Sentimen
2 Agu 2024 : 18.00
Informasi Tambahan
BUMN: BUMD
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Gelar JIA 2024, Pj. Gubernur Heru Buktikan Jakarta Beriklim Investasi Baik Megapolitan 2 Agustus 2024
Kompas.com Jenis Media: Metropolitan
2 Agu 2024 : 18.00
Gelar JIA 2024, Pj. Gubernur Heru Buktikan Jakarta Beriklim Investasi Baik
Editor
JAKARTA, KOMPAS.COM
– Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar Jakarta Investment Award (
JIA
) 2024, Rabu (31/7/2024).
Acara itu digelar untuk mengapresiasi para penanam modal atau investor yang telah berkontribusi dalam perekonomian Jakarta, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Hadir dalam acara itu, Penjabat (Pj.) Gubernur
Heru Budi
Hartono menyatakan, investasi merupakan komponen penting untuk mewujudkan Jakarta sebagai pusat bisnis global.
Investasi, lanjutnya, berdampak positif terhadap perekonomian kota, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja.
“Hal itu dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian investasi yang sejalan dengan prinsip kemudahan layanan perizinan berusaha yang meningkatkan lebih banyak investasi ke Jakarta," ujarnya, seperti dikutip dari
Beritajakarta.com
, Rabu.
"Terima kasih kepada Kementerian Investasi, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, dan semua pihak yang telah menjadi mitra strategis dalam menyukseskan penyelenggaraan acara
JIA 2024
,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, dikutip dari siaran pers resmi Pemprov DKI Jakarta, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jakarta Nurjaman pun menyampaikan apresiasinya kepada Pemprov DKI Jakarta yang telah menginisiasi acara ini.
“(JIA 2024) merupakan apresiasi terbaik dari Pemprov DKI Jakarta terhadap investor yang masuk dari dunia usaha. Sebab, dunia usaha itu penting. Tanpa dunia usaha, kita akan sulit mengembangkan (kota),” katanya.
Melalui JIA 2024, Nurjaman berharap, Pemprov DKI Jakarta dapat melakukan terobosan baru untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota yang ramah investasi.
Menurutnya, hal ini perlu dipacu dengan kolaborasi antara pemerintah dengan dunia usaha, agar tercipta sinergi untuk mengembangkan investasi di Jakarta.
“Oleh karena itu, kami berharap agar Pemprov DKI Jakarta mempertimbangkan keberpihakan terhadap mitra usaha dalam mengelola regulasi. Memang perlu ada sinergi yang dilakukan, saat ini maupun untuk yang akan datang. Jika tidak, investasi di Jakarta akan mengalami turbulensi,” tutur Nurjaman.
Ia berpendapat pula bahwa Jakarta sudah mengalami kemajuan dalam investasi. Apalagi, sektor usaha Jakarta juga mengalami pemulihan ekonomi yang cepat dari pandemi Covid-19. Hal tersebut memperlihatkan, dunia usaha penting dalam memperbaiki ekonomi kota.
“Hal ini menunjukkan bahwa Jakarta sudah cukup baik menjadi tempat bagi dunia usaha untuk berkembang. Tentunya, harus bisa dipertahankan dengan sinergi berbagai pihak. Dibandingkan sebelumnya, Jakarta sudah ada peningkatan,” ungkap Nurjaman.
Sementara itu, JIA 2024 memberikan penghargaan untuk dua kategori, yaitu Penanaman Modal Asing (PMA) dan Permodalan Dalam Negeri (PMDN). Adapun untuk PMA dibagi menjadi 12 kategori, sedangkan PMDN dibagi menjadi 7 kategori.
Para investor terdiri dari badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah (BUMN/BUMD) dan perusahaan swasta dari berbagai bidang, seperti transportasi, teknologi, layanan, serta jasa.
Sepanjang 2023, Jakarta mencetak prestasi yang luar biasa dari sisi kenaikan angka realisasi investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal luar negeri (PMLN).
Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta mencatat realisasi investasi sebesar Rp 95,2 triliun pada 2023. Nilainya melonjak dari Rp 89,2 triliun pada 2022 dan Rp 54,7 triliun pada 2021.
Penanaman modal luar negeri juga meningkat. Pada 2023, Jakarta berhasil menarik investasi hingga 4,8 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Nilainya meningkat tajam dibandingkan pada 2022, yaitu 3,7 miliar dollar AS dan 3,3 miliar dollar AS pada 2021.
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Jakarta memiliki keunggulan di sisi percepatan proses investasi kepada penanam modal.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, sistem ini dapat memudahkan pemberian informasi tentang syarat yang dibutuhkan oleh para calon investor.
“Ini adalah salah satu faktor yang membuat Jakarta diminati oleh investor. Selain itu, sekalipun misalnya tidak lagi menjadi ibu kota, Jakarta masih ditopang oleh besarnya populasi penduduk, daya tarik pariwisata dan ekonomi kreatif, serta kawasan industri,” kata Bhima kepada Kompas.com, Jumat (2/7/2024).
Menurutnya, sektor yang menjanjikan di Jakarta bagi investor adalah industri pengolahan. Sektor ini telah memberikan kontribusi mencapai Rp 104 triliun pada kuartal I 2024.
Ada pula sektor perdagangan yang masih cukup dominan, yaitu Rp 160,5 triliun, dan jasa keuangan yang mencapai Rp 100 triliun.
“Pertumbuhan di sektor-sektor itu menunjukkan perbandingan industri dengan sektor jasa penopang yang masih bisa diandalkan beberapa tahun ke depan. Hubungan keuangan masih ada di Jakarta. Tentunya menjadi sangat cocok untuk berinvestasi di Jakarta untuk sektor tersebut,” jelas Bhima.
Selain itu, investasi di Jakarta juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Ia memaparkan pertumbuhan investasi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 43 persen
year on year
(yoy) pada kuartal I-2024. Sementara itu, pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) pada kisaran 4,7 persen.
“Meski angkanya bertambah, masih ada pekerjaan yang harus dirapikan soal investasi. Tentunya ini tugas semua pihak yang terlibat di dalamnya, mulai dari pemerintah hingga mitra terkait,” ujar Bhima.
Ia pun menilai bahwa pertumbuhan investasi di Jakarta akan mendorong kemajuan ekonomi di berbagai sisi. Sebab, investasi di sektor industri yang masuk akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dari masyarakat.
“Ada korelasi antara investasi dan pertumbuhan ekonomi jika proses dan pengendaliannya diatur dengan baik. Penyerapan tenaga kerja di sektor yang diinvestasikan dapat bertambah, khususnya di sektor formal,” urai Bhima.
Karena itu, pemerintah dan dunia industri harus bisa mempertahankan iklim investasi yang sehat, agar investor domestik dan internasional merasa puas.
Bhima berharap, pemerintah dapat mempromosikan investasi lebih masif lagi, khususnya di sektor yang sudah tumbuh baik di Jakarta.
“Pemerintah di Jakarta harus mempromosikan investasi lebih masif, agar minat dari para investor semakin besar. Misalnya saja di sektor transportasi, penataan kawasan terbuka hijau, pengembangan kawasan pesisir, dan optimalisasi sektor perikanan. Pemerintah juga harus mempermudah proses perizinan dan kepastian hukum serta meningkatkan keamanan berinvestasi di Jakarta,” pungkas Bhima.
(Rindu Pradipta Hestya)
Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (100%)