Sentimen
Negatif (100%)
2 Sep 2024 : 06.05
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Moskow

PD 3 di Depan Mata, Rusia Tak Akan Ragu Lagi Gunakan Senjata Nuklir

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

2 Sep 2024 : 06.05

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia akan membuat perubahan pada doktrin penggunaan senjata nuklirnya sebagai tanggapan terhadap apa yang dianggapnya sebagai eskalasi Barat dalam perang di Ukraina. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov.

Doktrin nuklir yang ada, yang ditetapkan dalam dekrit oleh Presiden Vladimir Putin pada 2020, menyatakan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir oleh musuh atau serangan konvensional yang mengancam keberadaan negara.

Namun, beberapa analis militer Rusia yang berhaluan keras telah mendesak Putin untuk menurunkan ambang batas penggunaan nuklir guna "menyadarkan" musuh-musuh Rusia di Barat.

Putin sendiri mengatakan pada bulan Juni lalu bahwa doktrin nuklir adalah "instrumen hidup" yang bisa berubah tergantung pada peristiwa dunia. Pernyataan Ryabkov pada Minggu adalah indikasi paling jelas bahwa perubahan tersebut memang akan dilakukan.

"Pekerjaan ini berada pada tahap lanjut, dan ada niat yang jelas untuk melakukan koreksi," ujar Ryabkov, yang dikutip oleh kantor berita negara TASS. Ia menyebutkan bahwa keputusan ini "terkait dengan eskalasi yang dilakukan oleh musuh-musuh Barat kami" dalam konteks konflik Ukraina.

Moskow menuduh Barat menggunakan Ukraina sebagai proksi untuk berperang melawan Rusia, dengan tujuan menghancurkan Rusia secara strategis dan memecahnya. Namun, Amerika Serikat dan sekutunya menyangkal hal tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka membantu Ukraina membela diri dari perang agresi ala kolonial yang dilakukan oleh Rusia.

Peringatan Putin

Pada hari pertama invasi penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Putin memperingatkan bahwa siapa pun yang mencoba menghalangi atau mengancam Rusia akan menghadapi "konsekuensi yang belum pernah dialami dalam sejarah."

Sejak itu, Putin telah mengeluarkan serangkaian pernyataan yang dianggap Barat sebagai ancaman nuklir, termasuk pengumuman tentang penempatan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus.

Namun, ancaman ini tidak menghalangi Amerika Serikat dan sekutunya untuk meningkatkan bantuan militer kepada Ukraina, termasuk pengiriman tank, rudal jarak jauh, dan jet tempur F-16.

Bulan lalu, Ukraina mengejutkan Moskow dengan menembus perbatasan baratnya dalam serangan besar oleh ribuan pasukan, yang masih terus dilawan oleh Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa operasi tersebut mempermainkan "garis merah" Putin.

Zelensky juga berusaha keras agar AS mengizinkan penggunaan senjata canggih Barat untuk menyerang sasaran di dalam wilayah Rusia.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Minggu mengatakan bahwa Barat "sudah terlalu jauh" dan Rusia akan melakukan segala cara untuk melindungi kepentingannya.

Ryabkov tidak menyebutkan kapan doktrin nuklir yang diperbarui itu akan selesai. "Waktu untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah pertanyaan yang cukup sulit, mengingat kita berbicara tentang aspek terpenting dari menjaga keamanan nasional kita," ujarnya, dilansir Reuters.

Rusia memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain. Pada bulan Maret, Putin mengatakan bahwa Moskow siap untuk kemungkinan perang nuklir "dari sudut pandang militer-teknis".

Namun, ia menambahkan bahwa tidak ada kebutuhan mendesak untuk konfrontasi nuklir dan Rusia belum pernah menghadapi situasi yang mengharuskan penggunaan senjata nuklir di Ukraina.


(luc/luc)

Sentimen: negatif (100%)