Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Huawei
BUMN: BRI
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: New York, Shanghai, Beijing, Hangzhou
Kasus: korupsi
Tokoh Terkait
Profil: Xi Jinping, Sang Reformis
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional
PIKIRAN RAKYAT- Presiden China Xi Jinping meluncurkan serangkaian reformasi baru yang akan menentukan lintasan pertumbuhan perekonomian terbesar kedua di dunia itu, saat kepemimpinan Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) memulai sebuah pertemuan yang berlangsung selama empat hari pada Senin (15/7).
Dalam pembukaan Sesi Pleno Ketiga Komite Sentral CPC ke-20, Xi, yang menjabat sebagai sekretaris jenderal komite tersebut, menyampaikan laporan kerja atas nama Biro Politik Komite Sentral CPC dan memaparkan sebuah draf keputusan tentang pendalaman reformasi dan percepatan modernisasi China secara lebih komprehensif.
Sesi Pleno Ketiga Komite Sentral CPC ke-20 yang sedang berlangsung ini dianggap setara dengan "sesi pleno ketiga" bertema reformasi lainnya, termasuk sesi pleno bertema serupa pada 1978 ketika Deng Xiaoping memulai upaya reformasi dan keterbukaan China.
Menjelang sesi pleno itu, Xi telah kerap kali mempromosikan reformasi, yang mendesak upaya untuk "membebaskan pikiran, membebaskan dan mengembangkan kekuatan produktif sosial, serta mencurahkan dan meningkatkan vitalitas sosial", sehingga dapat "memberikan dorongan kuat dan jaminan institusional bagi modernisasi China".
Hal ini telah meningkatkan ekspektasi untuk putaran baru dari reformasi yang mendalam, menepis kekhawatiran mengenai apakah reformasi China "sedang mengalami stagnasi" atau apakah ekonomi China "sedang mengalami perlambatan".
Sejak Xi menjabat sebagai pemimpin tertinggi lebih dari satu dekade lalu, China telah memasuki "era baru." Kekuatan ekonomi negara itu telah tumbuh, dan martabatnya di kancah internasional terus meningkat. Reformasi telah menjadi ciri dari era ini.
Namun demikian, di tengah banyaknya tantangan lama maupun baru, China kini berada dalam masa krusial untuk mempercepat laju reformasinya.
REFORMASI TIDAK AKAN BERHENTI, KETERBUKAAN TIDAK AKAN BERAKHIR
Xi dianggap sebagai seorang reformis terkemuka di China setelah Deng Xiaoping.
Kedua pemimpin tersebut menghadapi misi yang sama, yakni untuk memodernisasi China, namun dengan latar belakang yang sangat berbeda.
Ketika Deng meluncurkan reformasi dan keterbukaan pada akhir 1970-an, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita China saat itu adalah kurang dari 200 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.154). Upayanya untuk melakukan reformasi dan keterbukaan dimulai hampir dari nol.
Xi Jinping mengunjungi keluarga Tang Rongbin di Desa Luotuowan di Longquanguan yang terletak di Wilayah Fuping, Provinsi Hebei, China utara, pada 30 Desember 2012. (Xinhua/Lan Hongguang)
Pada 2012, ketika Xi terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Komite Sentral CPC, China telah menjadi perekonomian terbesar kedua di dunia, dengan PDB per kapita tercatat lebih dari 6.000 dolar AS. Namun, pertumbuhan sedang bergeser ke arah yang lebih baik, dan banyak keuntungan, termasuk biaya tenaga kerja yang rendah, sudah mulai menyusut.Alih-alih berpuas diri dengan apa yang telah dicapai oleh pendahulunya, Xi berkomitmen untuk melanjutkan reformasi, walaupun dia tahu betapa sulitnya komitmen tersebut dilakukan.
"Bagian mudah dari upaya ini telah dilakukan dengan hasil yang memuaskan semua pihak. Yang tersisa hanyalah tugas-tugas yang sulit dan rumit untuk diselesaikan," ujar Xi.
Selama satu dekade terakhir, lebih dari 2.000 langkah reformasi telah diluncurkan, yang membuat China dapat memberantas kemiskinan ekstrem, mendorong pembangunan perkotaan-pedesaan yang terpadu, memberantas korupsi, mendukung dunia bisnis, meningkatkan inovasi, dan mempercepat "revolusi hijau".
Berkat langkah-langkah reformasi itu, ekonomi China tidak hanya mempertahankan pertumbuhan yang kuat, tetapi juga meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2012, memperkuat status global negara tersebut sebagai kontributor pertumbuhan utama.
Xi Jinping melihat pemandangan kota dari Taman Lianhuashan di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China selatan 14 Oktober 2020. Xi menghadiri pertemuan besar yang diadakan untuk merayakan 40 tahun pendirian Zona Ekonomi Khusus Shenzhen (Xinhua/Ju Peng)
Sembari mengupayakan masa depan yang lebih baik bagi negara dan rakyatnya, Xi menyoroti reformasi dan keterbukaan sebagai "sarana penting" untuk mewujudkan modernisasi China dan memperluas keajaiban pembangunan negara tersebut.
Dalam sebuah sesi studi berkelompok di Biro Politik Komite Sentral CPC pada Januari, Xi menegaskan kembali pentingnya reformasi. Beberapa pekan kemudian, dalam sesi tahunan badan legislatif nasional dan badan penasihat politik tertinggi China, Xi menekankan perlunya upaya memperdalam reformasi di berbagai sektor.
"Reformasi adalah kekuatan pendorong untuk pembangunan," ungkap Xi pada Mei ketika dirinya melakukan inspeksi di Provinsi Shandong, China timur. Dalam inspeksi tersebut, dia juga mengadakan simposium untuk meminta pendapat dari para pemimpin bisnis dan cendekiawan mengenai cara untuk makin memperdalam reformasi.
