Sentimen
Positif (64%)
17 Sep 2024 : 11.44
Tokoh Terkait

Teten Ungkap Tantangan Startup RI Bisa Masuk Pasar Global

Detik.com Detik.com Jenis Media: Ekonomi

17 Sep 2024 : 11.44
Jakarta -

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) sedang mengupayakan agar perusahaan rintisan atau startup bisa bersaing secara global. Namun, ada sejumlah tantangan yang perlu dihadapi oleh perusahaan startup dalam negeri.

Menkop UKM Teten Masduki mengatakan pihaknya telah melakukan pendampingan, akselerasi, serta inkubasi kepada 713 start up per September 2024. Hal ini dilakukan untuk mendorong perusahaan startup Indonesia dapat bersaing secara global. Selain itu, membawa inovasi dan solusi ke pasar internasional.

"Jadi kita tadi menyampaikan, start up ini betul-betul kita harapkan memang menjadi entrepreneur kelas dunia dan melahirkan ekonomi baru. Untuk itu, ini bukan perjalanan yang gampang, yang mudah. Kita mencatat ada sejumlah tantangan besar yang perlu dihadapi," kata Teten dalam acara Sharing Session Start Up Go Global 2024 di Kemenkop UKM, Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Tantangan pertama, yakni akses ke pasar global. Menurut Teten, pelaku perusahaan startup harus mempunyai pemahaman yang mendalam terkait pasar internasional, termasuk regulasi, budaya bisnis, hingga referensi konsumen di negara-negara yang menjadi target.

Tantangan kedua mengenai kapasitas dan skalabilitas. Teten menilai start up perlu membangun kapasitas dan strategi untuk melakukan ekspansi, baik dari isi teknologi, inovasinya, sumber daya manusia, maupun kapital. Ketiga, tantangan bagaimana membangun kolaborasi dan jaringan internasional.

"Penting bagi startup untuk menjalin kemitraan dengan berbagai pihak di luar negeri, baik itu pemerintah, lembaga riset, maupun korporasi global. Dalam perjalanan kami ke banyak negara, sebenarnya ekosistem startup di dunia terbuka bagi startup di mana pun. Jadi, kita bisa menggunakan ekosistem-ekosistem itu," jelasnya.

Untuk itu, pihaknya berkomitmen memberikan dukungan penuh bagi para startup di Tanah Air, melalui berbagai program strategis. Meski begitu, hal ini tidak bisa dilakukan pihaknya sendiri. Dia menyebut perlu dukungan dan kolaborasi erat dengan berbagai kementerian, lembaga, asosiasi, dan juga mitra strategis lainnya untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan startup.

"Terus terang, ekosistem kita belum terlalu. Kita ingin misalnya, startup itu berbasis riset. Karena, kalau kita mau masuk ke pasar global, ya kita harus punya produk model bisnis yang kompetitif. Kita belum memanfaatkan sepenuhnya lembaga riset free menjadi bagian dari ekosistem. Kalau kita lihat di luar, semuanya pasti hasil riset. Sehingga, pasti produknya sudah dihitung dengan teknologinya, marketingnya, dan lain-lain," terangnya.

Selain itu, dia juga mengatakan saat ini Indonesia belum mempunyai regulator dan dikelola secara bisnis agar ekosistem startup dalam negeri tumbuh. Dia juga menekankan peran Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Bappenas, Kominfo, serta BRIN sangat penting dalam menyediakan kebijakan yang mendukung. Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan juga menjadi peran strategis agar startup dalam negeri semakin berkelas dunia.

(fdl/fdl)

Sentimen: positif (64%)