rahmah, setelah diturunkan ke muka Bumi.
“Kenapa kita di bulan suro atau malam 1 suro tak boleh kemana mana atau harus di rumah. Karena di bulan suro hari ke – 10, adalah pertobatan Nabi Adam. Tidak boleh keluar rumah itu bukan sebab bala’, tetapi kita disuruh menyibukkan diri dengan Alloh,” rincinya.
“Sehingga, pada malam satu suro kita disarankan bermandi taubat. Mandi yang khusyuk, di- niatkan untuk menyambut bulan suro, dengan kita mengingat pencipta, melalui rapalan dzikir dzikir,” imbuhnya.
Sehingga, Abdul Fatah menambahkan, bulan Suro ini sebaiknya tidak hanya ditakuti atau dipercayai sebagai bulan bala’. Namun, lebih sebagai sarana kita umat manusia untuk mendekatkan dirinya ke Tuhan.
“Ini ada kaitannya dengan mitologi, serta mitologi ini memperkuat untuk bagaimana kemudian orang – orang ini mendekatkan diri kepada Tuhan,” tutupnya. (ted)
Sentimen: negatif (78%)