Sentimen
Negatif (99%)
3 Sep 2024 : 08.05
Partai Terkait

Konflik PKB-PBNU Masih Berlanjut, Banser dan Garda Bangsa Siapkan Skenario Perang Nasional 3 September 2024

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

3 Sep 2024 : 08.05
Konflik PKB-PBNU Masih Berlanjut, Banser dan Garda Bangsa Siapkan Skenario Perang Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Konflik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melawan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masih terus berlanjut. Konflik ini bahkan semakin melebar menyentuh badan otonom PBNU dan organisasi sayap PKB. Gerakan organisasi sayap ini dipicu oleh kukuhnya tekad PBNU untuk merebut PKB dari kepemimpinan Ketua Umum PKB saat ini, Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Melalui Eks Sekjen PKB Lukman Eddy, wacana muktamar tandingan untuk melengserkan Cak Imin bergulir. PBNU mengklaim, merebut PKB dari tangan Cak Imin adalah upaya untuk memperbaiki partai yang didirikan para sesepuh NU itu karena dinilai sudah keluar dari fatsun dan norma pendiriannya. Konflik ini dipantik oleh pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket DPR-RI terkait Penyelenggaraan Haji 2024. Hak angket tersebut hendak menguliti kebijakan Kementerian Agama yang dipimpin Yaqut Cholil Quomas terkait dengan pengalihan kuota haji reguler ke peserta haji khusus. Diketahui, Yaqut adalah adik dari Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf. Merespons itu, Gus Yahya menyebut ada dendam pribadi Cak Imin terhadap keluarga besar PBNU. PBNU kemudian membuat Pansus tandingan yang pada dasarnya menginginkan PKB kembali ke pangkuan PBNU dan mendepak Cak Imin dari PKB. Konflik meluas Upaya kudeta PBNU sempat akan terjadi pada Muktamar PKB di Bali, 24-25 Agustus 2024. Saat itu, Pagar Nusa dan Banser turut dikirim ke Bali untuk melakukan apel siaga. Mereka berdalih melakukan kegiatan di Bali dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 RI. Namun apel mereka berbarengan dengan waktu Muktamar PKB di Bali saat itu. Belakangan, terjadi kekhawatiran di tengah masyarakat Bali akan terjadi konflik fisik antara PKB dan Banser, sehingga PBNU meminta penarikan kembali pasukan yang disebut Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharuddin berjumlah 15.000 orang itu. Belakangan, kudeta kembali diupayakan melalui rencana muktamar tandingan PKB. Skenario Perang Mendengar upaya kudeta lewat muktamar tandingan, PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin menggerakkan organisasi sayapnya, Garda Bangsa untuk menyiapkan skenario perang. Ketua Umum Gerakan Pemuda Kebangkitan (Garda) Bangsa, Tommy Kurniawan, menyatakan kesiapan untuk berkonfrontasi dengan badan otonom PBNU, GP Ansor, terkait isu muktamar PKB tandingan yang digelar oleh kubu PBNU. Dia mempertanyakan dasar hukum GP Ansor yang dikerahkan untuk "menertibkan" PKB. Ia juga melontarkan pertanyaan serupa kepada Pagar Nusa, kesatuan pencak silat di bawah naungan PBNU, yang turut berusaha "menertibkan" PKB. "Jadi, kalau skenarionya adalah perang, maka kita siap, Garda Bangsa seluruh Indonesia sudah menunggu komando. Kalau memang harus perang kita perang, kita siap melawan," ujar Tommy kepada wartawan di kantor DPP PKB, Sabtu (31/8/2024). Tommy mengaku tidak khawatir dengan potensi bentrok yang mungkin terjadi. "Kalau memang itu diperlukan, untuk menjaga Partai Kebangkitan Bangsa kita siap perang, seperti yang kemarin yang kita lakukan di Bali, kita sudah siap untuk melawan siapa pun," lanjut dia. Gayung bersambut, Pagar Nusa dan GP Ansor yang merasa ditantang bahkan akan menyiapkan Panggung Pencak Dor untuk adu jotos antara kedua organisasi sayap ini. Komandan Pasukan Inti Pagar Nusa, Gus Malik mengatakan, siap menghadapi Garda Bangsa jika memang diperintahkan PBNU. "Kami siap turun bersama pasukan Banser, Ansor, kapan pun diperintahkan PBNU kami siap turun kapan pun," tutur Gus Malik dalam konferensi pers di Mercure Hotel, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (2/9/2024). Kepala Satkornas Banser Gus Syafiq Syauqi mengatakan, Banser akan bergerak jika PBNU memerintahkan untuk bergerak. "Kami akan menginstruksikan seluruh Banser se Nusantara untuk bergerak mengikuti komando kami," ucap Gus Syafiq. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (99.8%)