Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Kebayoran Baru
Tokoh Terkait
Heartology Hospital Resmi Beroperasi, Siap Perkuat Medical Tourism RI
Detik.com Jenis Media: Kesehatan
Jakarta -
Rumah Sakit khusus spesialis jantung atau Heartology Cardiovascular Hospital resmi beroperasi di Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta. Kehadiran layanan tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat Indonesia agar peduli terhadap kesehatan jantung, sekaligus wujud exedical excellence di Tanah Air.
Adapun peresmian rumah sakit yang menjadi tonggak baru pelayanan kesehatan kardiovaskular berpadu tim subspesialis cardiac dan vaskular ini diresmikan pada Selasa (30/7).
"Berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan jantung di Indonesia yang berpusat kepada pasien melalui edukasi, penelitian, penerapan teknologi terbaru, dan teamwork para dokter subspesialis, kami berharap gerakan ini dapat menjadi terobosan dalam industri healthcare di Indonesia," kata Chief Executive Officer Heartology Cardiovascular Hospital, Amelia Hendra dalam keterangan tertulis, Rabu (31/7/2024).
Seperti diketahui, Indonesia menghadapi tantangan serius terkait penyakit jantung, seperti yang disampaikan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) bahwa 15 dari 1.000 orang, atau sekitar 2.784.064 orang di Indonesia menderita penyakit jantung.
Sementara, WHO menyatakan bahwa serangan jantung menjadi urutan kedua penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan 95,68 kasus per 100 ribu penduduk.
Selain angka kasus tinggi, jumlah dokter spesialis penyakit kardiovaskuler serta fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia juga tak memadai untuk memberi pelayanan maksimal. Saat ini, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah (SpJP) hanya berjumlah 1.485 orang.
Dengan komposisi ini, idealnya 1 dokter jantung melayani 100 ribu orang, namun yang terjadi adalah 1 dokter jantung melayani 250 ribu orang. Kondisi ini membuat pelayanan pasien jantung jadi tidak maksimal, sehingga banyak pasien tak dapat tertangani secara tepat waktu.
Terlebih, penderita penyakit jantung di Indonesia kini masuk dalam kondisi 'darurat' dengan jumlah pasien yang tinggi, usia penderita semakin muda, dan fasilitas kesehatan yang tidak memadai.
"Tim dokter Heartology terdiri dari sub spesialis dan bedah jantung berpengalaman yang bekerja sama sangat erat untuk memastikan perawatan terbaik dan tepat waktu, didukung fasilitas dan teknologi terbaru," kata Direktur Rumah Sakit Heartology Dr. dr. Faris Basalamah, Sp. JP (K).
Sementara itu, Chairman Heartology Cardiovascular Hospital Dr. dr. Dafsah A. Juzar, Sp.JP(K) menambahkan Heartology turut mendukung upaya pemerintah memperkuat sektor medical tourism di Indonesia.
Dirinya optimis hal itu bisa diwujudkan melalui fasilitas kesehatan yang mumpuni, yang sekaligus dapat mengurangi beban finansial dan logistik bagi keluarga yang biasanya harus berobat ke luar negeri, terutama dalam kondisi yang membutuhkan ketepatan waktu perawatan.
Dia menjelaskan, saat ini, hampir 40 persen pasien Heartology berasal dari luar Jakarta, secara tak langsung membuktikan kepercayaan dan keyakinan atas pelayanan medis Heartology.
"Ini tidak hanya menarik wisatawan medis, tetapi juga meningkatkan citra Indonesia sebagai destinasi kesehatan global, memberikan manfaat bagi ekonomi negara, serta meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat," ujar Dr. Dafsah.
Pada kesempatan yang sama, Heartology juga menggulirkan kampanye edukatif #SatuDetakUntukIndonesia yang mengajak publik dan praktisi kesehatan untuk bersama lebih peduli terhadap kesehatan jantung, antara lain melalui penerapan gaya hidup sehat, termasuk memeriksa kesehatan jantung secara rutin.
Heartology berharap, kampanye ini dapat mengubah perilaku kesehatan masyarakat, sehingga penyakit jantung dapat dicegah dan dideteksi sejak dini
Gerakan serupa juga diinisiasi untuk mengajak para wanita Indonesia sebagai pilar utama dalam keluarga untuk menjadi duta kesehatan jantung keluarga. Adapun hal ini didukung oleh influencer gaya hidup sehat dr. Reisa Broto Asmoro turut mengajak publik untuk proaktif memonitor kesehatan jantung.
Dirinya menegaskan, lebih baik mengetahui ada penyakit dalam tubuh sehingga bisa dilakukan tindakan yang mencegahnya jadi berbahaya bagi kesehatan, daripada membiarkan rasa takut menguasai.
"Sebagai edukator kesehatan, saya merasa berkewajiban meningkatkan kesadaran tentang kondisi darurat penyakit jantung, yang kini juga banyak menyerang usia muda. Rasa takut 'divonis' harus diberantas agar kita bisa mengambil kendali atas kesehatan kita," tutup dr. Reisa.
(akd/akd)
Sentimen: positif (100%)