Sentimen
Negatif (100%)
7 Agu 2024 : 14.10
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Yerusalem, Berlin

Kasus: pembunuhan

Wanita Jerman Divonis Bersalah karena Teriakkan 'From the River to the Sea, Palestine Will be Free'

7 Agu 2024 : 14.10 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional

PIKIRAN RAKYAT - Seorang wanita divonis bersalah oleh Pengadilan Jerman, karena meneriakkan slogan Pro Palestina dalam Rapat Umum. Dia pun diharuskan membayar denda, karena dinyatakan bersalah oleh pengadilan di Berlin pada Selasa 6 Agustus 2024.

Pengadilan Berlin menyatakan bahwa aktivis pro-Palestina itu bersalah atas penghasutan karena meneriakkan "from the river to the sea (dari sungai ke laut)" dalam sebuah rapat umum. Vonis itu pun secara luas dilihat sebagai pembatasan Jerman terhadap kebebasan berbicara.

Terdakwa keturunan Jerman-Iran yang diidentifikasi sebagai Ava M (22) itu pun diperintahkan untuk membayar denda tunai 600 euro (Rp10,6 juta) karena menggunakan slogan selama aksi protes 11 Oktober 2023 di distrik Neukoelln Berlin.

Wanita itu mengatakan dalam sebuah pernyataan di awal persidangan bahwa dia berpegang teguh pada kata-katanya. Namun, dia melihat hal itu lebih sebagai posisi untuk perdamaian di wilayah, dan bukan dukungan untuk kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Ava M dituduh "memaafkan serangan oleh Hamas" terhadap Israel penjajah pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan kurang dari 1.200 orang, dengan menggunakan slogan "From the river to the sea Palestine will be free (Dari sungai ke laut, Palestina akan bebas)".

Di Jerman, menyetujui kejahatan dapat mengakibatkan hukuman penjara hingga tiga tahun atau denda.

Larangan Kegiatan Hamas di Jerman

"From the River to The Sea" merupakan bagian dari slogan yang digunakan sejak 1960-an, dan dinilai dapat memiliki interpretasi yang berbeda tergantung pada apakah seseorang mendukung Israel penjajah atau Palestina.

Pepatah lengkap mengacu pada tanah antara Sungai Yordan di timur dan Laut Mediterania di barat, meliputi Israel penjajah dan wilayah Palestina yang diduduki. Jerman memandang dukungan untuk Israel penjajah sebagai masalah Staatsraeson, atau alasan negara, pada inti identitas nasionalnya sebagai akibat dari tanggung jawabnya atas Holocaust era Nazi.

Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser melarang kegiatan Hamas di Jerman sejak November 2023 lalu, serta nyanyian "from the river" yang dia nyatakan sebagai slogan Hamas.

"Frasa itu dapat merupakan 'hasutan anti-Semit' dan dipahami sebagai 'memaafkan pembunuhan yang dilakukan di Israel'," ucap Menteri Kehakiman Marco Buschmann pada Februari 2024 lalu, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Anadolu Agency.

Polisi Jerman sering menggunakan pepatah itu sebagai pembenaran untuk mencabut izin protes terorganisir, atau menjadikan penghindarannya sebagai syarat untuk memberikan izin untuk demonstrasi.

Tindakan keras Jerman terhadap suara-suara pro-Palestina menargetkan semua orang, termasuk anggota komunitas Yahudi yang mengecam kekejaman Israel penjajah di Jalur Gaza dengan jumlah warga Palestina tewas dalam tanggapan Israel penjajah terhadap serangan Hamas, yang menurut kelompok perlawanan Palestina adalah langkah yang diperlukan dan respons normal untuk menghadapi semua konspirasi Israel terhadap rakyat Palestina.

Termasuk kelanjutan pembangunan permukiman Israel penjajah dan Yudaisasi tanah Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki, serta penghilangan nyawa ribuan warga Palestina dari tahun 2000 hingga 2023.

Korban tewas di Gaza Tembus 39.145

Jumlah warga Palestina yang tewas akibat genosida mematikan Israel penjajah terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, kini telah melonjak menjadi 39.145. Sumber medis menambahkan bahwa setidaknya 90.257 lainnya juga terluka dalam pembantaian gila-gilaan itu.

"Setidaknya 55 orang tewas dan 110 lainnya terluka dalam serangan Israel yang terjadi dalam 24 jam terakhir," katanya.

Sumber mengatakan bahwa banyak korban masih terjebak di bawah puing-puing dan di jalan, karena tim penyelamat masih tidak dapat menjangkau mereka.

Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa anak-anak menjadi yang paling terdampak dari genosida di Jalur Gaza, di tengah pengungsian dan ketakutan kehilangan masa kecil mereka.

"Rekan-rekan UNRWA kami terus menyediakan kegiatan psikologis, sosial, dan rekreasi untuk memberi anak-anak rasa normal sebanyak mungkin," tuturnya.

"Anak-anak harus bisa menjadi anak-anak," ucap UNRWA menambahkan, dikutip dari Wafa News.

Petugas komunikasi UNRWA, Louise Wateridge mengatakan bahwa Israel penjajah telah menempatkan lebih dari 80 persen daerah di Jalur Gaza di bawah perintah evakuasi, dan ribuan warga Palestina terus melarikan diri lagi dari Khan Younis.***

Sentimen: negatif (100%)