Sentimen
Positif (100%)
3 Sep 2024 : 11.38
Informasi Tambahan

Event: Pilkada Serentak, Pemilu 2019

Kab/Kota: bandung, Senayan, Batang, Magelang, Pekalongan, Karanganyar, Wonogiri, Solo, Boyolali, Sragen, Klaten, Sukoharjo, Pemalang

Laga Panas di Pilkada Jateng, Jatim, dan Jakarta, Siapa Paling Dominan?

Bisnis.com Bisnis.com Jenis Media: Nasional

3 Sep 2024 : 11.38

Bisnis.com, JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta menjadi adu gengsi bagi partai politik. Jawa Tengah telah lama menjadi kandang banteng. Jawa Timur dikenal sebagai basis suara kaum Nahdliyin. Sedangkan Jakarta adalah kawasan strategis baik secara politik maupun ekonomi.

Adapun pasangan yang diusung PDI Perjuangan (PDIP) Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi akan menghadapi super koalisi yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju alias KIM Plus, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen di Pilkada Jawa Tengah.

Secara matematis, dukungan politik terhadap Andika-Hendrar terpaut jauh dibandingkan dengan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin. Andika-Hendrar hanya diusung oleh PDIP, partai yang dalam beberapa dasawarsa mendominasi kancah politik Jawa Tengah.

Pada pemilihan legislatif atau Pileg 2024 lalu, PDIP memperoleh suara sebanyak 5,27 juta. Angka ini kemudian dikonversi menjadi 33 kursi di DPRD Jawa Tengah. Perolehan kursi PDIP di DPRD Jawa Tengah melorot dibandingkan pemilu 2019 lalu yang mencapai 44 kursi.

Sementara itu, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin, didukung Golkar, Gerindra, PKB, Nasdem, PAN, PKS, Demokrat, hingga PSI, kalau dikumpulkan pasangan ini merepresentasikan 72,5% suara parlemen. Selain parpol, Luthfi dan Taj Yasin juga memperoleh endorse khusus dari keluarga Joko Widodo (Jokowi).

Gibran Rakabumung Raka, wakil presiden terpilih dan anak sulung Jokowi, tampak hadir saat pendaftaran pasangan ini. Selain itu Luthfi dan Taj Yasin juga disokong oleh PSI, partai yang dipimpin oleh putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep.

Kendati menghadapi kekuatan besar, PDIP tercatat memiliki suara signifikan di sejumlah kawasan. Kalau mengacu kepada data penetapan hasil Pileg DPRD Jateng 2024, PDIP hampir menyapu bersih semua daerah pemilihan alias dapil di Jawa Tengah. PDIP hanya kalah di dapil 13 yang mencakup kawasan Kabupaten Pemalang, Pekalongan, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Batang. Kawasan 'santri' ini dikuasai oleh PKB.

Adapun jika diperinci, perolehan suara Pileg di Jawa Tengah antara lain PDIP 5,27 juta suara, PKB 3,03 juta, Gerindra 2,59 juta, Golkar 2,25 juta, PKS 1,62 juta, Demokrat 1,15 juta, PPP 1,01 juta, Partai Amanat Nasional (PAN) 840.817, Nasdem 775.889, dan PSI 478.063 suara.

Penopang utama suara PDIP di Jawa Tengah, berasal dari Dapil Jateng 6, Dapil Jateng 6 dan Dapil Jateng 8. Dapil Jateng mencakup wilayah Kabupaten Wonogiri, Sragen, dan Karanganyar. PDIP memeroleh suara sebanyak 716.105. Sementara itu di Dapil Jateng 7 (Klaten, Sukoharjo, dan Kota Solo) PDIP memperoleh 536.249 suara. 

Sedangkan di Dapil Jateng 8 yang mencakup wilayah Kabupaten Kabupaten Magelang, Kota Magelang dan Kabupaten Boyolali, suara PDIP menembus angka 615.624. Angka-angka ini mengkonfirmasi bahwa hampir semua wilayah di Soloraya dan sebagian eks Karesidenan Kedu, menjadi tulang punggung PDIP.

