Sentimen
Negatif (93%)
3 Sep 2024 : 05.44
Informasi Tambahan

Event: Pilkada Serentak

Anies Bicara soal Pendukung, Golput, dan Kekecewaan Nasional 3 September 2024

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

3 Sep 2024 : 05.44
Anies Bicara soal Pendukung, Golput, dan Kekecewaan Penulis JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengaku, memahami sikap pendukung militannya yang menyerukan untuk tidak memilih atau menjadi golput (golongan putih) pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024. Namun, Anies tidak menjawab dengan tegas posisinya, apakah mendukung aksi dari pendukung garis kerasnya atau tidak. Menurut Anies, seruan tersebut merupakan ungkapan kekecewaan. Tetapi, bukan hanya karena dirinya tidak bisa ikut berkontestasi pada Pilkada Jakarta . Melainkan, akumulasi kekecewaan pada situasi yang terjadi saat ini. “Itu adalah ungkapan akibat kemampetan ketika aspirasi legitimate yang sudah dibawa juga oleh partai di tingkat daerah ternyata tidak bisa diakomodasi di tingkat keputusan nasional, sehingga muncul aspirasi itu,” kata Anies dalam wawancara eksklusif bersama Najwa Shihab di program Mata Najwa. Kompas.com sudah mendapatkan izin Najwa Shihab untuk mengutip wawancara eksklusifnya dengan Anies Baswedan yang tayang di kanal YouTube Najwa Shihab pada 1 September 2024. Dia mengungkapkan, situasi yang terjadi saat ini adalah kemampetan, di mana aspirasi di tingkat bawah tidak diakomodasi oleh pusat. Akibatnya, masyarakat yang di bawah mengungkapkan kekecewaannya. Salah satunya dengan mengajak untuk tidak memilih. “Jadi ini bukan semata-mata, saya melihatnya nih, bukan semata-mata soal penolakan terhadap calon A dan calon B atau calon C. Tetapi, atas proses yang sedang terjadi dan inilah yang sebenarnya harus dikoreksi,” ujarnya. Namun, Anies mengatakan, kenyatannya ada tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang harus dipilih pada Pilkada Jakarta. Oleh karena itu, mantan calon presiden (capres) ini meminta agar kekecewaan tersebut dihormati, dihargai, dan jangan disalahkan. “Dalam suasana kecewa maka ungkapan-ungkapan itu akan bermunculan. Biar ini jalan, ya enggak apa-apa itu sebagai sebuah aspirasi, tapi nanti di November ujungnya ya pilihannya cuma tiga,” kata Anies. “Jadi, pada fase ini hormati kekecewaan itu, hargai itu, dan jangan salahkan. Tetapi, nanti diujung kita tahu bahwa pilihannya enggak nambah,” ujarnya lagi. Diketahui, ada tiga paslon yang bakal bertarung pada Pilkada Jakarta. Mereka adalah Pramono Anung-Rano Karno, Ridwan Kamil-Suswono, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana. Sebagaimana diketahui, PDI-P dan Anies Baswedan sebagai pihak yang diduga terpinggirkan pada Pilkada Jakarta 2024 sempat mendapatkan angin segar usai putusan MK menurunkan ambang batas pencalonan kepala daerah. PDI-P jadi bisa mengajukan calon kepala daerah sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai politik lain. Sedangkan Anies memiliki peluang maju jika diusung oleh PDI-P. Terbaru, Anies mengatakan bahwa komunikasinya dengan PDI-P memang berjalan dengan serius saat itu. Bahkan, Anies menyebut bahwa keseriusan tersebut dapat dilihat saat dirinya diundang hadir ke DPD PDI-P Jakarta pada Sabtu, 24 Agustus 2024. Kemudian, pada Senin, 26 Agustus 2024, dia juga diundang hadir ke kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P. Tetapi, akhirnya PDI-P memutuskan untuk mengusung Pramono Anung-Rano Karno pada Pilkada Jakarta. Terkait kegagalannya diusung PDI-P maju sebagai bakal calon gubernur (cagub) di Jakarta, Anies mengatakan, bukan karena tidak ingin menjadi kader partai berlambang banteng tersebut. Dalam wawancaranya dengan Najwa, Anies bahkan menyebut, tidak pernah ada pembicaraan atau tawaran dari DPP PDI-P agar dirinya bergabung menjadi kader banteng. “Sama sekali tidak pernah. Jadi tidak pernah ada pembicaraan tentang menjadi anggota dengan semua pimpinan,” ujarnya dikutip dari YouTube Najwa Shihab. Dia lantas menyebut, pernah menanyakan perihal kemungkinan adanya syarat menjadi kader tersebut dalam komunikasinya dengan utusan PDI-P. Tetapi, dijawab bahwa tidak ada syarat tersebut. “Yang saya alami tidak pernah ada percakapan itu. Tidak pernah ada pertanyaan, 'Pak Anies, Anda bersedia jadi kader atau tidak'. Tanyakan kepada Pak Ahmad Basarah, tidak pernah. Tanyakan kepada Pak Said Abdullah yang kemudian menjadi utusan, enggak ada sama sekali,” katanya. Oleh karena itu, Anies membantah bahwa kegagalan diusung PDI-P pada Pilkada Jakarta dikarenakan dirinya tidak bersedia bergabung menjadi kader partai. “Saya tidak tahu apa yang sesungguhnya menjadi sebab. Tetapi, apa pun keputusannya saya hormati. Saya tidak mau berspekulasi. Saya hanya bisa menyampaikan apa yang saya rasakan, yang saya alami,” ujarnya. Namun, Anies sempat menyinggung perihal dugaan adanya kasus-kasus hukum yang membuat dinamika menjadi berubah. Menurut Anies, saat datang ke DPP PDI-P pada 26 Agustus 2024, dia sempat berbincang dan berdikusi dengan politikus PDI-P Rano Karno. Kemudian, Anies mengatakan, dia akhirnya diminta menunggu kabar selanjutnya terkait pencalonan tersebut karena ada perkembangan baru terkait kasus-kasus yang diduga terkait dengan hukum. "Lalu, sampai ke ada pesan datang kepada saya dan menyampaikan, 'Pak Anies ini ada perkembangan baru menyangkut beberapa case-case '. Jadi kita tunggu dulu sampai case-case yang sedang dimunculkan waktu itu, itu bisa dikendalikan,” katanya. “Kelihatannya case-case hukum ya,” jawab Anies saat dicecar oleh Najwa perihal kasus yang dimaksud tersebut. Hanya saja, Anies menolak menceritakan secara detail mengenai kasus-kasus tersebut. “Saya barangkali tidak usah cerita detailnya tapi ada case-case yang membuat ini harus dikelola dulu dan sesudah itu baru nanti saya dikabarin,” ujarnya. Hingga akhirnya, PDI-P memajukan dua kadernya sebagai bakal cagub dan cawagub di Jakarta, yakni Pramono Anung-Rano Karno. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (93.8%)