Sentimen
Negatif (61%)
9 Agu 2024 : 07.36
Partai Terkait

Organisasinya Beda, Jangan Campur Adukan!

Gelora.co Gelora.co Jenis Media: Nasional

9 Agu 2024 : 07.36

GELORA.CO  - Belakangan ini, PBNU dengan PKB ramai diberitakan di media massa. Pasalnya, PKB dan PBNU dikabarkan saling lempar komentar menohok. 

Salah satunya soal komentar Sekjen PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, yang menyampaikan bahwa tidak ada komunikasi dari PKB ke PBNU terkait urusan capres-cawapres pada Pilpres 2024.  

Sontak hal itu langsung ditanggapi Bendahara Umum (Bendum) PKB, Bambang Susanto, mengatakan PBNU dan PKB merupakan organisasi yang berbeda.

 "Bahwa PKB dan PBNU sebuah organisasi yang berbeda, kan sudah diatur oleh UU Parpol dan ormas. Tidak dicampur adukan lah kewenangan ormas dan partai," ujar Bambang saat dihubungi, Rabu (7/8/2024).   

Bahkan Bambang mengungkit Pilpres 2004 di mana Ketum PBNU Hasyim Muzadi menjadi cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri.  Bambang mengatakan, PKB tak mendukung Hasyim saat itu. 

 "Kami mencontohkan yang dulu-dulu itu, bahkan PKB tidak mendukung Ketua PBNU Pak Hasyim Muzadi sebagai cawapres, kita beda. Pak Hasyim ketua PBNU berpasangan dengan Megawati, PKB itu tidak mendukung. Pak Hasyim nggak ada bikin tim-tim begini waktu itu. 

Itu contoh yang sudah berlalu saja. Peristiwa yang lalu itu bisa kita jadikan pelajaran. Jadi seperti itu sudah pernah," katanya. 

Selain itu, kata Bambang, Hasyim juga sering mengkritik Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin secara keras. Dia menduga PBNU saat ini punya motif lain. "Dulu Pak Hasyim betapa kerasnya kritiknya kepada Cak Imin ketika Cak Imin dari PKB, Pak Hasyim dari PBNU itu bagaimana dulu kritiknya kepada Cak Imin dan PKB sangat keras sekali tapi nggak bentuk tim-tim begini. 

Kalau yang sekarang mungkin motifnya sudah beda dengan ketika Pak Hasyim menjadi Ketua PBNU," tuturnya. Lanjutnya menjelaskan, hasil muktamar merekomendasikan Cak Imin maju sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024. 

Saat itu, kata Bambang, PBNU juga sudah memiliki calon yang dijagokan untuk Pilpres. "Jadi Cak Imin itu hasil Muktamar Bali mengamalkan untuk jadi capres atau cawapres, kemudian itu dijalankan, dan diikhtiarkan. 

Kemudian di saat yang bersamaan PBNU juga sudah mengadang-gadang, punya calon katakan begitu, yang dulu waktu kampanye ingin jadi cawapres yang tiba-tiba jadi ketua 1 abad NU yang tiba-tiba juga diberi anggota kehormatan Banser, itu kan dulu dalam rangka untuk memperkenalkan sebagai cawapres, berartikan sudah ada yang dijagokan. 

Dulu awal-awalnya begitu," bebernya. Sebelumnya diberitakan, Gus Ipul menyampaikan, bahwa tidak ada komunikasi antara PKB dengan PBNU terkait capres-cawapres dalam Pilpres 2024 di PBNU, Rabu (7/8). 

Padahal, kata Gus Ipul, keputusan tersebut adalah hal penting. "Sama sekali nggak ada, nggak ada. Padahal kita udah minta konsultasi. 

Kita minta lah ini. Ini masa keputusan yang strategis untuk bangsa ini. Bicaralah dengan PBNU. Nggak mau dia," kata Gus Ipul kepada wartawan.

 "Malah apalah, nggak penting PBNU, yang penting warga. Nggak penting. Padahal yang didirikan PKB itu adalah struktural PBNU," tambahnya. 

Bahkan, Gus Ipul tidak mengetahui alasannya terkait hal tersebut. Dirinya menyebut telah meminta berulang kali agar komunikasi dan konsultasi dilakukan. "(Alasannya) Ya nggak tahu. 

Kan kita juga sudah minta berulang-ulang. Mari diskusi, datanglah minta nasihat. Datang yang ke lebih tua, Rois Aam itu kan apapun sepuh, ulama, pemimpinnya, datanglah minta nasihat, nggak pernah juga," tuturnya. 

Selain itu, dia menyebut PKB tidak berdiri dengan sendirinya. Oleh sebab itu, Gus Ipul meminta elite PKB jangan merasa PKB sebagai milik sendiri

Sentimen: negatif (61.5%)