"Sangat jelas bahwa reformasi memiliki porsi yang signifikan di dalam pemikiran Xi, dan saya rasa dia memiliki pemahaman yang baik mengenai semua isu terkait reformasi," ujar Huang Hanquan, kepala Akademi Penelitian Makroekonomi China, yang merupakan salah satu pembicara tamu dalam simposium tersebut.
Komitmen Xi terhadap reformasi selama ini sangat konsisten.
Pada 1969, ketika dia bahkan belum berusia 16 tahun, Xi dikirim ke Desa Liangjiahe di Provinsi Shaanxi, China barat laut, untuk melakukan pekerjaan pertanian. Di desa tersebut, dia mengalami kelaparan. Aspirasi Xi muda kala itu adalah memastikan bahwa semua penduduk desa bisa mendapatkan cukup makanan.
Dorongan yang kuat bagi Xi dalam melakukan reformasi juga berasal dari aspirasi rakyat untuk kehidupan yang lebih baik. Langkah-langkah reformasi yang diterapkan Xi sebagai ketua Partai di Liangjiahe, termasuk penggunaan biogas, pembukaan toko pandai besi dan toko kebutuhan sehari-hari, semuanya bertujuan untuk meningkatkan kehidupan penduduk desa.
Komitmen Xi terhadap reformasi dipengaruhi oleh ayahnya, Xi Zhongxun, seorang revolusionis tua serta pendukung reformasi dan keterbukaan. Pada 1978, ayah Xi ditunjuk sebagai pejabat tertinggi di Provinsi Guangdong, China selatan. Dia kemudian membantu membangun zona-zona ekonomi khusus pertama di China, termasuk Shenzhen, Zhuhai, dan Shantou.
Pada 1978 pula, sang ayah memberi amanat kepada Xi, yang kala itu sedang menimba ilmu di Universitas Tsinghua yang bergengsi, untuk melakukan penelitian lapangan mengenai sistem tanggung jawab kontrak rumah tangga yang diprakarsai di Provinsi Anhui, China timur. Xi membuat banyak catatan di bukunya hingga buku itu penuh. Hingga saat ini, Xi masih menyimpan buku tersebut.
Reputasi Xi sebagai seorang reformis makin kuat seiring kemajuan karier politiknya.
Xi Jinping berinteraksi dengan perwakilan bisnis dan akademisi yang menghadiri simposium di Jinan, Provinsi Shandong, China timur, pada 23 Mei 2024. Xi memimpin simposium tersebut dan menyampaikan pidato penting pada 23 Mei 2024. (Xinhua/Li Tao)
Pada awal 1980-an, Xi memulai eksperimen reformasi di wilayah miskin Zhengding di Provinsi Hebei, China utara, yang dimulai dengan uji coba sistem kontrak tanah pedesaan. Ini menjadikan Zhengding sebagai wilayah pertama di Hebei yang mengadopsi praktik ini.
Sebuah artikel yang diterbitkan di majalah China Youth pada 1985 menggambarkan transformasi wilayah tersebut secara mendetail. Artikel itu mengutip pernyataan seorang sekretaris Partai dari sebuah wilayah di salah satu provinsi tetangga yang pernah mengunjungi Zhengding. Dia mengatakan, "Di sini, Anda tidak mendengar orang-orang meneriakkan 'reformasi', tetapi reformasi terjadi di mana-mana."
"Mengingat kembali tahun-tahun itu, salah satu hal yang kami capai adalah membebaskan pemikiran kami," kata Xi saat mengenang reformasi yang dia pimpin di Zhengding.
Setelah Zhengding, Xi ditugaskan untuk bekerja di Xiamen, sebuah zona ekonomi khusus di Provinsi Fujian, di mana Xi memelopori pendirian bank usaha patungan (joint venture) pertama di China, yakni Xiamen International Bank. Setelah naik jabatan menjadi gubernur Fujian, Xi memimpin reformasi kepemilikan hutan kolektif, yang kemudian diterapkan secara nasional ke wilayah lain di seluruh China. Inisiatif ini dikenal sebagai langkah revolusioner lainnya dalam reformasi pedesaan di China setelah sistem tanggung jawab kontrak rumah tangga.
Selama menjabat sebagai ketua Partai di Provinsi Zhejiang, China timur, Xi mengusulkan sebuah inisiatif untuk mendorong pembangunan melalui peningkatan industri. Xi secara aktif mendukung bisnis swasta, serta mendorong para pebisnis untuk "datang langsung" ke kantornya guna mendapatkan bantuan. Xi juga memperluas reformasi di Zhejiang melampaui bidang ekonomi dan politik, hingga mencakup aspek sosial, budaya, dan ekologi.
Reputasi Xi sebagai reformis meninggalkan kesan mendalam pada tokoh-tokoh internasional terkemuka. Pada September 2006, Henry Paulson, yang saat itu menjabat sebagai menteri keuangan Amerika Serikat, mengunjungi China dan memilih Hangzhou, ibu kota Zhejiang, sebagai perhentian pertamanya. Paulson menganggap Xi sebagai "pilihan sempurna" untuk pertemuan pertamanya di China. Paulson menggambarkan Xi sebagai "tipe orang yang tahu cara mencapai tujuan."
Paulson kemudian menceritakannya selama pertemuan lainnya dengan Xi pada 2014, pemimpin China itu menyatakan, "Perhatian utama saya adalah reformasi dan isu-isu terkait."
Pada 2007, sebagai ketua Partai di Shanghai, Xi melihat perlunya reformasi untuk mengalihkan ekonomi kota tersebut ke pembangunan yang didorong oleh inovasi, meningkatkan daya saingnya sebagai pusat keuangan internasional, serta memperkuat perannya sebagai kota terdepan di China dalam reformasi dan keterbukaan.
Usai menduduki jabatan tertinggi Partai pada 2012, inspeksi domestik pertama Xi membawanya ke Shenzhen, mengikuti jejak sang ayah. Di sana, Xi meletakkan karangan bunga di patung perunggu Deng Xiaoping di Taman Lianhuashan, seraya menyatakan sebuah komitmen tegas terhadap reformasi: "Reformasi tidak akan berhenti, dan keterbukaan tidak akan berakhir!"
Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral CPC ke-18, yang digelar pada 2013 di bawah kepemimpinan Xi, dianggap sebagai sebuah tonggak sejarah, sama seperti Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral CPC ke-11 pada 1978 yang mengawali era reformasi. Sidang pada 2013 tersebut menandai dimulainya era reformasi baru.
Xi Jinping berinteraksi dengan para staf di sebuah pusat perbelanjaan bebas bea internasional di Sanya, Provinsi Hainan, China selatan, pada 11 April 2022. (Xinhua/Li Xueren)
Dalam sidang itu, Xi menyebutkan serangkaian tantangan yang dihadapi pembangunan China lebih lanjut, termasuk korupsi, pembangunan tak berkelanjutan, serta isu-isu lingkungan hidup. Xi menekankan bahwa "kunci untuk mengatasi masalah-masalah tersebut terletak pada upaya memperdalam reformasi."
Lebih dari sebulan kemudian, China mengumumkan keputusan untuk membentuk Kelompok Pemimpin Sentral untuk Memperdalam Reformasi Secara Komprehensif, yang dipimpin sendiri oleh Xi. Ini menandai pertama kalinya dalam sejarah Partai bahwa sebuah badan kepemimpinan yang secara khusus didedikasikan untuk reformasi dibentuk di tingkat pusat. Selanjutnya, kelompok ini berkembang menjadi Komisi Sentral untuk Memperdalam Reformasi Secara Komprehensif, dengan Xi sebagai pemimpinnya.
"Dalam reformasi yang sulit dan penting, Xi mengambil keputusan final," kata seseorang yang mengetahui proses pengambilan keputusan itu. Pejabat tersebut juga mengungkapkan bahwa Xi dengan cermat meninjau setiap draf rencana reformasi utama, menyunting kata demi kata.
BERANI MENGHADAPI TANTANGAN MESKI TERDAPAT RISIKO
Reformasi yang dipimpin oleh Xi didasarkan pada pertimbangan bijaksana yang berasal dari pengalamannya selama bertahun-tahun, dengan rangkaian lengkap desain tingkat atas.
Xi mengutip peribahasa China kuno yaitu "membuang yang usang untuk menggantinya dengan yang baru" guna menyerukan tindakan, meyakini bahwa reformasi dan inovasi adalah gen budaya yang melekat pada bangsa China.
Untuk hal-hal yang perlu diubah, Xi menuntut tindakan tegas, mendesak terciptanya kondisi untuk reformasi bahkan ketika kondisi tersebut belum ada. Tugas-tugas yang harus dilakukan tersebut termasuk menyingkirkan semua kelemahan yang membatasi vitalitas entitas bisnis dan menghalangi peran penuh pasar.
Dengan cakupan, skala, dan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya, reformasi Xi di antaranya mencakup bidang ekonomi, politik, budaya, masyarakat, ekologi, pembangunan Partai, pertahanan nasional, dan militer.
Xi mengembangkan sebuah metodologi untuk reformasi di era baru, yakni menangani dengan baik hubungan antara membebaskan pikiran dan menemukan kebenaran dari fakta, antara membuat kemajuan secara menyeluruh dan menciptakan terobosan di bidang-bidang utama, antara desain tingkat atas dalam suatu sistem dan mengambil langkah dengan penuh pertimbangan sebelum melanjutkannya di konteks yang baru, antara bersikap berani dan mempertahankan langkah yang stabil, serta menyeimbangkan reformasi, pembangunan, dan stabilitas.
Xi menekankan untuk mewujudkan reformasi dengan cara yang sistematis, holistik, dan terkoordinasi seraya menghormati semangat perintis rakyat. Para pejabat juga diinstruksikan untuk "membangun sistem yang baru sebelum menghapus yang lama" serta memastikan waktu dan intensitas reformasi yang tepat untuk memberikan efek yang baik.
Kurang dari 20 hari setelah resmi menduduki posisi tertinggi, Xi mengawasi perumusan "keputusan delapan poin" tentang peningkatan perilaku kerja para pejabat Partai dan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah kronis seperti perlakuan istimewa bagi pejabat, jamuan resmi yang berlebihan, dan berbagai bentuk pemborosan dalam birokrasi. Regulasi ini kemudian dipuji sebagai "titik balik" bagi tata kelola pemerintahan China.
Atas dasar itu, Xi memprakarsai "badai" antikorupsi, atau gerakan intensif dan luas untuk memerangi korupsi, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia mengatakan bahwa perang melawan korupsi bermanfaat untuk membersihkan "ekosistem politik" dan "ekosistem ekonomi," serta kondusif untuk meluruskan tatanan pasar dan mengembalikan pasar ke kondisi yang semestinya, ungkapnya.
Kampanye antikorupsi "toleransi nol" terus bergaung. Selama setahun terakhir, kampanye ini telah menciptakan dampak signifikan di berbagai sektor, termasuk keuangan, pasokan biji-bijian, perawatan kesehatan, pengembangan dan manufaktur semikonduktor, dan olahraga.
Ratusan pejabat tinggi pemerintah, eksekutif bank, dan direktur rumah sakit, bahkan sejumlah tokoh seperti presiden Asosiasi Sepak Bola China (Chinese Football Association) dan mantan pelatih kepala tim nasional sepak bola pria negara itu telah diinvestigasi atau didakwa.
Xi menganjurkan kebutuhan untuk mereformasi Partai, menyerukan untuk melakukan "revolusi internal yang paling menyeluruh."
Xi Jinping mengunjungi pertanian hutan Saihanba di Provinsi Hebei, China utara, pada 23 Agustus 2021. (Xinhua/Xie Huanchi)
Di bawah kepemimpinannya, sebuah sistem tata kelola internal Partai yang lengkap dan akurat dibangun, dan sebuah sistem regulasi Partai yang kuat mulai terbentuk. Xi menyempurnakan sistem inspeksi dan membangun sistem pengawasan nasional, yang "membatasi kekuasaan dalam suatu kerangka institusional."
