Sentimen
1 Sep 2024 : 11.01
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Kab/Kota: bandung, Samarinda, Jabodetabek, Sukabumi, Cianjur
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Curhat Jusuf Hamka soal Dunia Politik, "Terlalu Keras dan Kasar" Regional 1 September 2024
Kompas.com Jenis Media: Regional
1 Sep 2024 : 11.01
Curhat Jusuf Hamka soal Dunia Politik, "Terlalu Keras dan Kasar"
Tim Redaksi
CIANJUR, KOMPAS.com
– Bagi
Jusuf Hamka
,
dunia politik
terlalu keras dan kasar.
Politik juga menurut babah Alun, panggilan pengusaha jalan tol ini, sudah tak lagi menjunjung nilai kesantunan dan kehormatan.
Alasan itulah yang mendorong dirinya memutuskan mundur ketika diusung
Partai Golkar
untuk pentas di panggung Pemilihan Gubernur DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Jusuf tidak menampik, keputusannya mundur dari bursa pencalonan sekaligus dari keanggotaan Partai Golkar juga tidak terlepas dari dinamika internal yang terjadi di tubuh partai Beringin tersebut.
“Saya sebagai sahabat (Airlangga Hartanto) dan anggota partai yang tentunya menjunjung tinggi kesantunan dan kehormatan, serta loyalitas dalam berpartai. Bukan hanya berpartai, di dalam kehidupan di masyarakat, kesantunan dan kehormatan lebih utama,” ungkap Jusuf kepada
Kompas.com
di sela kegiatan Gerakan Nasional Nasi Kuning Babah Alun di
Cianjur
, Jawa Barat, Sabtu (31/8/2024).
“Begitu saya melihat ada sesuatu yang tidak santun dan tidak terhormat, saya langsung melepaskan itu semua,” imbuhnya.
KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD Pengusaha jalan tol Jusuf Hamka alias Babah Alun usai menyerahkan surat pengunduran diri sebagai kader Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Senin (12/8/2024). Menurut Jusuf, sikap santun, kehormatan dan rasa empati terhadap sesama jauh lebih penting dan harus senantiasa dijunjung tinggi daripada sekedar harta dan jabatan. Lagipula, ditegaskan dia, rencana pentas di panggung pilkada tersebut bukan atas kemauannya, melainkan diinginkan parpol yang terpincut dengan popularitasnya selama ini. “Jadi sebenarnya saya tidak mau, tapi karena hari itu partai yang menginginkan untuk uji coba, apakah selama ini babah Alun yang popularitasnya tinggi ada mempunyai elektabilitas, dan saya ternyata sudah dibuktikan, elektabilitas seminggu saya sudah 6,8 persen, bagaimana kalau 2 bulan,” ujar Jusuf berseloroh. Kendati punya kans besar untuk bersaing dalam kontestasi pilkada, Jusuf tetap memilih mundur. Desakan keluarga yang tidak menginginkannya terjun ke ranah politik juga menjadi alasan kuat untuk mengambil langkah tersebut. “Kalau orang berpolitik itu kan harus punya modal popularitas, elektabilitas, dan isi tas. Tapi, saya lepaskan itu semua demi kemaslahatan umat. Karena saya punya prinsip, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat buat manusia yang lain,” ungkapnya. Sebulan merasakan konstalasi politik sudah cukup baginya untuk memutuskan jika dunia politik tak cocok bagi pria kelahiran Samarinda 67 tahun silam itu. “Saya memilih mundur, politik buat saya terlalu keras dan kasar. Kalau keras, sikut-sikutan bukan karakter saya sebagai pekerja sosial yang harus bersikap lembut dan sayang kepada masyarakat,” kata dia. Jusuf menegaskan, sudah tidak lagi tertarik dengan panggung politik dan memilih fokus menjadi pekerja sosial melalui gerakan nasional nasi kuning Rp3.000 yang digagasnya selama ini. “Saya lebih baik jadi pekerja