Capai Target Pertumbuhan 8 Persen, Potensi Ekonomi Digital Perlu Dioptimalkan
Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, Beritasatu.com - Sekjen Partnership Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (Korika) Sri Safitri menyampaikan, dalam mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, potensi ekonomi digital perlu dioptimalkan.
Menurutnya, teknologi bisa menjadi enabler untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi, sehingga harus dioptimalkan agar Indonesia tidak terjebak menjadi negara middle income trap atau negara kelas menengah.
"Digitalisasi bisa menjadi kunci untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi 8% agar Indonesia tidak terjebak menjadi negara kelas menengah. Apabila dalam 2030-2035 Indonesia tidak memanfaatkan potensi yang ada, maka selamanya Indonesia akan menjadi negara kelas menengah," kata Sri Safitri dalam diskusi Indo Telko Forum, di Jakarta, Selasa (3/9/2024).
Sri juga menekankan pentingnya artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia. AI menurutnya bisa mendorong efisiensi, inovasi, dan daya saing dalam berbagai sektor.
"AI dan Internet of Things (IoT) juga bisa digunakan untuk mendorong program Makanan Bergizi Gratis agar tepat sasaran, besaran gizi, dan sebagainya. Selain itu juga untuk program renovasi sekolah dan rumah warga, hilirisasi pangan, hingga pengembangan infrastruktur," ujar Sri.
Disampaikan Pendiri Indonesia Digital Society Forum (IDSF) Muhammad Awaluddin, optimalisasi ekonomi digital membutuhkan orkestrasi yang matang. Selain itu, Awaludin juga menyoroti pentingnya penetrasi internet yang menjangkau seluruh penduduk Indonesia, dan juga pemanfaatan AI yang sedang menjadi tren.
"Rasanya tidak ada aturan pemerintah yang menghambat. Sekarang bagaimana pelaku ekonomi digital memanfaatkan peluang itu," kata Awaluddin.
Editor Buku Strategi Transformasi Bangsa, Prabowo Subianto, Dirgayuza Setiawan menambahkan, kunci pertumbuhan ekonomi 8% adalah kolaborasi dan kebersamaan. Dibutuhkan kerja sama yang kuat antara pemerintah dan pihak swasta.
"Semua perlu duduk bersama dengan time frame yang sedikit. Kita harus berbicara bahasa yang sama, yaitu bahasa peluang," kata Dirgayuza Setiawan.
Sentimen: positif (88.7%)