Sentimen
Positif (99%)
6 Agu 2024 : 10.06

Kesenjangan Upah Disebabkan Banyak Faktor, Termasuk Ras dan Keluarga, Ini Penjelasannya

6 Agu 2024 : 10.06 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Ekonomi

PIKIRAN RAKYAT - Studi baru meneliti tentang kehidupan orangtua dan pekerjaan pengasuhan menemukan bahwa para ibu mendapatkan gaji atau bayaran yang lebih rendah. Jumlah besaran gaji ini didapat dari perbandingan penghasilan pria atau wanita yang tidak memiliki anak. Perbedaan upah juga berlaku bahkan pada pekerjaan yang secara umum dikenal untuk para wanita, seperti guru dan perawat. Di sisi lain, para pria menerima bayaran lebih besar setelah menjadi seorang ayah – meskipun ayah berkulit putih lebih diuntungkan dari hal ini daripada ayah berkulit hitam, Asia, atau Spanyol.

Studi yang berjudul "Pengaruh Menjadi Orangtua terhadap Penghasilan Pekerja Perawatan: Menjelajahi Penerapan Mobilisasi Identitas," diterbitkan di jurnal The Sociological Quarterly. Penulis pertamanya adalah Alyssa Alexander, lulusan S3 di NC State yang sekarang bekerja di Universitas British Columbia.

Anna Manzoni, profesor sosiologi di Universitas North Carolina State mengatakan bahwa mereka mengetahui adanya kesenjangan upah bagi para orangtua pada pekerjaan profesional – artinya, wanita menghasilkan lebih sedikit uang setelah memiliki anak, sedangkan pria tidak begitu. Mereka juga sangat tertarik untuk meninjau lebih jauh tentang kesenjangan upah yang terjadi di antara para pekerja perawatan. 

Dilansir Phys, para peneliti mendefinisikan pekerjaan perawatan sebagai pekerjaan yang melibatkan penyediaan kebutuhan dan kesejahteraan yang tidak bisa dipenuhi oleh diri mereka sendiri. Hal ini juga termasuk orang-orang yang bekerja sebagai perawat, asisten perawatan kesehatan, guru, tokoh agama, dan pekerja sosial.

“Kami sangat tertarik pada para pekerja di bidang perawatan karena kami berpikir bahwa atasan mereka mungkin berprasangka pada sesuatu yang berkaitan dengan identitas orangtua para pekerja. Hal ini dilakukan untuk menentukan imbalan atau upah. Hal ini juga memungkinkan para pekerja memanfaatkan identitas orangtua mereka untuk memberi sinyal kelayakan bekerja, yang mungkin mengarah pada penghasilan yang lebih tinggi,” ucap Manzoni. Ia juga menambahkan bahwa ia tertarik dengan peran ras dan gender, yang mungkin menentukan tingkat kepantasan yang berbeda bagi atasan. Hal ini juga akan menyesuaikan dengan bagaimana mereka memenuhi ketentuan gender dan ras yang dipegang oleh pemberi kerja.

Ilustrasi pekerja perempuan Freepik

Untuk itu, para peneliti mengambil data Survei Komunitas Amerika dari Biro Sensus Amerika Serikat yang mengumpulkan informasi mengenai sosio-demografis. Mereka juga mengumpulkan data tentang pekerjaan, gaji, status keluarga, dan subjek yang berkaitan – sampel yang mewakili secara nasional lebih dari tiga juta orang. Para peneliti menggunakan data dari tahun 1980, 1990, serta awal tahun 2000an hingga tahun 2018. Secara khusus, para ahli meneliti data dari 805.786 pekerja sosial dengan rata-rata umur 18 hingga 37 tahun.

Dikutip Phys, Manzoni mengatakan bahwa penelitian ini sangatlah mudah. Setelah semua faktor diperhitungkan, upah atau gaji kerja bagi wanita yang tidak memiliki anak lebih tinggi 12% ketimbang seorang ibu. Sanksi ini lebih terasa bagi perempuan kulit putih daripada perempuan Asia, Spanyol, atau yang berkulit hitam – meskipun semuanya mengalami penurunan upah setelah menjadi orangtua. Kami pikir perbedaan antara perempuan kulit putih dan perempuan kulit berwarna berasal dari keyakinan ras bahwa perempuan kulit berwarna lebih cocok untuk menjadi tenaga kerja pengasuh.

Sementara itu, para peneliti juga menemukan bahwa upah atau gaji bagi para ayah cenderung lebih tinggi daripada pria yang belum memiliki anak. Bagaimanapun, ras juga berperan dalam hal ini. Setelah faktor lain ikut berperan, para ayah berkulit hitam justru mengalami sedikit penurunan upah setelah menjadi orangtua. 

“Sederhananya, temuan kami ini menunjukan bahwa saat dianggap layak, bukan berarti akan menghasilkan keuntungan upah, terlebih lagi dalam pekerjaan perawatan atau sosial ini,” ucap Manzoni. Praktik dan budaya organisasi juga terus merugikan para ibu dan orang dengan kulit berwarna, memperkuat adanya ketidaksetaraan. 

Secara singkat, hasil penelitian kami memfokuskan pada permanennya keyakinan bahwa ibu tidak cocok dengan pekerjaan berbayar. (NJ)***

Sentimen: positif (99.2%)