Sentimen
Positif (100%)
16 Agu 2024 : 19.38
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Mitsubishi

Grup Musik: IZ*ONE

Kab/Kota: Gresik

Kasus: covid-19

Smelter Freeport Kado Manis untuk Kemerdekaan RI

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi

16 Agu 2024 : 19.38

Jakarta, Beritasatu.com - Setelah melalui proses pembangunan yang kurang dari lima tahun saja, PT Freeport Indonesia (PTFI) mampu menyelesaikan mega proyeknya yakni  pembangunan smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Gresik, Jawa Timur. 

“Smelter tembaga single line terbesar di dunia senilai hampir Rp 60 triliun ini kami persembahkan dalam rangka Hari Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia. Ini kado buat kemerdekaan RI,” kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas saat wawancara eksklusif dengan Investor Daily, belum lama ini.

Tony memastikan semuanya on the track, sesuai rencana. Pada 27 Juni sudah mulai dinyalakan mesin yang akan memakan waktu 6-10 minggu. 

“Sekarang sudah tersambung semua, pemanasan sudah stabil, sudah dimaintain di 800 derajat. Diharapkan di minggu ketiga bulan Agustus ini, sudah mulai feeding konsentrat. Kami berharap nanti saat presiden meresmikan pada minggu ke-4 bulan Agustus, sudah memproduksi katoda tembaga,” jelas Tony. Pada saat mulai produksi kapasitas 50 persen, selanjutnya akan naik bertahap dan pada Desember 2024 full capacity.

Tony tidak dapat menutupi kebahagiaan dan kebanggaannya bahwa proyek smelter yang semula diragukan banyak pihak, akhirnya bisa terealisasi. Tak dipungkiri bahwa banyak pihak yang menganggap komitmen Freeport untuk membangun smelter hanya sekadar ‘janji surga’, demi  mendapatkan perpanjangan izin operasi semata. Apalagi pembangunannya sempat terkendala, terutama saat terjadi Covid-19.

Pembangunan smelter merupakan kesepakatan antara Freeport McMoRan, pemegang saham PTFI, dengan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). PTFI melepas lisensi Kontrak Karya dan beralih menjadi IUPK pada Desember 2018. Dalam IUPK disebutkan smelter paling lambat lima tahun sejak IUPK terbit. 

Menurut Tony, pihaknya pernah merencanakan membangun smelter dua jalur, namun akhirnya diputuskan satu jalur saja dan yang terbesar di dunia. Sebelumnya rekor terbesar dimiliki China.

Sesungguhnya ini bukanlah smelter pertama yang dibangun Freeport. Sebelumnya sudah ada yakni PT Smelting yang dibangun sejak 1996. PT Smelting menggunakan teknologi dan dikelola Mitsubishi sebagai partner Freeport. Sekarang ini PT Smelting dimiliki oleh Freeport sebesar 66 persen sejak Juni lalu.

Keberadaan smelter PTFI ini memang membanggakan karena ini adalah bentuk komitmen PTFI kepada bangsa Indonesia. 

“Jadi kami melihatnya smelter ini (menjadikan proses pertambangan di PTFI) terintegrasi dari hulu ke hilir menjadi satu kesatuan, sehingga harus dilihat manfaatnya secara keseluruhan. Kalau dia stand alone memang kecil sekali nilai tambahnya hanya 5 persen, tapi ini adalah satu kesatuan dan yang lebih penting lagi adalah bahwa produk yang dihasilkan dari smelter sedapat mungkin akan menjadi bahan baku industri yang akan muncul di Indonesia yakni industri yang membutuhkan tembaga, seperti mobil listrik, kabel, dan lainnya,” papar Tony.

Dia menggambarkan, untuk 1 MW solar panel membutuhkan 5,5 ton tembaga dan 1 MW pembangkit listrik bayu membutuhkan 1,5 ton tembaga. Dengan demikian, jika pemerintah ingin  membangun 10 GW renewable energy, maka kebutuhan tembaga cukup besar.

“Artinya yang dibangun PT Freeport Indonesia, smelter kedua ini, sesuai dengan kebijakan pemerintah di sektor EBT dan EV. Kita akan menjadi bagian dari ekosistem EV dan energi transisi yang dicanangkan pemerintah,” jelas Tony.

Saat ini sebagian konsumen tembaga di dunia adalah China, mereka mengkonsumsi 50 persen tembaga dunia, Total konsumsi dunia sekitar 20-25 juta ton tembaga, dan akan meningkat hingga 40-45 juta ton tembaga  ke depan, sekitar 2040-2050. 

Dengan kehadiran smelter ini, Tony memastikan Indonesia menjadi pemain penting katoda tembaga di dunia.

Sekarang ini, penghasil katoda tembaga dunia adalah China yang sekitar 12 juta ton, lalu Chili 2 juta ton, Kongo 1,9 juta ton, Rusia dan Jepang masing-masing 1,4 juta ton. Jika Indonesia dengan 2 smelter PTFI dan satu milik Amman Mineral yang berkapasitas 500 ribu, secara keseluruhan kapasitasnya menjadi 1,5 juta, atau nomor empat terbesar dunia. 

Berbeda dengan China, walaupun produksinya besar, bahan baku konsentratnya diimpor dari negara lain. Sementara  Indonesia, bahan baku dari dalam negeri, menghasilkan katoda tembaga di Indonesia, akan menjadi nomor empat terbesar di dunia.

Tony memastikan, kehadiran smelter PTFI di Indonesia ini akan membuat Indonesia menjadi pemain katoda tembaga di dunia dan harapannya tentu berdampak di dalam negeri. 

Diharapkan investasi industri yang menggunakan katoda tembaga sebagai bahan baku masuk ke Indonesia.

Salah satunya adalah PT Hailiang Nova Material Indonesia, perusahaan asal China, sejak 2023 membangun pabrik copper foil yang akan menyerap katoda tembaga tersebut. Nantinya produk yang dihasilkan mendukung ekosistem kendaraan elektrik. 

“Terlepas dari tenaga kerja dan dan local supply, tentu saja dengan keberadaan smelter ini, investasi asing akan masuk ke sini, sudah terasa sekali dampaknya. Jatim dari segi investasi menjadi teratas di Indonesia dalam 4-5 tahun terakhir, ini karena keberadaan smelter, belum lagi karena keberadaan perusahaan lain, hilirisasi lanjutan yang akan menggunakan tembaga sebagai bahan baku,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Eddy Soeparno menyampaikan apresiasi atas capaian pembangunan smelter PTFI ini.

“Kami memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada PTFI yang telah mencapai  tahap operasi sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama dengan pemerintah. Kami berharap proses ini berjalan lancar,” pungkasnya.

Sentimen: positif (100%)