Sentimen
Negatif (100%)
29 Jul 2024 : 00.36
Informasi Tambahan

Agama: Kristen

Kasus: penembakan, Insiden penembakan

Partai Terkait

Donald Trump Minta Umat Kristen Tak Perlu Ikut Pemilu Lagi Kalau Dia Menang Pilpres 2024

29 Jul 2024 : 07.36 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional

PIKIRAN RAKYAT - Calon Presiden dari Partai Republik, Donald Trump menyampaikan pesan kepada umat Kristen menjelang Pilpres AS 2024. Dia mengatakan, jika mereka memilihnya pada November ini, umat Kristen tidak perlu lagi ikut Pemilu.

"Jika kalian memilih saya pada November, dalam empat tahun (ke depan) Anda tidak perlu memilih lagi. Kami akan memperbaikinya dengan sangat baik, Anda tidak perlu memilih," ucapnya, Sabtu 27 Juli 2024.

Akan tetapi, tidak jelas apa yang dimaksud mantan presiden AS itu dengan pernyataannya. Hal itu disampaikan dalam kampanye pemilihan, ketika lawan-lawannya dari Partai Demokrat menuduh Donald Trump sebagai ancaman bagi demokrasi.

Donald Trump juga tengah berusaha untuk membalikkan kekalahannya pada 2020 dari Joe Biden, sebuah upaya yang menyebabkan pemberontakan mematikan di Capitol AS pada 6 Januari 2021.

Hal itu disampaikannya di sebuah acara yang diselenggarakan oleh kelompok konservatif Turning Point Action di West Palm Beach, Florida.

"Orang-orang Kristen, keluar dan memilih, hanya kali ini. Anda tidak perlu melakukannya lagi (Pemilu). Empat tahun lagi, Anda tahu apa? Itu akan diperbaiki, itu akan baik-baik saja, Anda tidak perlu memilih lagi, orang-orang Kristen saya yang mempesona," tuturnya.

"Saya mengasihi Anda, orang Kristen. Saya seorang Kristen. Saya mencintai kalian, keluar, Anda harus keluar dan memilih. Dalam empat tahun, Anda tidak perlu memilih lagi, kami akan memperbaikinya dengan sangat baik sehingga Anda tidak perlu memilih," kata Donald Trump menambahkan.

Bakal Hapuskan Pemilu?

Juru bicara kampanye Donald Trump, Steven Cheung tidak secara langsung membahas pernyataan sang Capres ketika diminta untuk mengklarifikasinya. Dia hanya mengatakan bahwa Donald Trump berbicara tentang menyatukan AS.

Dia pun menyalahkan lingkungan politik yang memecah belah, menyinggung insiden penembakan Donald Trump dua minggu lalu. Penyelidik pun belum mengungkapkan motif mengapa pria bersenjata berusia 20 tahun itu melepaskan tembakan ke arah Donald Trump.

Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada Desember 2023, Donald Trump mengatakan bahwa jika dia memenangkan Pilpres AS 2024 pada 5 November mendatang, dia akan menjadi diktator. Namun, hal itu dilakukan hanya pada "hari pertama", untuk menutup perbatasan selatan dengan Meksiko dan memperluas pengeboran minyak.

Jika Donald Trump memenangkan masa jabatan kedua di Gedung Putih, dia hanya bisa menjabat empat tahun lagi sebagai presiden. Sebab, presiden AS dibatasi pada dua periode, berturut-turut atau tidak, di bawah Konstitusi AS.

Presiden Lebih dari 2 Periode

Pada Mei 2024, berbicara di pertemuan Asosiasi Senapan Nasional, Donald Trump juga menyindir tentang menjabat lebih dari dua periode sebagai presiden. Dia mengacu pada kepresidenan Franklin D. Roosevelt, seorang Demokrat, satu-satunya presiden yang menjabat lebih dari dua periode. Batas dua periode ditambahkan setelah kepresidenan Roosevelt.

"Anda tahu, FDR, 16 tahun, hampir 16 tahun, dia empat periode. Saya tidak tahu, apakah kita akan dianggap tiga periode? Atau dua periode?" ucapnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

Pernyataan Donald Trump pada Sabtu 27 Juli 2024 pun menunjukkan perlunya kedua partai untuk memberi energi pada pemilih basis mereka, menjelang apa yang kemungkinan akan menjadi pemilihan yang diperjuangkan dengan ketat. Dia telah menikmati dukungan setia dari kaum evangelis dalam dua pemilihan terakhir.

Pertarungan tiba-tiba diperketat setelah keputusan Joe Biden untuk mengakhiri upaya pemilihannya kembali. Dia pun mengutus wakil presidennya, Kamala Harris, menjadi Capres Demokrat.

Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan keunggulan signifikan Donald Trump atas Joe Biden sebagian besar telah terhapus sejak obor diteruskan ke Kamala Harris. Juru bicara kampanye Harris, Jason Singer tidak secara langsung membahas pernyataan Donald Trump tentang orang Kristen yang tidak harus memilih lagi.

Dia menggambarkan pidato Donald Trump secara keseluruhan sebagai hal "aneh" dan "melihat ke belakang".***

Sentimen: negatif (100%)