Sentimen
Positif (66%)
2 Agu 2024 : 12.06

3 Hal Ini Bikin BI Dalam Mode Waspada!

2 Agu 2024 : 12.06 Views 1

Detik.com Detik.com Jenis Media: Ekonomi

Jakarta -

Kondisi global saat ini masih dalam kondisi yang penuh dengan pergejolakan, baik dari sisi ekonomi maupun geopolitik. Hal ini membuat Bank Indonesia masih tetap dalam mode waspada.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, BI akan fokus pada mitigasi dampak kerambatan global, termasuk dampak terhadap nilai tukar, arus keluar portfolio asing, maupun dampak-dampak yang lain. Menurutnya, ada 3 kondisi utama di global yang perlu mendapat perhatian khusus.

"BI memfokuskan kerambatan globalnya pada 3 aspek penting yang akan berpengaruh pada stabilitas moneter, sistem keuangan, termasuk nilai tukar," kata Perry, dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2024di Kantor LPS, Sudirman, Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Ketiga kerambatan global yang mendapat perhatian khusus dari BI antara lain pertama, arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dibandingkan dengan negara lain atau yang disebut, unsynchronized monetary policy.

Kedua, tingginya utang luar negeri negara maju, termasuk AS dan dampaknya terhadap suku global. Lalu yang ketiga adalah perkembangan nilai tukar mata uang.

Menyangkut aspek pertama yaitu unsynchronized monetary policy, Perry menyoroti tentang kenaikan suku bunga Fed Fund Rate. Mulanya, diperkirakan The Fed baru akan menurunkan suku bunganya di Desember. Lalu dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang lalu, kemungkinannya maju November. Terbaru, ada probabilitas suku bunga The Fed akan turun September ini.

"Di tengah Eropa dan juga England, itu sudah mulai menurunkan suku bunganya, AS masih belum. Nah, ini kenapa? Itu perlu kita lihat dampaknya adalah pada suku bunga global, khususnya suku bunganya obligasinya pemerintah AS," ujarnya

Kemudian dari aspek yang kedua yakni utang negara maju seperti AS yang sangat besar dan diproyeksikan akan naik terus. Perry mengatakan, dirinya dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tentang tingginya utang negara maju karena akan mempengaruhi capital reversal atau keluarnya modal dari negara maju.

Kondisi ini juga akan mempengaruhi langkah BI dalam menetapkan kebijakan fiskal dan moneter. Hal ini pula yang melandasi keputusan BI dalam menunda penurunan suku bunga BI.

"BI Rate mestinya bisa turun. Tapi belum bisa turun karena kami fokus mitigasi global," kata dia.

Lalu aspek ketiga ialah terkait nilai tukar. Sejumlah negara mulai mengalami pelemahan nilai tukar mata uangnya sedangkan dolar AS semakin menguat. Meskipun masih kuat, tapi diproyeksikan dolar tidak akan sekuat sebelumnya.

"Itu akan berpengaruh bagi BI untuk kebijakan moneter, fokusnya memitigasi risiko dari global, khususnya menstabilkan nilai tukar rupiah.Nilai tukar rupiah pada bulan Juni itu menguat, meskipun year-to-date masih melemah.Tapi pelemahannya itu lebih rendah dari Korea Won maupun negara-negara yang lain," pungkasnya.

(shc/das)

Sentimen: positif (66.5%)