Sentimen
Negatif (98%)
8 Agu 2024 : 17.50

Kecemasan Matematika Sama Menyakitkannya dengan Tersentuh Kompor Panas

8 Agu 2024 : 17.50 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional

PIKIRAN RAKYAT - Apakah Anda termasuk orang yang selalu mengandalkan aplikasi kalkulator untuk menghitung tip restoran dan diskon penjualan? Apakah gambar matematika membuat Anda gugup? Apakah Anda merasa takut dengan matematika? Tidak masalah! Itu hanya otak Anda yang sedang mempermainkan Anda.

Menurut sebuah studi yang dilansir oleh Popsci, ditemukan bahwa bagi orang yang merasa cemas dengan matematika, hanya memikirkan soal matematika saja bisa memicu respons otak yang mirip dengan rasa sakit fisik. Jadi, berpikir tentang matematika terasa menyakitkan, meskipun sebenarnya mengerjakan soal matematika tidak terlalu menyakitkan.

Sian Beilock, profesor psikologi di University of Chicago dan ahli dalam kecemasan matematika, menjelaskan fenomena ini dalam sebuah makalah baru di jurnal PLoS One. "Bagi seseorang yang cemas dengan matematika, antisipasi untuk mengerjakan matematika memicu reaksi otak yang sama seperti saat mereka merasakan sakit, misalnya seperti membakar tangan di atas kompor panas," kata Beilock.

Beilock dan Ian Lyons, lulusan PhD di bidang psikologi dari University of Chicago, bekerja sama dengan 28 orang dewasa 14 di antaranya tidak takut matematika dan 14 lainnya cemas dengan matematika. Para peneliti mengukur kecemasan dengan mengamati respons para peserta terhadap situasi seperti menerima buku pelajaran matematika atau berjalan ke kelas matematika. Kemudian, para peserta duduk di mesin MRI fungsional atau penunjang atau alat bantu dokter dalam memberikan diagnosis secara akurat kepada pasien mengenai masalah kesehatan, yang memungkinkan para peneliti melihat aktivitas otak mereka saat mengerjakan soal matematika dan teka-teki kata.

Orang-orang diminta untuk memverifikasi persamaan, seperti apakah ini benar: (12 x 4) - 19 = 29. Mereka juga diberikan teka-teki kata dan harus menentukan apakah membalikkan huruf dalam sebuah kata (seperti yrestym) menghasilkan kata yang benar. Setiap tugas, lingkaran kuning atau kotak biru menunjukkan apakah soal matematika atau teka-teki kata yang akan muncul.

Ilustrasi matematika freepik

Dikutip Popsci, pemindaian functional magnetic resonance imaging, atau FMRI, yang dapat mengukur aktivitas dalam otak dengan mendeteksi perubahan oksigen di darah, menunjukkan bahwa semakin tinggi kecemasan seseorang terhadap matematika, semakin banyak antisipasi terhadap matematika yang mengaktifkan insula posterior, sebuah bagian otak yang terkait dengan mencatat ancaman langsung dan rasa sakit. Menariknya, orang-orang ini tidak merasakan sakit saat mengerjakan soal matematika.

Ini bukan pertama kalinya para ilmuwan mencatat respons nyeri saraf yang dipicu oleh memikirkan sesuatu. Penelitian sebelumnya menunjukkan rasa sakit fisiologis sebagai respons terhadap penolakan sosial. Ada tekanan evolusi yang kuat untuk itu karena manusia adalah makhluk sosial. Akan tetapi, matematika adalah penemuan yang relatif baru.

"Ini berarti bahwa hubungan antara kecemasan matematika dan rasa sakit kemungkinan besar lebih bergantung pada perasaan dan kekhawatiran seseorang tentang matematika (yaitu, interpretasi psikologis atau antisipasi mereka terhadap peristiwa tersebut) daripada sesuatu yang melekat pada tugas matematika itu sendiri," tulis Beilock dan Lyons.

Hasil penelitian ini memberikan penjelasan fisik mengapa orang yang cemas terhadap matematika cenderung menghindari matematika dan situasi yang berhubungan dengan matematika. Mereka secara neurologis cenderung menghindari matematika, kelas matematika, atau bahkan karier yang berhubungan dengan matematika. Peulis mengungkapkan bahwa ia bisa membuktikan hal ini. Ia sering mengatakan kepada para fisikawan bahwa ia akan menjadi kolega mereka jika persamaan diferensial tidak membuat ia lari ke tempat yang aman di sekolah menengah. Sekarang ia merasa tidak terlalu malu lagi. Terima kasih, sains! (NH)***

Sentimen: negatif (98.1%)