Sentimen
Positif (100%)
1 Sep 2024 : 06.06
Informasi Tambahan

Institusi: ITB

Kab/Kota: bandung

Tokoh Terkait

Kemenperin Ungkap Penelitian Keamanan Galon Polikarbonat untuk AMDK, Aman atau Tidak?

1 Sep 2024 : 13.06 Views 1

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi

Jakarta, Beritasatu.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut migrasi Bisfenol-A dari galon polikarbonat dari berbagai merek masih jauh di bawah ambang batas aman yang ditetapkan BPOM. Hal itu diungkap melalui penelitian dan membuat galon-galon tersebut masih aman untuk digunakan sebagai kemasan air minum.

Manajer Teknis Balai Besar Kimia, Farmasi, dan Kemasan (BBKFK) Kemenperin Roni Kristiono mengatakan, hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kelompok Studi Polimer Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Sampai bulan ini kita ada delapan perusahaan yang mengajukan uji migrasi BPA dari galon polikarbonat,” kata Roni dikutip dari Antara, Minggu (1/9/2024).

Dari hasil penelitian yang dilakukan, hasil migrasi BPA dari galon-galon polikarbonat itu tidak ada yang melebihi ambang batas aman yang ditetapkan BPOM sebesar 0,6 bpj.

“Kalau yang masuk ke kita, nilainya itu masih dalam batas ambang semua. Kita juga uji tiga kali setiap 10 hari, tetap masih di bawah batas ambangnya,” paparnya.

Menurut dia, alat deteksi untuk membaca migrasi BPA dari galon polikarbonat di BBFKK ini memiliki keterbatasan. Limit deteksi baca alatnya hanya sampai 0,012 bpj saja.

“Nah, rata-rata migrasi BPA dari galon-galon polikarbonat yang kita teliti itu masih jauh di bawah angka 0,012 bpj sehingga tidak bisa terbaca. Namun, juga ada yang 0,1 bpj, tetapi semua masih di bawah batas ambang aman yang ditetapkan BPOM,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB Akhmad Zainal Abidin menyatakan, hasil penelitian terbaru terhadap air minum dalam kemasan (AMDK) galon berbahan polikarbonat tidak menunjukkan adanya kandungan zat berbahaya Bisfenol-A (BPA).

Kelompok Studi Polimer ITB melakukan penelitian yang menguji keamanan dan kualitas air minum dalam kemasan galon berbahan polikarbonat (PC) dari berbagai merek ternama di Provinsi Jawa Barat.

Dia mengatakan, studi tersebut berfokus untuk mendeteksi peluruhan atau migrasi BPA dari kemasan galon berbahan polikarbonat ke dalam air minum terhadap empat sampel dari merek AMDK terpopuler.

"Dari penelitian yang kami lakukan, kami tidak mendeteksi (non-detected/ND) BPA di semua sampel AMDK yang diuji," ujarnya.

Artinya, menurut dia, kadar BPA masih sangat aman, berada jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan otoritas keamanan pangan nasional dan internasional, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Penelitian ini menunjukkan semua sampel air minum yang diuji terbukti aman untuk dikonsumsi masyarakat dan telah sesuai dengan standar serta regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah dan juga standar internasional,” katanya.

Zainal menuturkan, penelitian yang dilakukan merupakan bagian dari upaya mengedukasi masyarakat mengenai kualitas dan keamanan AMDK yang berbasis pada serangkaian uji ilmiah yang ketat, terpercaya, dan independen.

Penelitian tersebut mengikuti metode uji baku keamanan dan kualitas air minum nasional dan internasional, baik standar dari BPOM, SNI, peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), maupun American Public Health Association (APHA), dengan menggunakan detail analisis kimia dari Association of Official Analytical Chemist International (AOAC).

Selain itu, ujarnya, penelitian dilakukan menggunakan alat ukur canggih, yaitu high performance liquid chromatography (HPLC) yang terkenal akan ketepatan akurasinya, dengan nilai limit of detection (LoD) sebesar 0,0099 mikrogram per liter (mcg/L).

Sedangkan, menurut Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019, ambang batas maksimum migrasi BPA dalam wadah penyimpanan adalah 600 mikrogram per liter (0,6 ppm).
 

Sentimen: positif (100%)