Sentimen
Positif (44%)
14 Agu 2024 : 20.30
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Shanghai, Beijing

Tokoh Terkait

Starlink Minggir, China Mau Kirim 15.000 Satelit Buat Jajah Bumi

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno

14 Agu 2024 : 20.30

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah perusahaan milik negara China dilaporkan bersiap meluncurkan 15.000 satelit ke orbit rendah Bumi atau Low Earth Orbit (LEO).

Konstelasi satelit ini dirancang untuk menjadi pesaing jaringan internet global Starlink milik Elon Musk.

Peluncuran perdana satelit tersebut telah berhasil dilakukan, yang dipimpin oleh Shanghai Spacecom Satellite Technology (SSST) dan berlangsung di Taiyuan Satellite Centre.

Fasilitas itu merupakan salah satu pusat peluncuran satelit dan misi utama China, yang terletak di sebelah utara provinsi Shanxi.

Rencana besar SSST adalah meluncurkan 108 satelit pada tahun ini dan 648 satelit pada 2025 mendatang.

Layanan satelitnya diharapkan mampu menyediakan cakupan jaringan global pada 2027 dan memiliki 15.000 satelit sebelum 2030, demikian dikutip dari Reuters, Selasa (13/8/2024).

Peluncuran perdana satelit milik Beijing merupakan bagian dari rencana 'Seribu Konstelasi' SSST yang juga disebut 'G60 Starlink Plan', yakni mimpi China mengembangkan jaringan satelit pita lebar setara dengan Starlink.

Saat ini Starlink menjadi penguasa konstelasi pita lebar komersial yang sedang berkembang dan memiliki sekitar 5.500 satelit di luar angkasa. Penggunaannya menyasar konsumen umum, perusahaan, dan lembaga pemerintah.

Persaingan untuk menduduki orbit bumi yang lebih rendah (LEO) juga mempunyai implikasi militer, yang berpotensi memengaruhi keseimbangan kekuatan antar dua negara yang bersitegang.

Satelit LEO biasanya beroperasi pada ketinggian 300km hingga 2.000km di atas permukaan Bumi. Manfaatnya adalah ongkos yang lebih murah dan menyediakan transmisi lebih efisien ketimbang satelit dengan orbit lebih tinggi.

Starlink sendiri telah memiliki puluhan ribu pengguna di Amerika Serikat (AS), dan berencana menambah puluhan ribu satelit baru ke sistemnya.

Kelompok peneliti China di People's Liberation Army (PLA) selama dua tahun terakhir telah mempelajari penggunaan Starlink pada perang di Ukraina. Mereka berulang kali mewanti-wanti risiko yang bisa dialami China jika negara tersebut terlibat perang militer dengan AS.

Pada Januari lalu, publikasi dari PLA mendeskripsikan bagaimana Starlink berperan sebagai ancaman keamanan bagi aset luar angkasa berbagai negara.


(fab/fab)

Sentimen: positif (44.4%)