Sentimen
Negatif (94%)
18 Jul 2024 : 15.28
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Zakat Fitrah

Institusi: MUI

Kab/Kota: Cirebon

Partai Terkait
Tokoh Terkait
Isaac Herzog

Isaac Herzog

Mukti Ali

Mukti Ali

Terseret Polemik NU, Dua Anggota MUI Koalisi Yahudi Dipecat, Buya Yahya Beri Sorotan: Sudah Tak Bantu Palestina...

18 Jul 2024 : 15.28 Views 7

Gelora.co Gelora.co Jenis Media: Nasional

GELORA.CO   - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Prof Muhammad Asrorun Ni'am Sholeh resmi menonaktifkan dua anggotanya diduga bekerja sama dengan Yahudi.

"Saya sudah menonaktifkan pihak yang diduga memiliki keterkaitan dengan MUI," ungkap Asrorun di sela-sela kegiatan Musyawarah Nasional ke-10 Forum Zakat di Padang, Sumatera Barat dikutip tvOnenews.com, Kamis (18/7/2024).

Ketua MUI Bidang Fatwa itu menjelaskan kedua nama anggotanya diduga menjadi bagian di organisasi yang terafiliasi Yahudi. Meski demikian, Asrorun belum bisa membeberkan secara detail terkait dua nama anggota yang telah diberhentikan dari MUI.

Ia mengatakan pemberhentian dua anggota MUI dilakukan di tengah kehebohan polemik lima tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) yang viral.

Ketua MUI bidang fatwa, Asrorun Niam Saleh. (Antara) Lima tokoh muda NU tersebut menyambangi Presiden Israel, Isaac Herzog pada awal Juli 2024 diduga mempunyai tujuan untuk penelitian.

Salah satu dari lima warga NU, Zainul Maarif diduga menjadi bagian pengurus LSM bernama Rahim. LSM Rahim menjadi sorotan publik lantaran terafiliasi dengan beberapa tokoh Yahudi.

Hal ini membuat Asrorun dan MUI menonaktifkan dua anggotanya diduga menjadi bagian dari kelompok LSM tersebut. Namun, Asrorun menegaskan bahwasanya kedua nama tersebut tidak ikut bertemu Presiden Israel, Isaac Herzog.

Asrorun menambahkan bahwa dua orang tersebut turut bertemu dengan Kedubes Israel untuk Singapura pada 2023. "Pada tahun kemarin dia melakukan kunjungan ke Dubes Israel di Singapura," katanya.

Ia mewakili MUI kembali mengingatkan bahwa pihaknya akan menjatuhkan sanksi lebih berat jika dua orang tersebut kembali melukai masyarakat Indonesia. "Nanti akan kita rapatkan lagi dan dia sudah dinonaktifkan. MUI tegas untuk itu," tuturnya. Keterlibatan dua anggota MUi diduga berkoalisi dengan Yahudi menghebohkan masyarakat Indonesia.

Lantas, bagaimana pandangan bagi umat Muslim bekerja sama dengan Yahudi di tengah kesengsaraan warga Palestina? Buya Yahya memberikan pandangannya secara menohok.

Ini berdasarkan kasus yang terjadi dilakukan oleh dua anggota MUI terafiliasi Yahudi saat Israel terus menggempur Palestina. Bagi Anda merasa penasaran terkait hal ini dari penjelasan Buya Yahya, sebaiknya simak informasinya di sini.

tvOnenews.com melansir dari tayangan kanal YouTube Al-Bahjah TV, Kamis (18/7/2024), Buya Yahya menerangkan terkait sikap seorang Muslim mendukung Yahudi saat Israel genosida warga Palestina.

Buya Yahya menjelaskan tentang ini lantaran Israel telah membantai dan membunuh puluhan ribu jiwa di Jalur Gaza. Pembantaian tersebut berlangsung dari Oktober 2023 lalu dimana Israel membalas serangan Hamas yang tiba-tiba brutal ke wilayahnya.

Peperangan ini menimbulkan amarah seluruh dunia karena konflik tersebut tidak berimbang dimana Israel dianggap terus menargetkan warga sipil.

Meski masih banyak golongan yang terus membela tindakan zionis Israel di tengah pembantaian terjadi saat ini.

Buya Yahya pun mengingatkan bentuk dukungan terhadap warga Palestina bukan soal tentang berperang secara langsung. Pengasuh Ponpes Al Bahjah, Cirebon itu mengatakan jika umat Muslim tidak bisa membantu Palestina bisa menggunakan cara lain.

Menurutnya, pemboikotan terhadap berbagai produk Israel salah satu cara jitu untuk melemahkan kaum zionis sebagai bukti menunjukkan keimanan dalam membantu sesama.

"Kaum muslimin yang tidak peduli dengan kasus Palestina, hatimu dimana hey hamba Allah," ungkap Buya Yahya. "Kalau Anda memang sudah tidak bisa membantu orang Palestina, paling tidak Anda jangan membantu orang Israel, ini keimanan," sambungnya. Kemudian, ia berharap pemberhentian beli produk Israel sudah bisa dilakukan dari sekarang.

"Sudah tidak bantu Palestina, Anda belanja kepada mereka, iman Anda dimana hei hamba Allah, dan jangan banyak berhujjah, tapi kalau sebuah produk sudah diindikasi bahwasannya akan ke sana ke Israel, kok anda masih minum? dimana iman Anda?," jelas Buya Yahya.

Ia berpendapat bahwa produk-produk yang digunakan dan dibeli diibaratkan tetap mendukung adanya pembantaian di Jalur Gaza.

"Bisa jadi satu wadah minuman atau apapun yang Anda beli itu jadi peluru yang akan ditembakkan kepada orang Islam," terangnya. Pendakwah itu menyoroti masih banyak produk yang menarik dan lebih bagus dibuatkan oleh umat Islam.

Namun, kebanyakan orang selalu lebih menyukai menggunakan produk dibuat dari Israel daripada umat Islam. Menurutnya, jika pola pikir tersebut terus ditanam maka tidak akan berkembang dan zionis Israel terus berkuasa.

"Coba saja Anda bayangkan saudara kita punya produk banyak, produknya bagus-bagus tapi tidak bekembang," tuturnya. "Kenapa? Karena kita lebih senang dengan produknya orang yang memusuhi kita sehingga saudara kita tidak kita beli, mana bisa bekembang," lanjutnya.

"Seandainya umat Nabi Muhammad kompak yang punya toko, berapa ratus toko dari Sabang samapi Merauke kalau mereka semangat untuk mengangkat produk saudaranya, apa yang terjadi? Ekonomi bangsanya akan terangkat," tandasnya.

Penjelasan dan saran tersebut menunjukkan dua orang MUI yang dipecat diduga menjadi bagian pengurus dari LSM Rahim.

Rahim sendiri berada di bawah kepemimpinan Intelektual muda Nahdlatul Ulama, KH. Mukti Ali Qusyairi. Dipantau tvOnenews.com dari laman resminya, ada tiga lembaga turut mendukung pembentukan LSM Rahim.

Tiga organisasi agamawi membentuk Rahim yakni Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama, Eits Chaim Indonesia, dan BNEI NOAH (Bani Nuh) Indonesia.

Hal yang menjadi sorotan adalah sosok yang diduga mengatur perjalanan dua anggota MUI saat bertemu Dubes Israel di Singapura.

Sosok yang menyokong perjalanan enam delegasi LSM Rahim ke Dubes Israel, yakni Anggota Steering Committee Rahim alias Rumah Ibrahim untuk Urusan Luar Negeri, Elisheva Stross

Sentimen: negatif (94.1%)