Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Jember
Kab/Kota: Jember, Tangki
Mahasiswa Universitas Jember Ciptakan Monoxenic untuk Hadapi Serangan Hama
Beritajatim.com Jenis Media: Regional
Jember (beritajatim.com) – Lima mahasiswa Universitas Jember di Kabupaten Jember, Jawa Timur, menciptakan alat Monoxenic Culture Bioreactor untuk menciptakan pestisida organik yang aman dan ramah lingkungan.
Lima mahasiswa yang tergabung dalam tim Xentori itu adalah Deviana Fitria Astuti, Mohammad Novan Efendi, dan Bela Indri Ayunita dari Program Studi Proteksi Tanaman, Muhammad Badar Alfath, mahasiswa Program Studi Penyuluhan Pertanian, dan Sheinka Amalia Gisna, mahasiswa Program Studi Agribisnis. Mereka dibimbing dosen Fakultas Pertanian, Ankardiansyah Pandu Pradana.
Inovasi ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI). Monoxenic Culture Bioreactor berbentuk seperti tabung yang memiliki monitor di dalamnya. Dari monitor tersebut dapat diketahui kesesuaan suhu dan kadar keasaman yang dibutuhkan.
Alat ini untuk memperbanyak nematoda patogen yang berpotensi sebagai agen pengendali hayati, karena dapat memparasit serangga hama di lahan pertanian. Perbanyakan nematoda entomopatogen ini untuk meningkatkan produksi beras organik.
“Dalam memperoleh nematoda, kami bersama mitra melakukan eksplorasi di bawah pohon bambu yang merupakan inang yang ideal dan kaya akan keanekaragaman hayati,” kata Deviana Fitria Astuti, Ketua Tim Xentoric, sebagaimana dilansir Humas Unej, Senin (15/7/2024).
Metode yang digunakan adalah metode semprot. Nematoda entomopatogen diletakkan dalam spons yang setelah diperas itu dimasukkan ke dalam tangki dan bisa langsung disemprotkan ke tanaman. Penyemprotan dilakukan pada lahan pertanian dengan umur dua bulan, untuk menekan serangan organisme pengganggu tanaman dan dilakukan setiap seminggu dua kali.
Para mahasiswa bekerja sama dengan CV. Tani Jaya Organik, Desa Rowosari, Kecamatan Sumberjambe yang merupakan salah satu kecamatan yang menjadi sentra beras organik di Jember. Inovasi ini untuk mengatasi penurunan produksi beras organik sebesar 15-30 persen akibat serangan hama serangga seperti walang sangit/
“Awalnya petani menggunakan pestisida nabati seperti dari daun mimba, namun ternyata masih belum efektif dan memiliki beberapa kendala. Karena organik, pestisida berbahan dasar daun mimbar tersebut tidak dapat terkena sinar matahari secara langsung. Setelah diaplikasikan, bukannya menurunkan serangan hama, justru hal ini menurunkan efektifitas pestisidanya akibat sinar matahari,” kata Devi.
Bela Indri, anggota tim Xentoric mengatakan, nematoda entomopatogen sebenarnya tersedia di alam, namun bersifat sensitif terhadap pestisida kimia dan hanya tersedia di lahan organik saja. “Kami bersama mitra melakukan penyemprotan nematoda entomopatogen dengan dosis 15 liter per hektare setiap pagi mulai jam 6 pagi, dan dilakukan setiap seminggu dua kali,” katanya.
Hasilnya cukup baik. Menurut Novan Effendi, anggota tim Xentoric lainnya, saat panen pada 1 Juni 2024, bobot beras pada petak percobaan mencapai 103 kilogram. Sementara di petak percobaan yang tidak diaplikasikan nematoda entomopatogen diperoleh beras sekitar 75 kilogram. [wir]
Sentimen: positif (88.9%)