Sentimen
Positif (91%)
29 Jul 2024 : 16.25
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Batang

Kasus: PHK

Tokoh Terkait

Bahlil Ungkap Penyebab PHK Massal di Jawa Barat

29 Jul 2024 : 16.25 Views 2

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi

Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKPM) Bahlil Lahadalia jelaskan adanya tren pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi di daerah industri khususnya Jawa Barat. Bahlil menyebutkan dua hal yang memicu PHK massal di Jawa Barat.

Pertama, adalah PHK yang disebabkan oleh relokasi pabrik. Banyak pabrik yang tutup di daerah Jawa Barat dan pindah ke Jawa Tengah. Kedua, pabriknya tutup permanen karena tidak mampu bersaing.

"Masalahnya ada yang karena mesinnya tua dan yang kedua biaya ekonominya sudah tinggi dibandingkan negara lain," kata Bahlil dalam konferensi pers realisasi investasi triwulan II 2024 di kantor BPKPM, Jakarta Selatan, Senin(29/7/2024).

Bahlil mengatakan PHK massal dipicu masalah produktivitas. Oleh karena itu, ia mendorong agar hak-hak buruh dapat diperhatikan dan buruh dapat memperhatikan keberlangsungan perusahaan.

"Hak-hak buruh harus diperhatikan. Buruh juga harus perhatikan keberlangsungan perusahaan. Kalau tutup kan rugi semua," tuturnya.

Tutupnya lapangan kerja hingga tidak berjalannya aktivitas produksi juga berdampak pada penerimaan negara yang berkurang. Bahlil mengatakan di tengah tutupnya sejumlah pabrik, ada juga pabrik-pabrik baru yang buka.

"Namun jangan sedih, ada yang pergi ada yang datang. Contoh kemarin kita resmikan pabrik sepatu di kawasan industri terpadu Batang, di Jawa Tengah. Itu menciptakan lapangan kerja 2.000 lebih," jelasnya.

Bahlil menjelaskan untuk mendatangkan investor ada beberapa upaya baik dari pemerintah dan pihak terkait. Pemerintah dapat memberikan sejumlah insentif perpajakan, sementara dari perbankan bisa mendorong pembiayaan untuk peremajaan mesin.

"Harus ada kerja sama dengan saudara-saudara kita buruh. Beri mereka lapangan kerja dengan upah layak. Namun, buruh harus mengerti. Kalau industri enggak jalan bagaimana pabrik mau survive," ungkapnya.

Sentimen: positif (91.4%)