Bagaimana dengan Jawa Timur?

Jawa Timur telah lama menjadi basis suara bagi PKB yang identik dengan kaum Nahdliyin. Namun demikian, di Pilkada 2024, Jawa Timur akan menghadirkan 'pertempuran' bagi tiga perempuan yakni Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini dan Luluk Nur Hamidah.

Ketiga perempuan itu merepresentasikan dua kekuatan besar di Jawa Timur. Risma mewakili suara kelompok nasionalis atau abangan. Khofifah dan Luluk merepresentasikan kekuatan santri. Khofifah adalah tokoh NU dan Ketua Muslimat NU. Sedangkan Luluk merupakan politikus PKB, partai yang didirikan oleh para tokoh Nahdaltul Ulama.

Pada Pileg DPRD Jatim 2024 lalu misalnya, PKB menjadi partai pemenang di Jawa Timur. Mereka memperoleh 4,51 juta suara yang kemudian dikonversi menjadi 27 kursi di DPRD Jatim. Sementara itu peringkat kedua ada PDIP yang memperoleh 3.73 juta atau memperoleh 21 kursi.

Jumlah kursi PDIP sebenarnya sama dengan Gerindra. Hanya saja dari perolehan suara, PDIP jauh lebih banyak. Gerindra pada Pileg 2024 lalu hanya memperoleh suara untuk DPRD Jawa Timur sebanyak 3,58 juta.

Dengan peta suara dan perolehan kursi tersebut, secara matematis, Khofifah yang berpasangan dengan Emil Dardak memiliki dukungan politik paling kuat di Jawa Timur. Apalagi ia diusung oleh mayoritas partai peraih kursi yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus di DPRD Jawa Timur.

Sekadar catatan, selain Gerindra, KIM Plus juga disokong oleh partai Golkar yang memperoleh 2,31 juta suara (15 kursi), Demokrat 1,87 juta (11 kursi), Nasdem 1,82 juta (10 kursi), Partai Amanat Nasional 1,31 juta (5 kursi), PKS 1,3 juta (5 kursi), PPP 978.008 (4 kursi), dan PSI 551.051 (1 kursi).

Menariknya, suara di tingkat DPR, konstelasi perolehan kursi berubah. Pasalnya, PPP yang sebelumnya menjadi langganan lolos ke Senayan, dinyatakan tidak lolos parliamentary threshold alhasil, PDIP menerima limpahan kursi dari PPP.

Tarung Kuat di Jakarta

PDIP telah mendaftarkan pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernurnya yakni Pramono Anung dan Rano Karno. Pasangan Pramono-Rano hanya diusung satu partai yang merepresentasikan 15 kursi di DPRD DKI Jakarta.

Sementara itu, calon KIM Plus di Jakarta adalah Ridwan Kamil dan Suswono. Ridwan Kamil adalah mantan Gubenur Jawa Barat dan Wali Kota Bandung. Sementara itu, Suswono merupakan politikus PKS dan mantan Menteri Pertanian era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Pasangan KIM Plus kalau mau melihat kontelasi politik di Jakarta, didukung oleh mayoritas partai parlemen di Jakarta sebanyak 91 kursi. Sementara itu, PDIP hanya memperoleh 15 kursi di DPRD DKI Jakarta pada periode 2024-2029.

Secara matematis, pasangan Ridwan Kamil dan Suswono, unggul dibandingkan Pramono-Rano. Selain didukung koalisi besar, Ridwan Kamil adalah tokoh yang dikenal memiliki popularitas dan elektabilitas yang cukup bersaing.

Namun demikian, Jakarta tetap menarik untuk disimak, apalagi tidak selalu dukungan koalisi besar berimbas kepada tingkat keterpilihan calon kepala daerah. Buktinya, pada Pilkada 2012 lalu, pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berhasil mengalahkan koalisi besar yang mendukung Fauzi Bowo.

Sentimen: positif (100%)