Sentimen
Positif (79%)
5 Agu 2024 : 10.05
Informasi Tambahan

Event: Hari Keluarga Nasional

Warga Indonesia Ini Miskin tapi Bahagia, Masih Bisa Bersyukur

5 Agu 2024 : 17.05 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Ekonomi

 

PIKIRAN RAKYAT - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa skor kemandirian masyarakat Indonesia masih rendah. Kemandirian itu berkaitan dengan kemampuan masyarakat di bidang ekonomi. 

Meski begitu, indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia cenderung tinggi. Data tersebut diketahui berdasarkan indeks Pembangunan Keluarga (iBangga), yang kemudian diungkapkan oleh Hasto Wardoyo pada Rabu, 17 Juli 2024 dalam acara peringatan Hari Keluarga Nasional ke-31.

“Kita ini kemandiriannya lemah, tetapi kebahagiaannya tinggi. Kita ini miskin tetapi bahagia, dan itu kenyataan, masih bisa bersyukur, meskipun masih miskin tetapi tidak sedih,” katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara pada Senin, 5 Agustus 2024.

Berdasarkan iBangga, skor kemandirian masyarakat Indonesia hanya sekitar 51. Hal itu terjadi karena rata-rata tingkat perekonomian masyarakat Indonesia masih menengah ke bawah.

“Kemudian kemandirian, itu jelas angkanya masih 52, karena itu urusan ekonomi, jadi dia dinilai berdasarkan bisa atau tidak mencukupi biaya pendidikan, makan, dan lain sebagainya. Memang seluruh rakyat Indonesia yang menengah ke bawah kan masih banyak,” ujarnya.

Sementara itu, indeks kebahagiaannya cenderung tinggi, menyentuh angka 72 karena masyarakat masih memegang teguh budaya gotong royong dan bersosialisasi.

“Kemudian kalau kebahagiaan, memang kita untuk bisa bersosialisasi, gotong royong, berwisata, rekreasi, berkomunikasi, berinteraksi, memang happy kita ini, kalau di kampung itu kan ada gardu untuk ronda ramai-ramai, ketawa-ketawa padahal utangnya banyak, akhirnya terbiasa, jadi indeks kebahagiaannya tinggi,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengungkapkan skor ketenteraman masyarakat Indonesia, yakni sekitar 56-57.

“Indeks ketenteraman itu salah satunya (indikator) kalau suami istri menikah secara sah dan ada dokumennya, itu skor kita belum sampai 60 karena perceraian tinggi,” tuturnya.

Metode Penghitungan

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ada perbedaan metode penghitungan Indeks Kebahagiaan antara periode 2014 dan 2017-2021.

Indeks kebahagiaan 2014 diukur menggunakan satu dimensi saja, yakni kepuasan hidup. Sementara, indeks kebahagiaan 2017-2021 diukur menggunakan tiga dimensi sekaligus, yakni kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect), dan makna hidup (eudaimonia).***

Sentimen: positif (79.5%)