Sentimen
Negatif (93%)
19 Sep 2024 : 00.09
Tokoh Terkait

LPEM UI Proyeksi Tekanan Inflasi pada September 2024 Bakal Mereda

19 Sep 2024 : 00.09 Views 4

Bisnis.com Bisnis.com Jenis Media: Ekonomi

Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan inflasi pada September 2024 diperkirakan mereda dan tetap berada dalam kisaran target 1,5% hingga 3,5%.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa perkiraan tersebut tercermin dalam Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) September 2024, yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode Agustus 2024.

“Penurunan harga BBM nonsubsidi pada awal September juga diperkirakan dapat meredakan tekanan inflasi,” katanya melalui keterangan resmi, dikutip Rabu (18/9/2024).

Di sisi lain, Riefky mengatakan bahwa tekanan inflasi diperkirakan tetap ada pada komponen harga pangan bergejolak.

Hal itu dikarenakan produksi beras yang diperkirakan menurun hingga Oktober 2024, mengantisipasi dampak dari musim La Nina yang akan datang.

Pada konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) September 2024, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa laju inflasi di dalam negeri tetap rendah dan masih terjaga dalam kisaran 1,5% hingga 3,5%.

Ke depan, Perry optimistis inflasi umum juga akan tetap terkendali dalam sasarannya, termasuk inflasi inti yang diperkirakan terjaga seiring dengan ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran.

Selain itu, terjaganya inflasi inti juga terdorong oleh kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik, imported inflation yang terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah Bank Indonesia, serta dampak positif berkembangnya digitalisasi.

Perry juga memperkirakan Inflasi harga bergejolak akan terkendali, didukung oleh sinergi pengendalian inflasi Bank Indonesia dan pemerintah pusat dan daerah.

“Ke depan, BI terus berkomitmen memperkuat efektivitas kebijakan moneter guna menjaga inflasi tahun 2024 dan 2025 terkendali dalam sasaran 2,5%±1%, dengan tetap mendukung upaya penguatan pertumbuhan ekonomi,” jelas Perry.

Sentimen: negatif (93.9%)