Modal Rp 1 Juta Dapat Motor Baru, Polisi Minta Syarat Kredit Diperketat
Detik.com Jenis Media: Otomotif
Jakarta -
Polisi belum lama ini mengungkap kasus penggelapan kendaraan bermotor jaringan internasional. Kasus penggelapan motor ini diduga terjadi karena kemudahan membeli sepeda motor secara kredit.
Direktur Registrasi dan Identifikasi (Dirregident) Korlantas Polri Brigjen Pol Yusri Yunus mengatakan kemudahan kredit sepeda motor diduga memunculkan mafia penggelapan sepeda motor. Apalagi, banyak dealer yang menawarkan uang muka atau DP rendah untuk kredit sepeda motor baru.
"Jadi, ada modus seperti ini, ada orang sudah mafia, mereka ini sindikat beli motor kredit. Dapat motornya, karena mudah sekali, kemudian dijual ke penampung," kata Yusri dikutip situs resmi Korlantas Polri.
"Orang bawa duit Rp 1 juta sudah bisa beli motor, dengan KTP palsu atau KTP apa pun. Lalu, motor itu langsung dijual, dia hilang saja, itu motor baru semua. Itu karena terlalu mudah (mendapatkan kendaraan). Bahkan, DP saja bisa dicicil," tambahnya.
Dikutip detikNews, Yusri mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI). Sebab, sudah banyak modus penggelapan sepeda motor kredit.
"Kenapa? Karena mencari kemudahan, kemudahan didapatkan. Kedua banyak orang membeli belum BPKB muncul, masih kredit, dia jual lagi ke orang lain, dipindahtangankan tanpa pemberitahuan, ini kan tidak boleh. Makanya kita buat regulasi bagaimana diusulkan kepada asosiasinya mereka. Nanti kan ke kami juga," tambahnya.
Yusri menilai regulasi pembelian kendaraan, khususnya sepeda motor, saat ini sangat mudah sehingga dapat menimbulkan modus-modus dari pihak pelaku kejahatan.
Dia menekankan perlu adanya penegasan aturan dari pihak leasing. Menurutnya, Polri juga akan melakukan koordinasi dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Sehingga kami sampaikan dua poin itu bagaimana caranya jangan terlalu mudah," ujarnya.
"Perlu ada ketegasan pihak leasing dan dalam ini asosiasinya, termasuk dengan OJK. Tetapi karena mereka yang menangani, mereka yang harus berpikir seperti apa," imbuhnya.
(rgr/din)
Sentimen: positif (87.7%)