Sentimen
Positif (99%)
17 Jul 2024 : 12.16
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Bandar Lampung

Nestapa Janda Anak 3 Idap Strok di Lampung, Suami Meninggal Dunia dan 2 Anak Putus Sekolah

17 Jul 2024 : 12.16 Views 2

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Regional

Bandar Lampung, Beritasatu.com - Nestapa dialami seorang janda beranak tiga yang mengalami strok di Bandar Lampung, Lampung. Setelah sang suami meninggal dunia, dengan kondisi sakit yang memprihatinkan, ia harus berjuang untuk tumbuh kembang ketiga orang anaknya. Kedua anaknya terpaksa harus putus sekolah karena keterbatasan ekonomi.

Junariyah, warga Jalan Waru, Kelurahan Tanjung Raya, Kecamatan Kedamaian, Bandar Lampung, harus berjuang untuk membesarkan tiga putranya dalam kondisi keterbasan ekonomi. Junariyah harus menjadi orang tua tunggal untuk ketiga orang anaknya setelah sang suami meninggal dunia karena sakit pada 2022 lalu.

Perempuan 30 tahun ini juga menderita strok yang menyerang saraf kakinya. Untuk berjalan pun ia harus berpegangan pada dinding rumahnya yang terbuat dari bambu.

Strok menyerang saraf kaki Junariyah sejak Januari 2024 lalu. Sejak strok menyerang saraf kakinya, Junariyah tidak dapat lagi beraktivitas normal dan bekerja sebagai perawat bayi (baby sister).

Karena keterbatasan ekonomi dan kondisi kesehatan Junariyah, dua dari tiga anaknya terpaksa harus putus sekolah. Meski demikian, Junariyah tetap berkeinginan kedua putranya kembali dapat bersekolah.

Junariyah menuturkan, ia sempat melakukan pengobatan gratis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr A Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung sehingga penyakit strok yang alami ada perubahan yang cukup baik. Namun, ia tetap harus rutin melakukan pengobatan lebih lanjut.

"Sekarang kondisinya jauh lebih baik, tetapi masih perlu pengobatan lebih lanjut lagi," tutur Junariyah saat ditemui di rumahnya, Selasa (16/7/2024).

Junariyah mengatakan, putra pertamanya Y (14) terpaksa putus sekolah, kemudian putra keduanya, yakni H (10) tidak mengenyam bangku pendidikan, dan paling kecil D masih 4 tahun.

Anak sulungnya terpaksa putus sekolah karena terkendala biaya dan sakit yang diderita Junariyah. Terakhir, putra sulung Junariyah duduk di bangku kelas 7 SMP Negeri di Bandar Lampung,

"Harusnya tahun ini dia naik kelas 8, jadi putus sekolah pas semester dua tahun ajaran 2024 ini. Waktu saat saya sakit parah sampai tidak bisa bangun," kata Junariyah.

Padahal, ia menaruh harapan besar kepada anak sulungnya tersebut karena dia punya keinginan besar untuk sekolah.

"Makanya dahulu, usahakan benar supaya anak ini sekolah," ucap Junariyah.

Meskipun pendidikan anaknya digratiskan melalui jalur afirmasi (bina lingkungan), ia harus merogoh kocek yang lumayan untuk menunjang kegiatan sekolahnya seperti ongkos, bekal dan lain sebagainya.

" Untuk makan sehari-hari kadang sulit mas, apalagi dengan kondisi saya yang selama 6 bulan ini sakit, siapa lagi yang mencari nafkah kalau bukan saya," ungkap Junariyah.

Junariyah tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi permasalahan yang menimpanya. Hingga kini, ia hanya bergantung dengan orang tuanya yang bekerja sebagai pencari rongsok barang bekas, yang memiliki penghasilan tidak menentu.

Ia mengaku selama ini hanya menerima bantuan beras dari kelurahan. Untuk bantuan lainnya dari Kementerian Sosial ia belum terdaftar sebagai masyarakat penerima bantuan.

"Kalau selama ini hanya dapat bantuan beras dari pihak kelurahan," kata Junariyah.

Junariyah bersyukur adanya kepedulian dari masyarakat sekitar kepada keluarganya dengan memberikan bantuan.

"Terkadang masyarakat sekitar melalui lembaga sosial memberikan kami bantuan mas, berupa beras maupun berbentuk uang, Alhamdulillah ada saja Mas," ucapnya,

Junariyah sangat ingin mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan sekolah anaknya dengan membuka warung atau hal yang bisa ia kerjakan saat sedang proses pemulihan.

Ia berharap agar pemerintah setempat bisa memberikan bantuan untuk menunjang kesehatan dirinya, serta membantu supaya anak-anaknya bisa terjamin hak atas pendidikan mereka.

Sentimen: positif (99.2%)