Review Alien: Romulus: Menghidupkan Kembali Ketegangan Klasik Khas Ridley Scott
Beritasatu.com Jenis Media: Hiburan
Jakarta, Beritasatu.com - Sejak diluncurkan pada tahun 1979, jagat sinematik Alien telah berkembang ke berbagai media, termasuk komik, video game, dan bahkan crossover Alien vs. Predator. Dengan enam film utama, franchise ini berhasil membangun dunia yang kompleks dan gelap.
Namun, bagi pendatang baru dan penonton kasual, menonton semua film Alien sebelumnya tidaklah perlu sebelum menonton Alien: Romulus. Film ini adalah sekuel langsung dari film klasik Ridley Scott tahun 1979, sehingga menonton film Alien pertama tersebut sudah cukup untuk mengikuti alurnya.
Alien: Romulus memperkenalkan kita pada sekelompok kolonis ruang angkasa muda: Pemeran Utama Rain (Cailee Spaeny) dan saudara/androidnya Andy (David Jonsson), bersama Tyler Harrison (Archie Renaux), Kay Harrison (Isabela Merced), Navarro (Aileen Wu), dan Bjorn (Spike Fearn). Ketika mereka menemukan stasiun luar angkasa yang ditinggalkan, mereka berharap untuk menemukan bahan bakar cryogenic untuk perjalanan mereka ke planet Yvaga, tetapi mereka justru menemukan alien xenomorph yang mengerikan.
Andy, satu-satunya yang mampu mengakses stasiun karena dia adalah android buatan perusahaan Weyland-Yutani, ditugaskan untuk melindungi Rain. Ketegangan meningkat ketika Rain memasukkan cip ke dalam Andy yang memberinya akses ke area terbatas dalam stasiun Romulus. Ketegangan semakin memuncak saat perintah Utama Andy yang sebelumnya jelas, yaitu melindungi Rain, bertentangan dengan pemrograman barunya, yang kini selaras dengan kepentingan Weyland-Yutani: memaksa evolusi umat manusia.
Film ini dengan mahir membangun ritme yang yang membuat penonton tegang dari awal hingga akhir. Romulus mengeksplorasi kontradiksi yang menakutkan antara empati manusia dan logika dari kecerdasan buatan (AI). Dinamika manusia vs AI ini telah menjadi tema berulang dalam franchise Alien, tetapi Romulus menyajikannya dengan cara yang segar dan mendebarkan.
David Jonsson memberikan penampilan yang memukau, bertransisi dari manusia sintetis yang pemalu menjadi android yang tegas dan misterius. Ellen Ripley yang diperankan Sigourney Weaver dalam Alien pertama tetap menjadi standar emas untuk protagonis wanita kuat, tetapi peran Cailee Spaeny sebagai Rain tidak kalah dengan pendahulunya.
Penggunaan efek praktis (practical effect) daripada CGI (computer generated images) mengingatkan akan estetika film Alien tahun 1979, menciptakan rasa nostalgia.
Berlatar di sebuah stasiun luar angkasa yang berada di ambang kehancuran, dipenuhi alien, dan di bawah pengawasan AI yang tidak dapat dipercaya, Alien: Romulus adalah sekuel yang layak dan mendebarkan. Film ini berhasil menghidupkan kembali atmosfer dan ketegangan dari hari-hari awal franchise Alien.
Sentimen: positif (98.4%)