Xi juga memprakarsai sebuah reformasi pada Partai dan lembaga-lembaga negara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Reformasi tersebut menjadi yang paling menarik perhatian dalam proses reformasi keseluruhan China, kata Li Junru, mantan wakil presiden Sekolah Partai Komite Sentral CPC. "Xi menggunakan reformasi untuk mengatasi berbagai tantangan unik yang dihadapi Partai dan untuk membangun sebuah partai politik Marxis yang lebih kuat dan lebih berkuasa," katanya.
Reformasi ini meruntuhkan lebih lanjut kepentingan-kepentingan pribadi. Xi menyerukan tekad untuk "mengorbankan kepuasan segelintir orang alih-alih mengecewakan 1,4 miliar rakyat China."
Dia mendorong revolusi internal Partai untuk memandu perubahan sosial. Inisiatif itu pun diambil oleh Partai untuk menyingkirkan segala kekurangan institusional dalam pembangunan sosial guna membuka kekuatan produktif, tutur Liu Bingxiang, seorang profesor di Sekolah Partai Komite Sentral CPC.
Dalam hal ini, Xi telah mengadvokasi untuk sepenuhnya memajukan tata kelola pemerintahan yang berbasis hukum, berupaya keras memecahkan masalah-masalah lama tentang kekuasaan yang berada di atas hukum dan hubungan pribadi yang mengalahkan prinsip-prinsip hukum.
Selain itu, sistem hukum untuk hak kekayaan intelektual juga disempurnakan. Dalam sebuah kasus pada 2020, legenda bola basket AS Michael Jordan memenangkan gugatan hukum di Shanghai, dan sebuah perusahaan China diperintahkan untuk berhenti menggunakan kata "Qiao Dan", terjemahan bahasa Mandarin dari "Jordan", dalam nama dan merek dagang produknya.
Reformasi Xi tidak hanya mengarah pada transformasi ekonomi. Dia telah menegaskan bahwa esensi modernisasi terletak pada modernisasi manusia. Memupuk "rasa percaya diri terhadap budaya sendiri dan kebanggaan nasional" di dalam diri rakyat China menjadi tujuan utama reformasi.
Pada 2012, Xi memasukkan poin "kepercayaan diri terhadap budaya" ke dalam laporan Kongres Nasional CPC ke-18. Dia kemudian mengintegrasikan konsep ini ke dalam "Empat Keyakinan" sosialisme dengan karakteristik China, menggambarkan kepercayaan diri terhadap budaya sebagai "kekuatan yang lebih mendasar, lebih mendalam, dan kekal."
Reformasi Xi juga menandakan penyesuaian Marxisme untuk beradaptasi dengan era baru, mengintegrasikan prinsip-prinsip dasarnya dengan realitas spesifik dan budaya tradisional adiluhung China. Hasilnya, reformasi China kini mengandung makna filosofis baru.
Dalam Pesan Tahun Baru 2017 yang disampaikannya, Xi menyatakan bahwa "kerangka kerja utama reformasi, yang menyerupai 'empat balok dan delapan pilar' sebuah rumah, pada dasarnya sudah dibangun di berbagai bidang." Bagi mereka yang akrab dengan arsitektur tradisional China, ini menandakan bahwa struktur utama rumah tersebut telah terbentuk dan siap untuk disempurnakan lebih lanjut.
Xi telah menuntun reformasi ke arah tujuan yang menyeluruh, yakni menjunjung dan menyempurnakan sistem sosialisme dengan karakteristik China serta memodernisasi sistem dan kapasitas pemerintahan China.
Tentu saja, mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang panjang dan menantang.
HANYA REFORMIS YANG BISA MAJU, HANYA INOVATOR YANG BISA BERKEMBANG
Pada tahun ketika Xi resmi menduduki posisi tertinggi, tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan China sedang mengalami penurunan hingga di bawah 8 persen untuk pertama kalinya sejak 1999.
Krisis utang di Eropa sangat merugikan perdagangan luar negeri China dan regulasi real estat telah menyeret turun permintaan domestik. Seorang analis bank asing bahkan menyatakan bahwa saat itu "ekonomi China sedang menghadapi masa-masa paling kritis dalam hampir 30 tahun terakhir."
Tak terpengaruh, Xi tetap menetapkan arah reformasinya. Dia meyakini bahwa pembangunan masih memegang kunci untuk menyelesaikan semua masalah, dan menjadikan peningkatan pembangunan sebagai prioritas utama dalam agenda reformasinya.
Xi menuturkan bahwa ekonomi China telah memasuki tahap pembangunan yang baru dan mengusulkan filosofi pembangunan baru yang bercirikan pertumbuhan yang inovatif, terkoordinasi, hijau, terbuka, dan menguntungkan bagi semua. Dia memprakarsai reformasi struktural sisi penawaran, mendorong ekonomi menuju pembangunan berkualitas tinggi, dan bergerak maju untuk membangun pola pembangunan baru.
Berbicara kepada para pejabat tentang pentingnya reformasi untuk mengoptimalkan struktur pasokan, Xi menyinggung kisah turis China yang membeli dudukan toilet pintar dan alat penanak nasi di luar negeri sebagai contoh, karena saat itu mereka tidak dapat menemukan produk inovatif atau berkualitas tinggi seperti itu di pasar dalam negeri. Sedangkan pada saat yang sama, beberapa produsen di dalam negeri justru kesulitan mencari pembeli.
Guna mendorong reformasi struktural sisi penawaran, Xi memandu lewat teladan dengan pandangan yang jauh ke depan. Satu dekade lalu, sebagian besar mobil di jalan-jalan di China merupakan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM). Pada 2014, saat melakukan inspeksi ke SAIC Motor, perusahaan otomotif besar di China, Xi menekankan pentingnya mengembangkan produk yang mampu memenuhi beragam kebutuhan dan menyoroti pentingnya kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) guna memperkuat posisi China di sektor otomotif.
