Sentimen
Negatif (100%)
30 Jul 2024 : 21.30
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Washington, Paris, Tel Aviv

Tokoh Terkait

Israel Vs Hizbullah Makin Panas, AS 'Memohon' Tel Aviv Tak Bom Beirut

30 Jul 2024 : 21.30 Views 4

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan yang meningkat antara Israel dan Hizbullah telah memaksa Amerika Serikat (AS) memimpin upaya diplomatik untuk mencegah Tel Aviv menyerang ibu kota Lebanon, Beirut, atau infrastruktur sipil utama sebagai tanggapan terhadap serangan roket mematikan di Dataran Tinggi Golan.

Lima sumber yang mengetahui tentang upaya ini mengatakan bahwa Washington berupaya keras untuk mencegah perang besar-besaran antara Israel dan kelompok Hizbullah yang didukung Iran setelah serangan tersebut menewaskan 12 pemuda.

Israel dan AS menyalahkan Hizbullah atas serangan roket tersebut, meskipun kelompok tersebut membantah keterlibatannya. Fokus diplomasi cepat ini adalah untuk menahan respons Israel dengan mendesaknya agar tidak menargetkan Beirut yang padat penduduk, pinggiran selatan kota yang merupakan pusat Hizbullah, atau infrastruktur penting seperti bandara dan jembatan.

Wakil Ketua Parlemen Lebanon, Elias Bou Saab, yang telah berhubungan dengan mediator AS Amos Hochstein sejak serangan di Golan, mengatakan bahwa Israel dapat menghindari eskalasi besar dengan tidak menyerang ibu kota dan sekitarnya.

Dia menyatakan, "Jika mereka menghindari warga sipil dan menghindari Beirut serta pinggirannya, maka serangan mereka bisa lebih terukur," katanya, dilansir Reuters, Selasa (30/7/2024).

Para pejabat Israel mengatakan bahwa mereka ingin menyakiti Hizbullah tetapi tidak ingin menyeret kawasan tersebut ke dalam perang habis-habisan. Dua diplomat Timur Tengah dan Eropa mengatakan bahwa Israel belum membuat komitmen untuk menghindari serangan di Beirut, pinggirannya, atau infrastruktur sipil.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mengomentari rincian percakapan diplomatik, meskipun mereka sedang mencari "solusi yang tahan lama" untuk mengakhiri semua tembakan lintas batas.

"Dukungan kami untuk keamanan Israel sangat kuat dan tak tergoyahkan terhadap semua ancaman yang didukung Iran, termasuk Hizbullah," ujar juru bicara tersebut kepada Reuters.

Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, mengatakan kepada wartawan bahwa Israel memiliki hak untuk menanggapi serangan di Golan, tetapi tidak ada yang menginginkan perang yang lebih luas.

"Adapun percakapan selama akhir pekan, tentu saja kami telah melakukannya di berbagai tingkatan," tambahnya. "Namun saya tidak akan merinci isi percakapan tersebut."

Kantor Perdana Menteri Israel tidak menanggapi permintaan komentar, sementara Hizbullah menolak untuk berkomentar.

Lima orang yang memiliki pengetahuan tentang dorongan diplomatik dalam dua hari terakhir terlibat dalam percakapan tersebut atau telah diberi pengarahan tentangnya. Mereka mengatakan upaya tersebut bertujuan untuk mencapai pendekatan terukur yang serupa dengan yang menahan pertukaran serangan rudal dan drone pada bulan April antara Israel dan Iran, yang dipicu oleh serangan Israel di konsulat Iran di Damaskus.

Seorang pejabat Iran mengatakan bahwa Amerika Serikat juga telah menyampaikan pesan kepada Teheran setidaknya tiga kali sejak serangan di Dataran Tinggi Golan pada hari Sabtu, "memperingatkan bahwa eskalasi situasi akan merugikan semua pihak."

Hizbullah adalah kelompok paling kuat dalam jaringan "Poros Perlawanan" Iran yang bersekutu dengan kelompok Palestina, Hamas. Kelompok ini telah bertukar tembakan dengan militer Israel di perbatasan selatan Lebanon sejak perang Gaza meletus pada Oktober lalu.

Selama perang 2006, terakhir kali Israel dan Hizbullah berkonflik besar, pasukan Israel membom pinggiran selatan Beirut yang dikenal sebagai Dahiya, menghantam bangunan yang berafiliasi dengan Hizbullah serta menara tempat tinggal. Bandara Beirut dibom dan dinonaktifkan, dan di seluruh Lebanon jembatan, jalan, pompa bensin, dan infrastruktur lainnya dihancurkan.

Seorang diplomat Prancis mengatakan kepada Reuters bahwa sejak serangan di Golan, Paris juga terlibat dalam menyampaikan pesan antara Israel dan Hizbullah untuk meredakan situasi.

Prancis memiliki hubungan sejarah dengan Lebanon, yang berada di bawah mandat Prancis dari tahun 1920 hingga memperoleh kemerdekaan pada tahun 1943. Paris telah mempertahankan hubungan dekat sejak saat itu dan memiliki sekitar 20.000 warga negara di Lebanon, banyak dari mereka adalah warga negara ganda.

Komando Dalam Negeri Israel, unit militer yang bertanggung jawab melindungi warga sipil, sejauh ini belum mengubah instruksinya kepada warga, menunjukkan bahwa militer tidak mengharapkan bahaya yang akan segera terjadi dari Hizbullah atau kelompok lain manapun.

Pada Minggu, kabinet keamanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang terdiri dari 10 menteri dan telah menentukan kebijakan terkait perang di Gaza dan Hizbullah, memberikan wewenang kepada perdana menteri dan menteri pertahanan untuk "memutuskan cara dan waktu respons" terhadap Hizbullah.

Keputusan ini, ditambah dengan abstainnya mitra koalisi sayap kanan Netanyahu - Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir - menunjukkan bahwa Israel memilih respons yang lebih rendah dari perang habis-habisan yang didorong oleh beberapa politisi.

Setelah serangan di Golan, Smotrich mengeluarkan pernyataan tegas menuntut tindakan tegas. Dia menulis di X: "Untuk kematian anak-anak, (Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan) Nasrallah harus membayar dengan kepalanya. Seluruh Lebanon harus membayar."


(luc/luc)

Sentimen: negatif (100%)