Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UGM
Kab/Kota: Yogyakarta
Kasus: Demam berdarah dengue
Tokoh Terkait
Kisah Bill Gates Bengkak Digigit Nyamuk Wolbachia di Yogyakarta
Detik.com Jenis Media: Tekno
Jakarta -
Kota Yogyakarta menjadi kota pertama di Indonesia yang mengimplementasikan teknologi nyamuk ber-wolbachia dalam pengendalian demam berdarah dengue (DBD). Bill Gates pun pernah menceritakan kunjungannya ke Yogyakarta untuk mengetahui secara langsung mengenai riset nyamuk tersebut.
Sejak program ini dimulai pada tahun 2016 lalu, angka kasus DBD di kota Yogyakarta mengalami penurunan secara signifikan. Dari yang tadinya ada 1.700 kasus DBD pada tahun 2016-2017, kini pada 2023, turun menjadi 67 kasus.
Kini, nyamuk wolbachia akan disebar di kota-kota lain untuk menekan jumlah penyakit DBD, meski juga ada pro kontra. Nah di blog-nya di Gates Notes, Bill Gates pernah mengisahkan kunjungannya ke Yogya dan digigit nyamuk itu.
Dalam tulisannya, Bill Gates menyebut demam berdarah adalah virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit berbahaya ini menginfeksi sekitar 400 juta orang setiap tahun dan membunuh lebih dari 20.000 orang.
Perubahan iklim memperluas jangkauan geografis nyamuk, sehingga meningkatkan jumlah kasus demam berdarah. Namun, para peneliti di World Mosquito Program berupaya menemukan terobosan yang mungkin bisa mengalahkan demam berdarah selamanya. Terobosan ini mengandalkan bakteri kecil Wolbachia dan nyamuk Aedes aegypti.
Wolbachia adalah bakteri umum dan tak berbahaya, ditemukan pada 60% serangga, termasuk lalat buah, lebah, ngengat, dan kupu-kupu, namun tidak ditemukan pada nyamuk Aedes aegypti Lebih dari satu dekade lalu, para peneliti membuat penemuan mengejutkan.
"Wolbachia yang diberikan kepada nyamuk Aedes akan menghambat penularan virus demam berdarah. Para peneliti mengetahui bahwa virus ini menyebar dengan cepat di antara nyamuk ketika mereka kawin, sehingga menghambat penyebaran demam berdarah dari satu generasi nyamuk ke generasi berikutnya," paparnya.
"Semua penelitian awal ini dilakukan di laboratorium. Langkah selanjutnya adalah menguji apakah pendekatan ini berhasil di dunia nyata. Jika nyamuk ber-Wolbachia dilepas ke masyarakat, apa kasus DBD akan berkurang?" lanjutnya.
Mengunjungi Yogyakarta
"Itulah eksperimen World Mosquito Program, organisasi nirlaba yang berupaya menghentikan penyebaran demam berdarah dan penyakit lain yang ditularkan oleh nyamuk di Yogyakarta, Indonesia. Yayasan kami bangga jadi penyandang dana penelitian ini. Tahun 2014, saya mengunjungi Yogyakarta untuk melihat penelitian ini baru saja dimulai. Saya bahkan membantu memberi makan beberapa nyamuk pembawa Wolbachia," kisah sang pendiri Microsoft.
Waktu itu, Bill Gates berkunjung ke Universitas Gadjah Mada dan juga digigit nyamuk itu. Ia memuji upaya periset di UGM untuk meneliti dan melepaskan nyamuk Wolbachia.
"Saya sangat mengagumi anggota tim peneliti. Setiap minggu lengan mereka bergiliran dimangsa oleh beberapa ratus nyamuk betina yang sangat lapar dan membutuhkan darah manusia untuk mengembangkan telurnya. Tidak ada risiko tertular demam berdarah dari nyamuk yang dipelihara di laboratorium ini, namun gigitannya tetap saja terasa gatal," tulisnya.
"Saya mempelajari hal itu secara langsung ketika saya setuju untuk menawarkan rasa darah saya sendiri kepada seekor nyamuk. Hanya dalam beberapa menit lengan saya bengkak karena belasan gigitan. Itu adalah harga kecil yang harus dibayar untuk sebuah proyek luar biasa yang berpotensi membalikkan keadaan melawan penyakit yang mengerikan," pungkasnya.
Pada tahun 2021, 7 Tahun setelah kunjungan ke Yogyakarta dan pengalamannya digigit nyamuk DBD, Bill Gates menuliskan bahwa penelitian di Indonesia sudah menunjukkan hasil memuaskan. Kasus DBD sudah berkurang di tahun itu.
"Nyamuk yang membawa Wolbachia mengurangi kasus dengue di kota (Yogyakarta-red) sebesar 77 persen dan mengurangi perawatan akibat dengue sebesar 86 persen," sebut Bill Gates di blognya.
Bill Gates melalui Bill Gates and Melinda Gates Foundation menjadi pendana untuk World Mosquito Program (WMP) yang dilakukan di 11 negara, termasuk Indonesia (Yogyakarta). Khusus untuk kegiatan WMP di Yogyakarta, proyek itu didanai oleh Yayasan Tahija.
(fyk/fyk)
Sentimen: negatif (100%)