Dalam dekade selanjutnya, Xi menjadi pengagum berat mobil listrik, mengunjungi sejumlah perusahaan otomotif, mengelilingi laboratorium, dan menunjukkan ketertarikan yang besar untuk menjajal mobil listrik yang dikembangkan di dalam negeri. Dia mendorong para produsen mobil untuk fokus pada kualitas produk dan menumbuhkan daya saing pasar.
Industri energi baru tersebut, faktanya, merupakan bagian dari visi Xi terkait "kekuatan produktif yang berkualitas baru". Ungkapan baru ini yang pertama kali disebutkan oleh Xi selama inspeksi lokal tahun lalu dengan cepat menjadi kata kunci bagi perekonomian China, namun Xi telah memulai praktik yang relevan jauh lebih awal.
Pada 1970-an di Desa Liangjiahe, Shaanxi, Xi memelopori pengenalan fasilitas pembangkit biogas di provinsi tersebut, yang dapat dikategorikan sebagai "kekuatan produktif yang berkualitas baru" pada saat itu, sehingga memberikan penduduk desa pengganti yang bersih dari kayu bakar dan minyak tanah yang digunakan untuk memasak dan penerangan.
Xi menganggap gagasan perihal kekuatan produktif sebagai "penyebab utama dari semua perubahan sosial dan politik."
Mengembangkan kekuatan produktif yang berkualitas baru, yang menampilkan inovasi dan kualitas tinggi, merupakan seruan atas tindakan para pembuat kebijakan China untuk memanfaatkan gelombang baru revolusi teknologi yang terjadi di berbagai bidang seperti kecerdasan buatan, biologi sintetik, teknologi nano, dan informasi kuantum melalui reformasi. Hal ini juga sejalan dengan strategi pembangunan berbasis inovasi yang diusulkan oleh Xi.
Xi menganalogikan minimnya kemampuan inovasi yang kuat di China sebagai "tumit Achilles" dari raksasa ekonomi. "Hanya para pembaharu yang bisa maju, hanya inovator yang dapat berkembang, dan hanya mereka yang melakukan reformasi serta inovasi yang akan bertahan," ujarnya.
Di bawah panduannya, reformasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Didorong oleh serangkaian langkah-langkah pro-inovasi, sistem baru untuk memobilisasi sumber daya secara nasional dimanfaatkan guna memfasilitasi berbagai terobosan teknologi utama, kelompok pertama laboratorium nasional di negara tersebut didirikan, sementara peran utama perusahaan dalam bidang inovasi diperkuat.
Dampaknya terlihat jelas, saat peringkat China dalam Indeks Inovasi Global, yang dipublikasikan oleh Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization), melonjak dari posisi ke-34 pada 2012 menjadi posisi ke-12 pada tahun lalu.
Data yang dirilis pada 2023 menunjukkan bahwa China pada 2022 menyalip Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya sebagai negara No.1 yang berkontribusi dalam artikel penelitian yang dipublikasikan pada kelompok jurnal ilmu pengetahuan alam berkualitas tinggi di Nature Index.
Kendati mendapatkan tekanan dan sanksi cip dari AS selama bertahun-tahun, raksasa telekomunikasi China Huawei berhasil meluncurkan ponsel pintar kelas atas (high-end) terbarunya pada 2023. Banyak pihak memandang hal itu sebagai bukti bahwa pembatasan sektor teknologi China oleh beberapa negara Barat tidak akan berhasil.
Kendati demikian, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Xi telah memperingatkan bahwa "penelitian dasar merupakan sumber inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Meski China telah mencatatkan kemajuan yang signifikan dalam penelitian dasar, jaraknya dengan level advance di (tingkat) internasional masih terlihat jelas."
Xi menyerukan reformasi kelembagaan lebih lanjut untuk memperkuat penelitian dasar, serta mendukung inovasi orisinal dan pengembangan yang lebih cepat terkait teknologi strategis, mutakhir, dan disruptif.
MELEPASKAN KEKUATAN PASAR
Saat Xi mengambil alih jabatan tertinggi di Partai, dua dekade telah berlalu sejak konsep membangun ekonomi pasar sosialis diperkenalkan.
Namun, menjalankan bisnis masih menjadi upaya yang menantang. Pada 2014, seorang anggota parlemen yang menghadiri "Dua Sesi" tingkat daerah mengungkapkan bahwa sebuah proyek investasi, mulai dari pembebasan lahan hingga penyelesaian semua prosedur persetujuan administratif, memerlukan lebih dari 30 perizinan pemerintah dan lebih dari seratus stempel. Seluruh proses itu memakan waktu minimal 272 hari kerja.
Xi sangat menentang perizinan pemerintah yang berbelit-belit. Saat bekerja di Fuzhou, Fujian, dia memelopori sebuah mekanisme yang memungkinkan segala prosedur perizinan proyek investasi diselesaikan dalam satu atap.
Sebagai pemimpin tertinggi di negara tersebut, dia menganjurkan bahwa "pasar memainkan peran penting dalam alokasi sumber daya dan pemerintah memainkan perannya dengan lebih baik."
Selama bertahun-tahun, Dewan Negara China telah membatalkan atau melimpahkan wewenang perizinan administratif terkait lebih dari 1.000 barang kepada otoritas yang lebih rendah dan memangkas jumlah barang investasi yang memerlukan persetujuan pemerintah pusat hingga lebih dari 90 persen.
"Biarkan vitalitas yang menciptakan ledakan kekayaan, dan biarkan kekuatan pasar dilepaskan sepenuhnya," tutur Xi.
Berbagai hasil reformasi tersebut terbilang menakjubkan, mengingat China dinobatkan oleh Bank Dunia sebagai satu dari 10 ekonomi teratas dengan peningkatan lingkungan bisnis yang paling signifikan selama dua tahun berturut-turut.
