Sentimen
Positif (80%)
22 Agu 2024 : 11.20
Informasi Tambahan

Institusi: ITB

Kab/Kota: bandung, Bekasi

Tokoh Terkait

Kegocek Tren Pilih-pilih Produk, Nggak Tahunya BPA Ada di Mana-mana

Detik.com Detik.com Jenis Media: Kesehatan

22 Agu 2024 : 11.20
Jakarta -

Maraknya perdebatan tentang Bisphenol A atau BPA memunculkan tren pilih-pilih, FOMO apa-apa harus pakai label 'BPA-Free'. Tanpa disadari, BPA ada di mana-mana karena pemanfaatannya memang sangat luas dalam keseharian.

"Jadi apa-apa takut sama BPA," ujar Rahma, seorang ibu rumah tangga asal Bekasi, saat berbincang dengan detikcom di sela diskusi detikcom Leaders Forum, Rabu (21/8/2024).

Kekhawatiran Rahma didasari oleh gencarnya informasi yang menyebut bahaya paparan BPA dari plasik polikarbonat (PC). Informasi yang tidak utuh membuatnya merasa perlu untuk pilih-pilih produk, menghindari kemasan plastik polikarbonat.

"Tahu (BPA) ada di galon, kayak botol minum berbahan plastik tahunya di situ-situ aja," jelasnya.

Faktanya, pemanfaatan BPA dalam kemasan pangan ternyata jauh lebih luas. Praktisi kesehatan dr Karin Wiradarma, M Gizi, SpGK mengatakan, salah satu risiko paparan BPA paling tinggi justru berasal dari kaleng makanan karena senyawa tersebut merupakan bahan baku resin epoksi yang dipakai sebagai pelapis.

"Sebuah studi meneliti kandungan BPA di berbagai makanan baik makanan segar, beku, dan kaleng. Mereka menemukan BPA di 73 persen makanan kaleng. Di makanan segar dan beku sekalipun juga ditemukan BPA sebanyak 7 persen," jelas dr Karin.

Sementara itu, pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Ir Akhmad Zainal Abidin menambahkan bahwa BPA begitu dekat dengan keseharian. Berbagai jenis alat kesehatan serta casing peralatan elektronik juga menggunakan BPA sebagai bahan baku.

"Pernah lihat thermal paper? Yang untuk nyetak kalau transaksi," kata Prof Akhmad yang menjadi salah satu narasumber dalam diskusi tersebut.

"Itu mengandung BPA juga," tegasnya, mencontohkan kertas struk belanja sebagai salah satu pemanfaatan BPA dalam kehidupan sehari-hari.

Polling detikHealth menunjukkan informasi yang simpang siur tentang BPA bikin bingung kalangan awam. Foto: Pradita Utama

Meski BPA ada di mana-mana, tidak berarti harus khawatir berlebihan. Berbagai riset menunjukkan, paparan BPA hingga kadar tertentu dapat dimetabolisme dengan baik oleh tubuh manusia dan dikeluarkan melalui urine. Ini sekaligus mematahkan anggapan bahwa BPA akan terakumulasi di dalam tubuh.

Sementara itu, The European Food Safety Authority (EFSA) menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen adalah 4 mikrogram/kg berat badan/hari. Di bawah batas tersebut, kadar BPA dianggap terlalu rendah untuk bisa memberikan dampak bagi kesehatan.

Di Indonesia, batas migrasi BPA dalam wadah pangan berbahan platik polikarbonat yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI), adalah 0,6 bpj (600 mikrogram/kg).

Para pakar menjelaskan fakta-fakta terkait Bisphenol A supaya tidak FOMO apa-apa harus BPA Free. Foto: Pradita Utama/detikHealth

Mengingat senyawa ini ada di mana-mana dan hampir tidak mungkin dihindari sama sekali, apakah lantas jadi makin khawatir? Menurut Rahma, yang terpenting dirinya kini lebih memahami bahwa ada batasan aman terkait BPA yang jika dipatuhi maka dampaknya bagi kesehatan bisa diabaikan.

"Jadi lebih tenang aja gitu, kalau tubuh kita ternyata punya antisipasi dalam menghadapi BPA. Jadi nggak selalu BPA itu nggak boleh," kata Rahma, menjelaskan pandangannya setelah menyimak paparan ahli.

Peserta diskusi detikcom Leaders Forum tampak serius menyimak paparan narasumber ahli yang hadir. Foto: Pradita Utama/detikHealth
(up/up)

Sentimen: positif (80%)