Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Kab/Kota: Jati, Jember
Tokoh Terkait
Politisi Ini Yakin Megawati Pejuang Demokrasi Sejati, Takkan Biarkan Cabup Tunggal di Jember
Beritajatim.com Jenis Media: Regional
Jember (beritajatim.com) – Agus Hadi Santoso, politisi mantan anggota DPRD Kabupaten Jember, Jawa Timur, yakin, Megawati Sukarnoputri dan PDI Perjuangan tidak akan membiarkan pemilihan kepala daerah di sana hanya menghadirkan calon bupati tunggal melawan kotak kosong.
“Gelagat satu calon melawan kotak kosong sangat menyedihkan. Opini yang terbangun, bahwa semua partai akan diborong satu calon. Sebagai orang PDI Perjuangan yang tahu karakter Ibu Mega dan anatomi partai ini, saya yakin, itu sangat impossible,” kata Agus kepada beritajatim.com, Selasa (9/7/2024).
Saat ini dari delapan partai parlemen DPRD Jember, empat partai sudah memberikan lampu hijau untuk Muhammad Fawait, kandidat dari Gerindra, yakni Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Serjahtera, Partai Nasional Demokrat, dan Partai Amanat Nasional, selain Gerindra sendiri.
Tiga partai lainnya, yakni PDI Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Persatuan Pembangunan yang total memiliki 19 kursi di DPRD Jember, masih belum memberikan keputusan. Peluang terjadinya pertarungan dua kandidat bupati dalam pilkada di Jember masih terjaga, selama minimal dua dari tiga partai itu memberikan dukungan kepada calon di luar Fawait.
Agus yakin PDI Perjuangan akan menunjukkan jati diri dengan tidak mendukung upaya mempertandingkan cabup tunggal melawan kotak kosong dalam pilkada di Jember. “Ibu Megawati adalah pejuang demokrasi sejati. Apalagi yang bakal direkomendasi bukan kader partainya,” katanya.
Agus berharap PDI Perjuangan kembali melakukan kalkulasi politik matang untuk tidak mendukung cabup tunggal melawan kotak kosong. “Konsekuensi cabup tunggal melawan kotak kosong banyak. Demokrasi akan mati, dan partisipasi pemilih akan berkurang di bawah 40 persen,” katanya.
Dengan hanya mengusung satu calon bupati, menurut Agus, partai-partai menghalangi hak masyarakat untuk memiliki opsi yang beragam. “Tidak semua pemilih suka satu calon itu. Terus dikemanakan aspirasi mereka yang tak suka,” katanya.
Petugas dari lembaga kepemiluan seperti Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu juga tidak akan berfungsi maksimal untuk menyelenggarakan pilkada yang adil. “Sangat rentan permainan oknum penyelenggara untuk memenangkan salah satu calon,” kata Agus.
Hadi mengatakan, sebelum menentukan rekomendasi, PDI Perjuangan biasanya tak hanya menguji kelayakan satu calon, namun beberapa calon yang dianggap potensial.
“Saat saya masih menjadi pengurus Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Jember, semua calon biasanya diundang satu demi satu. Kalau dianggap terlalu banyak, bisa dua atau tiga calon yang dipanggil oleh Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Jatim. Kalau hanya satu calon yang dipanggil, ini akan memuncuilkan pertanyaan kader-kader nonstruktural,” jelasnya.
Apalagi, jumlah bakal calon bupati dan wakil bupati yang mendaftarkan diri ke PDI Perjuangan lebih dari lima orang, yakni kandidat petahana Hendy Siswanto, Muhammad Fawait, mantan bupati Jember Faida, pensiunan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nanang Handono Prasetyo, mantan kepala Dinas Pendidikan Jember Achmad Sudiyono, dan dua politisi PDIP Hadi Supaat dan Agus Sofyan.
“Harapan saya PDI Perjuangan tidak larut dengan skenario calon tunggal. Tidak menarik. Haruskah partai besar tunduk kepada salah satu calon yang bukan kadernya?” kata Agus. [wir]
Sentimen: negatif (99.2%)