Sentimen
Negatif (79%)
18 Jul 2024 : 19.11
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Depok, Setiabudi, Kuningan Timur

Tokoh Terkait

Cerita Guru Honorer di Jakarta Kena “Cleansing”, Bermula dari Dapodik yang Tiba-tiba Hilang

18 Jul 2024 : 19.11 Views 3

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

Cerita Guru Honorer di Jakarta Kena “Cleansing”, Bermula dari Dapodik yang Tiba-tiba Hilang Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com - Kevin (bukan nama sebenarnya), guru honorer sekolah negeri di Jakarta Selatan, menjadi salah satu tenaga pengajar yang diputus kontraknya secara sepihak karena kebijakan cleansing dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Kevin yang sudah hampir 4,5 tahun menjadi guru honorer ini tiba-tiba saja kehilangan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada 2023. Padahal, Kevin sudah mempunyai Dapodik sejak dia mengajar di salah satu sekolah negeri di Depok, Jawa Barat, pada 2017. Dia yang kebingungan karena kejadian mendadak ini langsung meminta sekolahnya untuk mengajukan surat ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta agar Dapodiknya kembali. “Cuma, Desember itu sedang ada pemeriksaan dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) terkait temuan di Sudin Pendidikan Jakarta Selatan yang salah satu pegawainya, staf PTK, adalah seorang PJLP,” kata Kevin saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (18/7/2024). “Dia memegang bagian Dapodik. Nah, di situlah sebenarnya ketahuannya. Kenapa ketahuannya? Jadi merembet sekarang ini dari cleansing itu, menurut saya, dari situ penyebabnya,” ujar dia melanjutkan. Karena sedang ada pemeriksaan BPK, Kevin belum bisa mengurus Dapodik. Dia pun cerita kepada salah satu staf sekolahnya bagian Tata Usaha (TU). Kepada Kevin, staf TU sekolahnya itu hanya menyuruhnya agar bekerja saja yang benar. Alhasil, Kevin kembali menjalani rutinitas seperti sediakala meski dia tidak memegang Dapodik. “Dari 2024, saya mengajar tanpa ada Dapodik. Artinya, saya mengajar tanpa ada identitas jelas. Ibaratnya saya enggak punya KTP, enggak ada statusnya,” ujar Kevin. “Kita warga negara Indonesia tapi enggak punya KTP, kan percuma. Padahal, saya sudah punya itu, Dapodik itu, tapi hilang,” tambah dia. Pada 1 Juli 2024, Kevin tengah berlibur ke luar kota bersama keluarga. Namun, tiba-tiba dia menerima pesan WhatsApp dari kepala sekolah. Kepala sekolah bertanya keberadaan Kevin dan kapan akan pulang ke Jakarta. Kebetulan, Kevin saat itu memang ditugaskan menulis ijazah murid yang sudah lulus. Oleh karenanya, Kevin mengira kepala sekolah bertanya terkait hal tersebut untuk diselesaikan sesegera mungkin. Rabu, 3 Juli 2024, Kevin yang saat itu masih berada di luar kota mendapatkan kabar bahwa manajemen sekolah menggelar rapat mengenai pembagian jam mengajar para guru. Namun, dia juga mendapatkan kabar hasil rapat tersebut menunjukkan bahwa Kevin tidak dapat pembagian jam mengajar. Padahal, Wakil Kurikulum sekolah sempat bilang kepada Kevin bahwa dia tetap akan mendapatkan jam mengajar pada tahun ajaran baru. Karena memang masih ada jam lebih sekitar 16 jam. “Posisi saya jelas. Saya kerja lebih baik dibandingkan yang punya identitas, tanpa saya memikirkan kalau Dapodik saya hilang. Tapi, saya kerja ikhlas,” lanjut Kevin. Satu hari setelahnya atau 4 Juli 2024, meski tidak mendapatkan jam mengajar, Kevin datang ke sekolah untuk menemui panggilan kepala sekolah. Tetapi, pada hari itu, sekolah menggelar rapat soal pengumuman pembagian jam mengajar. Saat momen itu, Kevin mendengarkan langsung bahwa dia tidak mendapatkannya. “Di situ ada saya, saya enggak ngomong apa-apa, saya enggak berkomentar apa-apa, ya saya masuk saja, saya dengarkan. Saya sudah tahu maksud dan tujuannya apa. Saya duduk kurang lebih dua jam,” ucap Kevin. Seusai rapat, Kevin masuk ke ruang kepala sekolah. Kepada Kevin, kepala sekolah memberitahu bahwa dia termasuk guru honorer di Jakarta yang terkena akibat kebijakan cleansing . Dia pun menyoroti pernyataan Dinas Pendidikan yang menyebut hanya guru honorer tanpa Dapodik dan Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK) yang terkena cleansing . “Terus yang dibilang sama Disdik, syaratnya ada NUPTK dan Dapodik, ya saya kan ada semua. Kenapa harus cleansing ? Itu yang jadi polemik,” ucap Kevin. Dengan menggebu-gebu, hari itu juga Kevin pun mendatangi Kantor Dinas Pendidikan DKI Jakarta yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan. Dia bertemu dengan salah satu pegawai. Percakapan mereka berkait sejak kapan Kevin mengajar di Jakarta dan berapa pendapatan yang diterimanya per bulan. “Lalu sambil bertanya mengenai Dapodik karena sangat penting untuk ikut tes PPPK,” ujar Kevin. Lagi-lagi Kevin menegaskan bahwa dia sudah mempunyai Dapodik sejak pertama kali menjadi tenaga pengajar. Karena tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan, Kevin pulang dengan tangan kosong. “Terakhir itu, saya dikasih kesempatan buat datang ke sekolah. Sebelum ngomong, murid sudah nangis. Berarti, anak itu punya kesan baik dengan saya. Mereka merasakan bahwa saya itu guru yang mereka idam-idamkan,” kata dia. “Saya termasuk guru favorit. Tapi, anak-anak enggak pernah tahu kalau saya itu guru honorer selama 4,5 tahun (di Jakarta). Itu saya buka hari itu juga, pada saat hari Senin kemarin. Senin kemarin saya pamit sama anak,” pungkas Kevin. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (79.5%)