Xi juga menekankan perlunya mendorong reformasi keuangan untuk memfasilitasi pembiayaan bagi perusahaan-perusahaan swasta. Dia menekankan pentingnya mendorong modal swasta untuk memasuki industri-industri dan sektor-sektor yang tidak secara eksplisit dilarang oleh hukum dan peraturan.
Di bawah instruksi Xi, sistem daftar negatif untuk akses pasar diimplementasikan secara komprehensif, yang memungkinkan masuknya perusahaan-perusahaan yang tidak secara eksplisit dilarang dalam daftar tersebut. Hingga akhir 2023, jumlah entitas bisnis yang terdaftar secara nasional mencapai 184 juta, tiga kali lipat lebih dari jumlah pada 2012.
Dari 2012 hingga 2023, jumlah perusahaan swasta di China meningkat lebih dari empat kali lipat, dan proporsi perusahaan swasta dalam total perusahaan naik dari yang sebelumnya kurang dari 80 persen menjadi lebih dari 92 persen.
Selama periode tersebut, bank-bank milik swasta mendapatkan persetujuan pendirian, kereta cepat yang dikendalikan oleh modal swasta mulai beroperasi, investasi swasta diizinkan untuk memasuki sektor eksplorasi dan produksi minyak dan gas, serta sebuah perusahaan roket swasta mencapai kesuksesan dalam peluncuran roket dari laut.
Xi juga memprakarsai reformasi berorientasi pasar untuk badan usaha milik negara (BUMN). Pada 2017, China Unicom, sebagai BUMN pertama yang dikelola secara terpusat di industri telekomunikasi yang membuka diri terhadap modal swasta, memperkenalkan 14 investor strategis, termasuk raksasa internet Tencent, Baidu, JD.com, dan Alibaba, dalam "reformasi kepemilikan campuran."
Rencana aksi tiga tahun untuk reformasi BUMN mengubah BUMN menjadi perseroan terbatas atau perusahaan yang dibatasi oleh saham. Sekitar 38.000 BUMN membentuk dewan direksi.
Media internasional telah memperhatikan bahwa reformasi China telah maju seiring dengan perubahan situasi. Perang dagang yang dilancarkan oleh Amerika Serikat (AS), pandemi global, dan meningkatnya ketegangan geopolitik telah menguji ketahanan ekonomi China. Negara itu juga mengubah model pembangunan ekonominya.
Xi telah memimpin China untuk mempercepat pengembangan pola pembangunan baru, yang menjadikan pasar domestik sebagai andalan serta memungkinkan pasar domestik dan internasional untuk saling memperkuat.
Dukungan utama untuk strategi ini adalah pembentukan pasar nasional yang terpadu. Untuk mencapai hal ini, serangkaian reformasi sedang diimplementasikan untuk menghapus proteksionisme lokal dan menghilangkan hambatan regional.
China mendorong aksesi Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik, (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership/CPTPP), setelah pemerintah berupaya untuk memenuhi standar tinggi yang disyaratkan oleh perjanjian tersebut dan berkomitmen untuk melakukan praktik-praktik yang melampaui kebijakan akses pasar saat ini.
Pada 2013, Xi mendirikan zona perdagangan bebas (free trade zone/FTZ) percontohan pertama di Shanghai. Saat ini, jumlah FTZ percontohan telah mencapai 22, dengan provinsi pulau tropis Hainan menjadi pelabuhan perdagangan bebas.
Langkah reformasi signifikan lainnya yang dilakukan oleh Xi adalah digelarnya Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE), pameran tingkat nasional pertama di dunia dengan fokus pada perluasan impor.
Dia juga memprakarsai sebuah pameran untuk memfasilitasi perdagangan jasa dan pameran yang menampilkan produk-produk konsumen global, yang menunjukkan visinya untuk liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi. ***
China merupakan mitra dagang utama lebih dari 140 negara dan kawasan serta mempertahankan posisinya sebagai destinasi investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) terbesar kedua di dunia.
Sementara itu, Xi berhati-hati terhadap ekspansi modal yang tidak teratur, manipulasi pasar, dan pengejaran keuntungan yang terlalu tinggi di sektor-sektor tertentu, untuk menghindari risiko-risiko yang mirip dengan krisis subprime di AS.
Dia mengusulkan pengaturan "lampu lalu lintas" untuk arus modal, memastikan bahwa "tokoh-tokoh terkemuka keuangan" tidak bertindak secara tidak bermoral sembari tetap membiarkan modal berfungsi dengan baik sebagai salah satu faktor produksi.
Hal ini mengindikasikan bahwa reformasi China tidak lagi hanya berfokus pada pertumbuhan, tetapi juga mempertimbangkan pendekatan yang lebih seimbang.
MENGUTAMAKAN PRIORITAS RAKYAT
Xi menekankan bahwa tujuan utama reformasi yakni untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dia telah berjanji untuk menjadikan prioritas rakyat sebagai prioritasnya dan bertindak berdasarkan keinginan mereka. Hal ini sangat kontras dengan pendekatan "modal yang utama" (capital first) yang sering terlihat dalam ekonomi kapitalis.
Pada 2017, Xi menyatakan bahwa setelah hampir 40 tahun reformasi dan keterbukaan, kontradiksi utama yang dihadapi masyarakat China telah mengalami perubahan signifikan. "Saat ini, kita menghadapi kontradiksi antara pembangunan yang tidak seimbang dan tidak memadai dengan kebutuhan rakyat yang terus meningkat untuk kehidupan yang lebih baik," jelasnya.
Merespons perubahan ini, Xi mendorong pembangunan yang terkoordinasi dan bersama, serta berkomitmen untuk mencapai visi Deng Xiaoping tentang "kesejahteraan bersama".
Ketika Xi menduduki jabatan tertinggi Partai pada 2012, terdapat kesenjangan yang signifikan antara wilayah timur dan barat China, serta kesenjangan kekayaan yang sangat parah.
Xi telah mengubah strategi pengentasan kemiskinan dengan menerapkan pendekatan baru yang disebut "penghapusan kemiskinan yang ditargetkan".
