Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Paris
Tokoh Terkait
Anwar Ibrahim
Asing Makin Kencang Serbu Malaysia, Ini Bukti Baru RI Cuma Diperas
CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan investasi besar Amazon Web Services (AWS) di Malaysia.
Anwar mengatakan, investasi berupa peluncuran Asia Pasifik (Malaysia) Region, menandakan komitmen dan investasi jangka panjang oleh AWS.
Adapun jumlah investasi AWS di Malaysia mencapai RM29.2 miliar (Rp 102 triliun), ini adalah jumlah investasi terbesar yang dibuat oleh raksasa teknologi global di Malaysia.
Pengumuman investasi AWS menyusul beberapa investasi besar lainnya oleh perusahaan teknologi global sejak Desember 2023, termasuk Nvidia (RM 20 miliar), Google (RM 9,4 miliar), Microsoft (RM 10,5 miliar) dan Infineon (RM 30 miliar).
"Dunia semakin mengakui keuntungan berinvestasi dan bermitra dengan Malaysia. Para investor ini mengakui pencapaian Pemerintah Madani dalam menciptakan lingkungan investasi yang menarik, terbuka, dan transparan," tulis Anwar dalam postingna di akun LinkedIn, dikutip CNBC Indonesia, Senin (26/8/2024).
"Kami sangat senang dengan masuknya AWS ke Malaysia," imbuhnya
Investasi baru ini mencakup beberapa komponen utama. Pertama, AWS akan berinvestasi dalam membangun pusat data fisik di Malaysia. Data center ini menjadi salah satu dari 34 wilayah tepercaya Amazon di seluruh peta infrastruktur globalnya.
Kedua, data center ini akan membuka lebih 3.500 lapangan pekerjaan di Malaysia. mencakup konstruksi, pemeliharaan fasilitas, teknik, telekomunikasi, dan sektor lainnya, yanh akan menjadi bagian dari rantai pasokan AWS bernilai tinggi di Malaysia.
Ketiga, AWS telah menandatangani Perjanjian Kerangka Kerja Cloud dengan Pemerintah Malaysia untuk meningkatkan adopsi cloud di sektor publik.
"Kami menyambut baik AWS di Malaysia dan menantikan inovasi dan peluang yang akan diberikan oleh investasi ini, termasuk transfer teknologi dan pembelajaran yang berharga. #MalaysiaMADANI." pungkasnya.
Indonesia Cuma DiperasSejak akhir tahun lalu raksasa teknologi banyak mengucurkan dana investasi ke Malaysia. Sebenarnya perusahaan-perusahaan itu juga berinvestasi di Indonesia, tapi jumlahnya tak sebanding dengan di negara tetangga.
Microsoft misalnya, yang menggelontorkan investasi di Indonesia dengan nilai sebesar US$1,7 miliar atau sekitar Rp 27,6 triliun.
Namun jumlah yang diinvestasikan Microsoft di Indonesia jauh lebih sedikit dibanding yang dilakukan di Malaysia. Raksasa teknologi asal AS itu menambah investasi sebesar US$2,2 miliar atau sekitar Rp35,57 triliun.
Begitu juga dengan Google. Awal bulan Juni lalu, Google menyatakan komitmen investasi sebesar US$2 miliar (Rp 32,5 triliun) di Malaysia.
Investasi tersebut akan digunakan untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pertama di negara tersebut, seiring dengan meningkatnya permintaan AI dan layanan cloud regional.
Cloud regional Malaysia adalah tambahan dalam jaringan Google yang mencakup 40 wilayah dan 121 zona di dunia.
Di Indonesia, Google hanya menyatakan 10.000 beasiswa pelatihan AI, tetapi tak ada komitmen investasi serupa di Malaysia.
Google juga sudah bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi dan berkomitmen membantu pemerintah memberantas judi online dengan fitur AI Google.
ByteDance yang merupakan induk TikTok, juga berencana menggelontorkan dana US$ 2,13 miliar atau sekitar Rp 34,7 triliun untuk membangun pusat AI di Malaysia.
Hal tersebut diumumkan langsung oleh Menteri Perdagangan Malaysia beberapa saat lalu. Sebagai bagian dari kesepakatan, ByteDance akan mengekspansi fasilitas pusat data di Johor, melalui investasi tambahan senilai 1,5 miliar ringgit atau sekitar Rp 5,2 miliar.
Alasan Asing Investasi Besar di Malaysia daripada IndonesiaKetua Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) Hendra Suryakusuma mengatakan, banyak insentif untuk para pelaku data center yang diberikan pemerintah Malaysia. Bahkan untuk perusahaan yang menggunakan teknologi green, insentifnya ditambah lagi.
"Kalau di Indonesia, ini memang belum terjadi tapi kalau pemerintah lewat RUU EBT (Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan) yang saat ini sedang digodok di Komisi VII DPR RI berhasil memberikan tambahan insentif dari sisi green initiative, itu akan sangat mendorong tumbuhnya industri data center di Indonesia yang saat ini tumbuh 20-30 persen per tahunnya," kata Hendra dalam Profit di CNBC Indonesia, beberapa saat lalu.
Malaysia juga melakukan pemangkasan birokrasi yang memudahkan investasi bisnis saat masuk ke negaranya.
Di Malaysia, perusahaan asing bisa hanya menggunakan high level design untuk mendapatkan izin membangun. Sementara di Indonesia harus sampe ke detil engineering design, yang artinya memakan waktu dan biaya yang tidak murah.
Di sisi lain, kalau saja Indonesia juga fokus dengan renewable energy, banyak sekali perusahaan yang berbasis di Amerika Utara dan Eropa Barat yang bersedia untuk melakukan kerjasama pembangunan data center.
Karena negara-negara tersebut fokus ke ESG (Environmental, Social and Governance), dan mereka ada komitmen Paris Accord. Jadi hal-hal yang berkaitan dengan energi terbarukan, bisa mendorong tumbuh kembangnya industri data center.
"Banyak investor di Amerika Utama dan Eropa Barat fokus terkait ESG nya jadi mereka juga fokus bagaimana energy yang di supply di data center ini didapat dari sumber yang green atau less emissions karbonnya," jelasnya.
Selama investor melihat negara stabil secara politik, juga mendukung industrinya untuk bisa bertumbuh seperti lewat insentif pajak, kemudian ada green initiative insentif, akan mendorong mereka untuk masuk ke negara tertentu.
(haa/haa)
Sentimen: positif (99.8%)