Sentimen
27 Jul 2024 : 19.03
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Event: Olimpiade
Kab/Kota: Paris
Tokoh Terkait
Prancis Larang Atlet Muslimnya Berhijab saat Bertanding, Fahira Idris: Mencederai Semangat Olimpiade
Kompas.com Jenis Media: Nasional
27 Jul 2024 : 19.03
Prancis Larang Atlet Muslimnya Berhijab saat Bertanding, Fahira Idris: Mencederai Semangat Olimpiade
Tim Redaksi
KOMPAS.com —
Langkah Pemerintah
Prancis
yang melarang atlet muslimah mereka mengenakan hijab saat bertanding di
Olimpiade
Paris 2024 memunculkan kontroversi, bahkan kecaman dari berbagai pihak.
Menurut anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta
Fahira Idris
, hal tersebut sama sekali tidak dapat dibenarkan, walaupun larangan mengenakan hijab saat bertanding hanya berlaku untuk atlet Prancis.
“Kebijakan otoritas olahraga Prancis untuk atlet muslimahnya sangat mencederai semangat Olimpiade. Bukan hanya diskriminatif, pelarangan itu juga melanggar hak asasi manusia,” katanya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Sabtu (27/7/2024).
Fahira mengatakan, negara-negara peserta
olimpiade
seharusnya mendesak Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk mencabut larangan berhijab bagi atlet muslim tuan rumah (Prancis) saat berlaga di
Olimpiade Paris 2024
.
Desakan itu penting sebagai bentuk rasa solidaritas kepada atlet muslimah Prancis. Apalagi, IOC memperbolehkan atlet yang bertanding di Olimpiade Paris 2024 untuk mengenakan hijab.
“Desakan ini juga bentuk aksi nyata menegakkan semangat Olimpiade. Salah satunya, mempromosikan persatuan di tengah keragaman budaya, ras, dan bangsa,” ujarnya.
Fahira menjelaskan, olimpiade adalah momen masyarakat dunia bersatu untuk merayakan prestasi atlet dari berbagai latar belakang.
“Larangan bagi atlet muslimah Perancis mengenakan hijab saat bertanding telah mencederai semangat tersebut,” ujar Fahira.
Larangan itu, setidaknya mencederai empat semangat utama olimpiade, yaitu kesetaraan dan inklusi, menghormati keragaman budaya, persatuan di tengah keragaman, dan penghargaan terhadap hak individu.
Fahira melanjutkan, aturan Pemerintah Prancis tersebut pun bertentangan dengan semangat mempromosikan kesetaraan dan inklusi tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, atau latar belakang budaya.
Fahira juga menilai, larangan itu tidak menghormati keragaman serta mengabaikan kebutuhan dan keyakinan agama para atlet muslimah Perancis. Sebab, hijab adalah bagian penting dari identitas atlet Muslimah Prancis.
Tak hanya itu, imbuhnya, larangan pemerintah Prancis tersebut juga tidak menghormati hak individu, terutama hak untuk berpakaian sesuai dengan keyakinan pribadi.
“Pelarangan hijab bagi atlet muslimah Prancis saat bertanding adalah kebijakan eksklusif dan diskriminatif. Larangan itutidak sesuai dengan semangat olimpiade yang menyatukan orang-orang dari berbagai negara dan latar belakang dalam semangat persaudaraan dan kompetisi yang sehat,” ungkap Fahira.
Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (93.8%)