Sentimen
150.000 Lebih Warga Palestina Kena Kudis hingga Impetigo, Ancaman Maut Leishmaniasis
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional
PIKIRAN RAKYAT - Lebih dari 150.000 orang dari kalangan pengungsi di wilayah Palestina telah tertular penyakit kulit. Data itu dicatat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari hasil akumulasi sejak dimulainya genosida Israel di Gaza, 7 Oktober 2023.
Kondisi kumuh dan mengerikannya sanitasi lingkungan pengungsi menjadi faktor Utama. Selain penyakit kulit, WHO melaporkan 485.000 kasus diare di Gaza.
Salah satu anak yang tertular ialah putra seorang ibu Bernama Wafaa Elwan yang berusia lima tahun. Ia kerap insomnia tenda Gaza tempatnya tinggal beserta ketujuh anak lain. Kondisi kulit menjadi mimpi buruknya setiap malam.
“Anak saya tidak bisa tidur sepanjang malam karena dia tidak bisa berhenti menggaruk tubuhnya,” kata sang Ibu, dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 6 Agustus 2024.
Anak laki-laki itu memiliki bercak putih dan merah di bagian paha, betis hingga telapak kakinya. Bercak itu menjalar lebih banyak lagi di badannya.
Bocah itu merupakan salah satu dari banyak sekali orang di Gaza yang menderita infeksi kulit, mulai dari kudis hingga cacar air, kutu, impetigo, serta ruam lain yang melemahkan kondisi fisik pengungsi.
“Kami tidur di tanah, di pasir tempat keluarnya cacing di bawah kami,” kata Elwan.
Keluarganya adalah satu dari ribuan orang yang tinggal di petak berpasir dekat laut, kota Deir el-Balah di Gaza tengah. Elwan yakin infeksi ini tidak bisa dihindari dengan kondisi pengungsian saat ini.
“Kami tidak bisa memandikan anak kami seperti dulu. Tidak ada produk kebersihan dan sanitasi untuk kami mencuci dan membersihkan tempat itu. Tidak ada apa-apa," ucapnya.
Para orang tua biasa menyuruh anak-anak mereka untuk mandi di Mediterania. Namun polusi yang meningkat akibat genosida telah menghancurkan fasilitas-fasilitas dasar dan meningkatkan risiko penyakit.
“Laut itu semua (bagiannya) adalah limbah. Bahkan mereka membuang sampah dan serbet bayi ke laut,” ujarnya.
Kutu Kudis, Cacar, hingga ImpetigoSejak awal genosida, WHO telah melaporkan total 96.417 kasus kudis dan kutu, 9.274 kasus cacar air, 60.130 kasus ruam kulit, dan 10.038 kasus impetigo.
Menurut apoteker klinik darurat di kamp Deir el-Balah, Sami Hamid, Kudis dan cacar air tersebar luas di wilayah pesisir Palestina.
Dua anak laki-laki di klinik tersebut menunjukkan lusinan lepuh dan koreng khas akibat cacar air yang tersebar di tangan, kaki, punggung, hingga perut mereka.
Karena kekurangan obat-obatan, Hamid (43), yang mengungsi, mengoleskan losion kalamin pada kulit anak laki-laki tersebut untuk meredakan rasa gatal.
"Kulit anak-anak menderita akibat cuaca panas dan kurangnya air bersih," katanya.
Koordinator medis di Gaza untuk Doctors Without Borders, Mohammed Abu Mughaiseeb (MSF) mengatakan anak-anak rentan karena mereka bermain di luar, menyentuh apa saja, dan memakan apa pun tanpa mencucinya.
Abu Mughaiseeb melanjutkan, cuaca panas meningkatkan keringat dan penumpukan kotoran yang menyebabkan ruam dan alergi, yang jika digaruk dapat menyebabkan infeksi.
“Orang-orang tidak lagi tinggal di rumah, tidak ada kebersihan yang layak,” katanya.
Ancaman Leishmaniasis yang MematikanDokter MSF mengkhawatirkan munculnya kondisi kulit lainnya, seperti leishmaniasis, yang bisa berakibat fatal dan mematikan.
Apalagi, anak-anak Gaza sudah sangat rentan terhadap penyakit, karena sistem kekebalan tubuh mereka terganggu akibat kekurangan gizi.
Hamid dan timnya mengunjungi sekolah darurat baru-baru ini, di mana 24 dari 50 siswanya menderita kudis. Penyakit-penyakit lain juga merajalela di kamp-kamp pengungsi karena kebersihan yang buruk, demikian peringatan WHO.
“Toilet di sini masih primitif, mengalir ke saluran-saluran di antara tenda, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap penyebaran epidemi,” kata Hamid. ****
Sentimen: negatif (100%)