sosial, sebagaimana di sini (gerakan nasional nasi kuning), tidak berpolitik jauh lebih bermanfaat. Lebih baik cari duit sebanyak-banyaknya untuk digunakan kepada umat sebanyak-banyaknya,” kata dia. Saat ini, di sela kesibukannya mengurus bisnis konstruksi, Jusuf Hamka masih menyempatkan diri terlibat langsung dalam aktivitas sosial tersebut. Sejauh ini, sudah 19 cabang atau pangkalan nasi kuning babah Alun dibuka dan tersebar di wilayah Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur. “Buat saya, dulu guru-guru saya bilang, kalau kamu jadi pedagang atau pengusaha, besok makan apa, kalau berpolitik, besok makan siapa. Lebih baik saya jadi babah Alun, besok ngasih makan nasi kuning siapa lagi,” imbuhnya. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD Pengusaha jalan tol Jusuf Hamka alias Babah Alun usai menyerahkan surat pengunduran diri sebagai kader Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Senin (12/8/2024). Menurut Jusuf, sikap santun, kehormatan dan rasa empati terhadap sesama jauh lebih penting dan harus senantiasa dijunjung tinggi daripada sekedar harta dan jabatan. Lagipula, ditegaskan dia, rencana pentas di panggung pilkada tersebut bukan atas kemauannya, melainkan diinginkan parpol yang terpincut dengan popularitasnya selama ini. “Jadi sebenarnya saya tidak mau, tapi karena hari itu partai yang menginginkan untuk uji coba, apakah selama ini babah Alun yang popularitasnya tinggi ada mempunyai elektabilitas, dan saya ternyata sudah dibuktikan, elektabilitas seminggu saya sudah 6,8 persen, bagaimana kalau 2 bulan,” ujar Jusuf berseloroh. Kendati punya kans besar untuk bersaing dalam kontestasi pilkada, Jusuf tetap memilih mundur. Desakan keluarga yang tidak menginginkannya terjun ke ranah politik juga menjadi alasan kuat untuk mengambil langkah tersebut. “Kalau orang berpolitik itu kan harus punya modal popularitas, elektabilitas, dan isi tas. Tapi, saya lepaskan itu semua demi kemaslahatan umat. Karena saya punya prinsip, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat buat manusia yang lain,” ungkapnya. Sebulan merasakan konstalasi politik sudah cukup baginya untuk memutuskan jika dunia politik tak cocok bagi pria kelahiran Samarinda 67 tahun silam itu. “Saya memilih mundur, politik buat saya terlalu keras dan kasar. Kalau keras, sikut-sikutan bukan karakter saya sebagai pekerja sosial yang harus bersikap lembut dan sayang kepada masyarakat,” kata dia. Jusuf menegaskan, sudah tidak lagi tertarik dengan panggung politik dan memilih fokus menjadi pekerja sosial melalui gerakan nasional nasi kuning Rp3.000 yang digagasnya selama ini. “Saya lebih baik jadi pekerja sosial, sebagaimana di sini (gerakan nasional nasi kuning), tidak berpolitik jauh lebih bermanfaat. Lebih baik cari duit sebanyak-banyaknya untuk digunakan kepada umat sebanyak-banyaknya,” kata dia. Saat ini, di sela kesibukannya mengurus bisnis konstruksi, Jusuf Hamka masih menyempatkan diri terlibat langsung dalam aktivitas sosial tersebut. Sejauh ini, sudah 19 cabang atau pangkalan nasi kuning babah Alun dibuka dan tersebar di wilayah Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur. “Buat saya, dulu guru-guru saya bilang, kalau kamu jadi pedagang atau pengusaha, besok makan apa, kalau berpolitik, besok makan siapa. Lebih baik saya jadi babah Alun, besok ngasih makan nasi kuning siapa lagi,” imbuhnya. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (88.8%)