Individu dan desa yang dikategorikan miskin didaftarkan dan datanya dicatat dalam sistem informasi pengentasan kemiskinan nasional. Sementara itu, masyarakat miskin direlokasi dari daerah yang tidak layak huni. Pemerintah mempromosikan industri sesuai dengan kondisi lokal dan menyelenggarakan kelas pelatihan bagi masyarakat kurang mampu untuk meningkatkan pendapatan mereka. Lebih dari 3 juta pejabat ditempatkan di desa-desa yang ditunjuk untuk memastikan bahwa langkah-langkah pengentasan kemiskinan dilaksanakan dengan efektif.
Di bawah kepemimpinan Xi, China sukses memberantas kemiskinan absolut di wilayah pedesaan, sebuah masalah yang telah berlangsung selama ribuan tahun di negara tersebut.
Reformasi China dimulai di wilayah pedesaan pada 1970-an, dan inisiatif reformasi Xi terkait pertanian, wilayah pedesaan, dan petani mencakup perubahan yang lebih luas.
Xi telah menetapkan mekanisme yang baik untuk produksi biji-bijian yang stabil guna memastikan bahwa "pasokan makanan China tetap sepenuhnya dalam kendali sendiri", meningkatkan lingkungan bisnis pedesaan, dan mendorong revitalisasi pedesaan secara menyeluruh.
Pada 2016, pemerintah pusat meluncurkan rencana untuk memberikan status kependudukan perkotaan kepada sekitar 100 juta orang dari daerah pedesaan dan penduduk tetap lainnya yang tidak memiliki registrasi rumah tangga setempat. Target ini tercapai lebih cepat dari yang dijadwalkan.
Selama kunjungan inspeksi ke Shanghai pada 2023, Xi mengunjungi apartemen tempat tinggal para pekerja migran. Dirinya senang mengetahui bahwa para migran mulai menetap di kota besar tersebut.
"Bagus! Tinggallah, menetaplah, dan berjuanglah untuk kehidupan yang lebih baik," katanya.
Di bawah kepemimpinan Xi, China menghapus sistem pendidikan ulang melalui kerja yang telah berlaku selama lebih dari setengah abad, menaikkan ambang batas pembebasan pajak penghasilan pribadi dari 3.500 yuan (1 yuan = Rp2.225) menjadi 5.000 yuan per bulan, dan menetapkan prinsip berpusat pada rakyat untuk pengembangan sektor properti -- "Perumahan untuk ditinggali, bukan untuk spekulasi pasar."
Menanggapi perubahan demografis, China telah menyesuaikan kebijakan kependudukan dan perencanaan keluarganya. Reformasi telah dilakukan demi memastikan pendidikan yang lebih baik dan lebih merata. Selain itu, Xi memimpin pembentukan sistem jaminan sosial terbesar di dunia dan memulai reformasi dalam layanan perawatan lansia. Saat ini, jumlah orang yang tercakup oleh asuransi pensiun dasar dan asuransi kesehatan dasar di China masing-masing telah melampaui 1 miliar dan 1,3 miliar.
Dengan keyakinan bahwa "kesehatan masyarakat adalah indikator utama modernisasi," Xi menyerukan untuk mempelajari dan mendorong praktik tersebut di Sanming, Provinsi Fujian, guna mendorong reformasi layanan kesehatan.
Xi mendorong penghapusan penggelembungan harga (markup) obat dan perlengkapan medis yang telah berlangsung lebih dari 60 tahun, sehingga mengurangi biaya pasien. Departemen pemerintah merespons seruan Xi dengan membentuk tim kerja untuk bernegosiasi harga obat dan perlengkapan medis dengan perusahaan farmasi.
Xi juga mendorong reformasi dalam sistem layanan kesehatan pedesaan untuk memastikan bahwa masyarakat di pedesaan memiliki akses ke pengobatan yang terjangkau. Kampanye-kampanye ini secara signifikan mengurangi kasus kemiskinan akibat penyakit. Hampir semua orang berpenghasilan rendah dan mereka yang baru saja keluar dari kemiskinan di daerah pedesaan kini memiliki asuransi kesehatan.
Reformasi Xi di sektor budaya menekankan pentingnya memperkaya "dunia spiritual" masyarakat sebagai syarat utama modernisasi China. Ini melibatkan penyempurnaan perencanaan dan kebijakan industri budaya, serta pengembangan bentuk-bentuk bisnis budaya baru dan pola konsumsi budaya.
Hasilnya, industri film mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah layar bioskop di China meningkat dari sekitar 13.000 pada 2012 menjadi lebih dari 86.000 per akhir 2023, angka tertinggi di dunia. The New York Times melaporkan pada awal tahun ini bahwa industri film China kini memproduksi lebih banyak film berkualitas tinggi yang sesuai dengan selera penonton domestik.
Xi juga mereformasi sistem pendidikan, yang terkait langsung dengan perluasan kumpulan bakat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Xi mendorong perkembangan pendidikan wajib yang seimbang, mengurangi beban kerja berat murid untuk memastikan perkembangan menyeluruh mereka, dan membangun sistem pendidikan vokasi modern serta sistem universitas modern.
Proporsi pengeluaran fiskal nasional yang dialokasikan untuk pendidikan tetap di atas 4 persen dari PDB selama beberapa tahun berturut-turut, menjadikannya bagian terbesar dari belanja anggaran publik China.
Xi Jinping bertemu dengan perwakilan dari komunitas bisnis, strategis, dan akademik Amerika Serikat di Balai Agung Rakyat di Beijing, ibu kota China, pada 27 Maret 2024. (Xinhua/Shen Hong)
Reformasi terobosan lainnya yang dipimpin Xi terjadi di bidang ekologi.
