Sentimen
Negatif (99%)
27 Jul 2024 : 09.22
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Kab/Kota: Surabaya, Menteng

Kasus: Tragedi Kudatuli

Partai Terkait

Puisi Wiji Thukul dan Aksi Teatrikal Warnai Peringatan Peristiwa Kudatuli di DPP PDI-P

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

27 Jul 2024 : 09.22
Puisi Wiji Thukul dan Aksi Teatrikal Warnai Peringatan Peristiwa Kudatuli di DPP PDI-P Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDI-P ) menggelar peringatan Peristiwa 27 Juli 1996 ( Peristiwa Kudatuli ) di kantor DPP PDI -P, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/7/2024) pagi. Peringatan diawali dengan pembacaan sejumlah puisi karya sastrawan Wiji Thukul. Puisi pertama yang dibacakan berjudul "Apa Penguasa Kira". " Penguasa, apa penguasa kira, rakyat hidup di hari ini saja? " demikian bunyi bait pembuka puisi yang dibacakan. Pembacaan puisi diakhiri dengan pekikan "Mega pasti menang" yang disambut tepuk tangan para simpatisan PDI-P. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan aksi teatrikal yang menggambarkan Peristiwa Kudatuli yang terjadi pada 28 tahun lalu. Digambarkan ada serombongan massa yang mendatangi kantor DPP PDI-P (saat itu masih PDI) dan meneriakkan yel. Aksi teatrikal kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang Peristiwa Kudatuli 1996 oleh Ketua DPP PDI-P Ribka Tjiptaning. Ribka menceritakan rangkaian peristiwa sebelum Kudatuli sampai saat hari H kejadian yang jatuh pada hari Sabtu. "28 tahun lalu, luar biasa. Pas (28 tahun saat ini) jatuh di hari Sabtu (juga). Luar biasa," kata Ribka. Acara peringatan peristiwa Kudatuli ini dihadiri sejumlah elite PDI-P, antara lain Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, Ketua DPP Eriko Sotarduga, Yasonna Laoly, dan Ganjar Pranowo. Peristiwa Kudatuli Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996 merupakan salah satu sejarah kelam dalam perjalanan politik di Indonesia. Insiden yang menewaskan lima orang dan mengakibatkan 149 orang luka-luka serta 23 orang dinyatakan hilang disebut sebagai Peristiwa Kudatuli, atau akronim dari Kerusuhan dua puluh tujuh Juli. Kudatuli terjadi di kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat. Pecahnya kerusuhan di kantor DPP PDI dilatarbelakangi internal partai ini yang terpecah menjadi dua kubu, yakni kelompok yang dipimpin Megawati dan Soerjadi. Sebelum kerusuhan terjadi, PDI kedatangan "sosok baru" pada 1987, yakni Megawati, yang mampu mendongkrak suara partai di pemilu. Kehadiran putri Soekarno tersebut kemudian membuat popularitasnya melejit, sedangkan Soerjadi yang berstatus sebagai Ketum PDI menjadi ketar-ketir. PDI menghelat KLB di Surabaya yang menyatakan Megawati terpilih sebagai ketum periode 1993-1998. Hasil KLB Surabaya kemudian dikukuhkan dalam musyawarah nasional (munas) pada 22 Desember 1993 di Jakarta. Megawati lalu resmi menjabat sebagai Ketum PDI. Meski begitu, Soerjadi yang sebelumnya menjadi Ketum PDI dinyatakan kembali terpilih sebagai Ketum PDIP berdasarkan KLB pada 22 Juni 1996 di Medan. Setelahnya, muncul ketegangan politik yang berujung dengan beredarnya isu perebutan kantor DPP PDI jelang Juli 1996. Pada saat itu, Megawati mendapat dukungan dari aktivis dan mahasiswa yang menentang rezim Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto. Mendengar kantor DPP akan direbut, PDI kubu Megawati melakukan penjagaan di lokasi pada siang dan malam hari. Namun, pada 27 Juli 1996, suasana kantor DPP PDI seketika memanas setelah kedatangan sekelompok massa yang berasal dari kubu Soerjadi. Massa kubu Soerjadi menyerang kantor DPP PDI dengan melempar batu dan mencaci-maki pendukung Megawati. Kerusuhan pun tak terelakkan hingga menimbulkan korban jiwa. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (99.9%)