Sentimen
Negatif (100%)
14 Agu 2024 : 16.03
Tokoh Terkait

E-waste, Racun yang Terabaikan - Page 3

14 Agu 2024 : 23.03 Views 1

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: News

Permasalahan sampah, khususnya limbah elektronik, tak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Juru Kampanye Urban Greenpeace Muharram Atha Rasyadi menyebut permasalahan semua jenis sampah di Indonesia masih problematik. 

Menurut Atha, model pengangkutan sampah di Indonesia masih campur dan tanpa ada pemilihan. Sehingga tercampur dan sulit dilakukan pemilihan di tempat pembuangan akhir.

"Akhirnya sampah yang tercampur tidak bisa diapapakan. Maksudnya sampah organik, sampah plastik, sampah elektronik tidak bisa dikelola sesuai dengan jenisnya," kata Atha kepada Liputan6.com.

Seharusnya kata dia, sampah setelah dikonsumsi atau digunakan dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Sampah organik, anorganik, kertas, kesehatan, hingga B3. Sehingga sisa-sisa pemakaian yang masih memiliki nilai dapat diproduksi kembali.

"Termasuk mungkin sampah-sampah elektronik bisa jadi ada bagian-bagian yang masih bisa dipakai kembali untuk diproduksi baik itu misalnya menjadi produk yang baru gitu atau mungkin bisa jadi produk yang mirip seperti itu," ucap dia.

Selain itu, dia juga mengharapkan adanya keseimbangan antara perilaku konsumen atau masyarakat dengan pihak industri elektronik. Misalnya pihak industri memiliki skema untuk bekerjasama dengan pihak bank sampah untuk menyediakan boks penampungan sampah elektronik. 

Sebab setiap tahunnya produksi elektronik terus bertambah dan produk baru selalu diperbarui. Sedangkan masyarakat terus merasa dimudahkan dengan produk baru tersebut.

"Seharusnya ini bisa menjadi langkah awal juga bentuk tanggung jawab produsen dan juga tentu membantu kerja dari pemerintah daerah," jelas Atha.

Layanan Penjemputan Sampah Elektronik 

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyediakan pelayanan penjemputan langsung sampah elektronik di masyarakat sejak 2017. Kegiatan tersebut diklaim sebagai pelopor pengelolaan sampah elektronik. Dalam pelaksanaannya disiapkan empat mekanisme pengumpulan sampah secara gratis. 

Yakni melalui pemilahan oleh petugas kebersihan, lalu penjemputan langsung ke rumah warga minimal 5 kilogram. Untuk penjemputan limbah elektronik meliputi barang elektronik bekas, seperti televisi, handphone, kulkas, mesin cuci, kipas angin, AC, dan sejenisnya. 

Kemudian ada pula dengan drop box atau kotak penampungan sampah di 49 titik dan tempat penampungan sampah sementara di setiap kecamatan. Ketua Sub Kelompok Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, Dinas LH DKI Jakarta, Adi Darmawan menyatakan dari berdasarkan data pada tahun 2019 hingga Mei 2024 limbah elektronik yang telah terkelola sebanyak 165 ton. 

Untuk pengelolaannya Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta bekerjasama dengan pihak swasta yang sudah memenuhi standar operasional. Sampah elektronik terbanyak yang diterima oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yaitu TV tabung hampir 50 persen dari keseluruhan. 

Hasil olahan dari limbah elektronik berupa ingot atau aluminium batangan yang kerap dibutuhkan oleh industri untuk dapat dilebur ulang dan dijadikan berbagai macam produk. Sedangkan untuk komponen elektroniknya akan dilakukan peleburan. 

"Terus kemudian itu akan menjadi logam tapi logamnya itu sebenarnya masih logam campuran. Dan di situ mungkin akan tergantung beberapa macam logam yang akhirnya itu juga bisa dimanfaatkan sebagai raw material yang dibutuhkan oleh pihak lainnya," kata Adi kepada Liputan6.com. 

 

Sentimen: negatif (100%)