Ketika Xi menjadi Sekretaris Jenderal Partai pada 2012, pencemaran lingkungan adalah salah satu keluhan paling umum di kalangan masyarakat. Di awal tahun itu, pencemaran kadmium memengaruhi sebuah sungai di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, mengancam keamanan air minum bagi lebih dari satu juta orang. Selama tahun tersebut, beberapa insiden terkenal "bukan-di-belakang-rumah-saya" yang dipicu oleh kekhawatiran terkait pencemaran industri terjadi di seluruh negeri.
Xi, yang dikenal karena inisiatif lingkungan yang berani dan tegas di Xiamen untuk membersihkan Danau Yundang dan di Hangzhou untuk melindungi Danau Barat, mendirikan Kementerian Ekologi dan Lingkungan, menetapkan perlindungan ekologis dan lingkungan sebagai "garis merah" yang tidak boleh dilanggar, meluncurkan inspeksi perlindungan ekologis dan lingkungan oleh otoritas pusat, dan meminta pejabat lokal untuk bertanggung jawab atas perlindungan sungai, danau, dan hutan sebagai "kepala pengelola" tempat-tempat tersebut.
Di bawah kepemimpinan Xi, China menjadi negara dengan perbaikan kualitas udara tercepat, peningkatan sumber daya hutan terbesar, dan area reboisasi terbesar secara global. China juga mempertahankan posisi stabil sebagai pemimpin dunia dalam kapasitas terpasang untuk pembangkit listrik tenaga air, bayu, matahari, dan biomassa.
China juga telah mengembangkan pasar karbon terbesar di dunia dan berjanji untuk mewujudkan netralitas karbon setelah mencapai puncak karbon dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan negara-negara maju. "Pengembangan hijau dan rendah karbon adalah tuntutan zaman, dan mereka yang mengikutinya akan berkembang," kata Xi.
MAJU DENGAN KEBERANIAN
Menurut Edelman Trust Barometer 2023, survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Edelman, tingkat kepercayaan umum terhadap China berada di level 83, menduduki peringkat pertama di antara semua negara yang disurvei.
China adalah satu-satunya negara di antara yang disurvei yang menyatakan optimisme tentang prospek ekonomi, menurut survei tersebut.
Para pengamat percaya bahwa dengan Xi sebagai pemimpin reformasi di era baru, ekonomi pasar sosialis yang dicetuskan oleh Deng Xiaoping pasti akan terus berkembang dan sukses. Xi telah menyalakan mesin yang mendorong China menuju perjalanan yang tak bisa dibalikkan menuju modernisasi.
Reformasi Deng dan seruannya bahwa "pengembangan adalah prinsip mutlak" membebaskan dan mengembangkan kekuatan produktif sosial China, mendorong negara ini menjadi kekuatan ekonomi global.
Xi berpendapat bahwa pengembangan berkualitas tinggi adalah prinsip yang tak tergoyahkan di era baru, dan memulai transformasi komprehensif dan sistematis di China, yang telah memberikan kontribusi besar pada penyeimbangan kembali ekonomi dunia.
Dalam pertemuan dengan para pemimpin pemerintah dan bisnis asing tahun ini, pesan Xi selalu konsisten: China berkomitmen untuk melanjutkan reformasi, yang akan membawa berbagai peluang bagi dunia.
Dalam satu dekade, Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) telah melibatkan tiga perempat negara di dunia, membantu menciptakan 420.000 pekerjaan dan mengangkat puluhan juta orang keluar dari kemiskinan di negara-negara tersebut.
Sejak tahun lalu, antisipasi terhadap pleno ketiga Komite Sentral Partai Komunis China ke-20 terus berkembang. Masyarakat di China dan dunia pada umumnya memperhatikan dengan saksama langkah-langkah reformasi utama yang akan diumumkan, dan menilai dampak potensial dari langkah-langkah tersebut.
Sebelum pleno tersebut, Xi berjanji melaksanakan serangkaian "reformasi strategis, inovatif, dan terdepan," untuk "mencapai terobosan baru di bidang dan sektor penting."
Ada alasan untuk optimistis. Optimisme tersebut didasarkan tidak hanya pada ukuran ekonomi dan pasar China yang besar tetapi juga pada kepemimpinan terkoordinasi Partai dengan Xi sebagai intinya. CPC memiliki keberanian untuk melakukan reformasi diri dan mampu mengubah rencana menjadi tindakan konkret.
Saat beberapa pihak di luar negeri meragukan atau bahkan takut tentang reformasi dan perkembangan China serta implikasinya, Xi sering mengatakan bahwa China tidak berniat mengubah atau menantang tatanan dunia yang ada. China hanya mengambil bagian yang lebih aktif dalam tata kelola global dan mendorong tatanan dunia yang lebih adil dan setara.
Di awal era reformasi Deng, mendiang pemimpin China itu menyatakan bahwa tujuan reformasi dan keterbukaan China adalah untuk "menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman."
Saat ini, melihat kemajuan selama hampir setengah abad, Xi menunjukkan bahwa reformasi dan keterbukaan China tidak hanya memajukan perkembangan China sendiri tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perdamaian dan kemajuan global.
Melanjutkan warisan Deng dan dengan rasa tanggung jawab yang kuat, Xi memimpin China pada jalur modernisasi yang tidak hanya menciptakan keajaiban ekonomi dan peluang pembangunan, tetapi juga menjelajahi bentuk baru peradaban manusia.
"Modernisasi kita adalah yang paling menantang dan terbesar," kata Xi. "Ini adalah jalan yang belum pernah ada sebelumnya, tetapi kami akan terus menjelajahinya dan maju dengan keberanian." Selesai
(Oleh penulis Xinhua Zhou Xiaozheng, Zhang Zhengfu, Wu Jihai, Cheng Yunjie, Xu Lingui, Wang Xiuqiong, Zhang Zhongkai, Shi Hao, Wang Yaguang, Zhang Bowen, dan Fu Min)
(Catatan editor: Artikel ini adalah versi terbaru dari artikel berjudul sama yang dirilis oleh Xinhua English newswire pada 12 Maret 2024.) ***
Sentimen: positif (100%)