BI Ungkap Penyebab Jatuhnya Dolar AS
Detik.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta -
Nilai tukar rupiah cenderung menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir. Penguatan ini membawa mata uang Paman Sam itu kini berada di zona Rp 15.400-an.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pelemahan dolar AS karena membesarnya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate yang diperkirakan akan lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Hal ini melihat perlambatan ekonomi AS seiring penurunan permintaan domestik.
"Perlambatan ekonomi AS berdampak pada meningkatnya pengangguran dan menurunnya inflasi yang lebih cepat ke arah sasaran inflasi jangka panjangnya yaitu sebesar 2%. Perkembangan ini mendorong kuatnya ekspektasi penurunan Fed Fund Rate yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan," kata Perry dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (21/8/2024).
Kondisi ekonomi di AS tersebut membuat dana asing mulai bergerak keluar dari AS dan menuju negara berkembang, seperti Indonesia.
"Perkembangan ini kemudian menyebabkan penurunan yield US treasury tenor 2 tahun yang juga diikuti dengan penurunan yield US treasury tenor 10 tahun, serta pelemahan dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia," tambahnya.
Perry menyebut nilai tukar rupiah pada 20 Agustus 2024 menguat 5,34% menjadi Rp 15.430/US$ selama Agustus dibandingkan posisi akhir Juli 2024. Penguatan rupiah disebut didukung oleh bauran kebijakan moneter BI, meningkatnya aliran masuk modal asing, dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Penguatan ini lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Baht Thailand, Yen Jepang, Peso Filipina dan Won Korea yang masing-masing mencatat penguatan atau apreasiasi 4,2%, 3,2%, 3,2% dan 3,04%," beber Perry.
Ke depan, Perry memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan cenderung menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Serta komitmen kebijakan BI. Dalam hal ini seluruh instrumen moneter akan terus kami optimalkan termasuk penguatan strategi operasi moneter pro market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI dan SUVBI," pungkasnya.
(aid/rrd)
Sentimen: positif (66%)