Ibu Kota RI Pindah ke Nusantara, Begini Nasib Bisnis Hotel di Jakarta
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyebut, bisnis hotel dan restoran di daerah Jakarta tidak akan langsung terdampak menyusul pemindahan ibu kota negara, dari Jakarta ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur. Kata dia, setidaknya perlu waktu tiga tahun untuk proses transisi tersebut.
Ia pun meyakini, aktivitas ekonomi dan aktivitas pemerintahan pada masa transisi akan masih lebih banyak digelar di Jakarta. Sehingga, untuk mengukur dampak pemindahan ibu kota ke IKN terhadap bisnis hotel dan restoran di Jakarta baru akan terlihat setidaknya dalam waktu tiga tahun ke depan.
"Saya rasa sih mungkin nggak banyak pengaruh ya, karena kami meyakini bahwa kan bagaimanapun juga aktivitas ekonomi dan aktivitas pemerintahan, walaupun itu pindah juga masih banyak di Jakarta. Apalagi juga kan perlu transisi," kata Hariyadi saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, dikutip Selasa (13/8/2024).
"Kita baru bisa mengukur dampaknya untuk Jakarta itu mungkin ya 3 tahun lagi lah baru kita bisa lihat. Kalau (mengukur pada masa) transisi ini saya rasa masih terlalu awal," sambungnya.
Adapun keyakinan terkait aktivitas pemerintahan yang masih akan lebih banyak dilakukan di Jakarta, menurutnya, karena saat ini berbagai fasilitas penunjang aktivitas tersebut masih belum memadai, salah satunya kamar hotel yang masih terbatas.
"Mungkin 3 tahun lagi, setelah betul-betul dipastikan ada aktivitas di sana. Karena di sana juga kalau mau bikin meeting juga terbatas. Jadi gak serta-merta.. sekarang saja sudah begini, hotel di sana juga terbatas. Kecuali nanti begitu memang sudah mulai banyak aktivitas di sana, akan mulai tumbuh hotel-hotel baru di IKN. Tapi kalau itu belum ya saya rasa masih banyak aktivitas di Jakarta," jelasnya.
Pengusaha Masih Enggan Bangun Hotel di IKN
Sementara itu, Hariyadi mengatakan pihaknya selaku pengusaha hotel dalam membangun bisnis hotel baru di IKN, perlu melihat dulu seberapa banyak peluang masyarakat dari luar daerah yang akan datang berkunjung ke IKN. Bilamana masih belum terlihat peluang okupansi yang sesuai, maka pengusaha hotel masih enggan berinvestasi di daerah tersebut.
"Karena ini masalah demand. Lebih kepada tamunya ada apa enggak, gitu kan. Mau dikasih relaksasi apapun kalau tamunya nggak ada ya percuma," ucap dia.
"Saat ini yang jadi kendala bagi investor hotel masuk ke IKN adalah belum adanya dukungan dari perbankan. Jadi perbankan juga yang setelah kami cek semuanya itu mereka menyatakan bahwa mereka melihat perkembangan IKN dulu. Jadi kalau misalnya hari ini ada seorang investor hotel mau ke sana, bank belum mau membiayai gitu loh. Walaupun porsinya pihak si investor equity-nya bisa lebih besar, bisa lebih dari 50% modalnya gitu. Itu belum tentu si bank juga mau. Jadi ini juga faktor yang menjadi pertimbangan," kata Hariyadi.
(dce)
Sentimen: netral (84.2%)