Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Institut Pertanian Bogor, ITB, IPB
Kab/Kota: bandung, Bogor
Tokoh Terkait
Kalau Benar Tercemar Tak Hanya 1 Galon
Detik.com Jenis Media: Kesehatan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meragukan kebenaran isu keberadaan jentik nyamuk dalam satu galon air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebarkan konsumen melalui akun TikTok-nya baru-baru ini. BPOM beralasan tidak mungkin hanya ada satu galon saja yang tercemar jentik-jentik nyamuk jika itu benar-benar terjadi.
"Kalau dari proses produksinya, kemungkinan kalau benar-benar galon AMDK itu ada cemaran seperti jentik, itu tidak hanya satu galon saja tapi seharusnya ada yang lainnya juga," ujar Direktur Standardisasi Pangan Olahan SPO BPOM Dwiana Andayani dalam keterangan tertulis, Selasa (30/7/2024).
Menurutnya, kalau hanya satu galon saja yang ada jentiknya, itu perlu diketahui sudah berapa lama AMDK tersebut (produksinya), penyimpanannya, apakah ada kebocoran dan lain-lain.
"Tapi yang jelas, tidak mungkin hanya satu saja yang tercemar jika memang itu benar-benar disebabkan saat proses produksinya. Itu perlu dilihat lagi kebenarannya," katanya.
Sebelumnya, para pengamat pangan dan kimia juga mempertanyakan kebenaran isu dari konsumen yang menyebarkan adanya jentik-jentik nyamuk di dalam sebuah galon AMDK melalui akun TikTok-nya secara masif baru-baru ini. Pasalnya, menurut mereka, sebuah keanehan jika yang ada jentik nyamuknya itu hanya di satu galon saja.
Guru Besar dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Hardinsyah, MS pun mengutarakan meragukan kebenaran yang disebarkan melalui TikTok. Menurutnya, air dalam tanah apalagi air artesis itu tidak bisa insect atau nyamuk hidup di sana. "Di sumur dalam tidak ada insect apalagi artesis itu sumurnya biasanya terjaga," ujarnya.
Prof. Hardinsyah menjelaskan dalam proses produksinya, apalagi perusahaan AMDK yang besar, sistem pengawasan mutunya juga tidak bisa main-main. Sistem sanitasi di ruangan produksinya juga pasti lebih terawasi saat mereka memasukkan air ke dalam galon yang satu ke galon lainnya.
"Mereka juga ada sistem penyaringan sampai sekian mikro itu bisa kesaring, dan semua galon sebelum diisi itu juga disterilkan terlebih dulu. Jaminan mutu setiap pabrik kan ada, seperti jaminan mutu alat, bahan, kemasannya, dan lain-lain. Ada juga yang pakai sensor, apalagi yang besar," tuturnya.
Dia juga menyampaikan kondisi galon yang tersegel itu tidak ada udara di dalamnya. "Jadi aneh jika ada jentik yang bisa masuk ke dalamnya," tukasnya.
Anehnya juga, lanjut Prof. Hardinsyah, yang ada jentiknya itu hanya konsumen itu sendiri. "Jangan-jangan nanti jadi perang dagang. Apalagi konsumen tidak menyebutkan nama agen penjualnya. Konsumen harus bertanggung jawab kalau memberikan ulasan itu," ucapnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Trilogi, Hermawan Seftiono. Dia mengatakan adanya keanehan jika hanya satu galon saja yang tercemar jentik.
Menurutnya, satu kali produksi tidak mungkin hanya mengisi satu galon saja tapi pasti ada beberapa galon. "Nah, kalau ada galon yang tercemar jentik kemungkinan galon-galon yang diproduksi dalam waktu yang bersamaan juga pasti ada yang tercemar. Anehnya, kok hanya satu saja yang ada jentik nyamuknya," ujarnya.
Kecuali, kata Anggota Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) ini, dalam satu wilayah ada beberapa toko yang mengalami hal serupa. "Jadi, dugaan saya mungkin saja ada orang yang iseng tiba-tiba diinjeksikan larutan yang ada jentik nyamuknya dengan menggunakan jarum suntik ke dalam galon tersebut untuk persaingan dagang," ungkapnya.
Dalam hal ini, menurutnya, pelaporan juga harus objektif. Sebab dikhawatirkan penyebar isu tersebut bisa bermasalah dengan industrinya, yang ternyata industri telah melakukan proses sesuai dengan peraturan BPOM.
"Takutnya, konsumennya jadi bermasalah karena sudah memviralkannya tanpa tervalidasi. Apalagi dia memviralkan melalui TikTok yang semua orang bisa mengesharenya," ucapnya.
Dosen sekaligus pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmad Zainal Abidin juga mengatakan tidak mungkin bisa ada jentik nyamuk masuk ke dalam AMDK galon. "Kalau jentik nyamuk ada di sana tidak mungkin terjadi pada air galon pabrik yang telah melewati proses filtrasi pasir, filtrasi membrane, ozonisasi dan sterilisasi UV," katanya.
Dia mengatakan perlu adanya pemeriksaan terhadap pengambilan dan asal usul AMDK galon tersebut. "Sampel yang benar haruslah repeatable, tidak boleh hanya ada di dalam satu sampel saja," tandasnya.
(akn/ega)Sentimen: negatif (99.6%)